sudah allesyah duga acaranya sangat membosankan, sedari tadi allesyah hanya diam dia sangat tidak betah berada di keramaian seperti ini.
bapanya sedang berkumpul dengan kerabatnya tidak lupa juga acara ini di hadiri oleh presiden terpilih, dan ibunya sedang asik dengan ibu-ibu yang lain. allesyah hanya duduk diam bingung dia harus apa.
karna tidak ada satupun orang yang allesyah kenal disini, rasanya allesyah ingin kabur saja dan pulang untuk tidur.
"al?" sapa rajif yang melihat allesyah duduk hanya seorang diri
"mas rajif" ucap allesyah
"kamu ikut juga tenyata" kekeh rajif pada allesyah
"iya mas, di paksa bapa" kesal allesyah cemberut
"mas lagi mengawal bapak?" tanya allesyah
"iya, tuh bapak lagi ngobrol sama yang lain" tunjuk rajif pada pak prabowo, dan disana juga ada nugi
allesyah hanya menggunakan saja, dia kembali diam
"kayanya kamu beneran bete ya al?" tanya rajif yang melihat wajah allesyah yang sangat ketara sekali
"ya gitu deh mas, rasanya aku mau kabur aja" jelas allesyah
"kalo gitu kenapa kamu gak kabur?" tanya rajif
"noh, mas rajif gak liat dari tadi ajudan bapa merhatiin aku" tunjuk allesyah pada ajudan bapanya
"kalo gitu mau ikut mas gak?" tanya rajif
"kemana?" jawab allesyah
"kita keluar" ajak rajif pada allesyah
allesyah menyetujui ajakan rajif, tapi belum mereka melakukannya seseorang memanggil rajif
"jif!" panggil orang itu dari arah belakang
"eh bang, iya ada apa?" tanya rajif pada peria di hadapannya
"tolong ambil barang bapak di mobil" ucap orang tersebut
"baik bang teddy" bales rajif.
iya yang memanggil rajif tadi mayor teddy, allesyah hanya memperhatikan dua lelaki di hadapannya ini.
"al, maaf ya aku harus kerja" ucap rajif pada allesyah
allesyah hanya mengangguk saja, kini dia kembali seorang diri dan menunggu orang tuanya. jika kalian bertanya tadi allesyah dan mayor teddy saling sapa atau tidak, jawabannya tidak.
bahkan allesyah tidak mengenal siapa pria yang tadi memanggil rajif tadi, tapi allesyah seperti tidak asing melihat wajahnya. dia seperti melihatnya tapi dia lupa dimana.
"al" ucap dewi menghampiri anaknya
"bu ayo pulang" mohon allesyah pada dewi
"tunggu sebentar lagi sayang" kata dewi dan mengusap kepala anaknya
tidak jauh dari mereka duduk nugi memberi kode untuk mereka berdua menghampirinya.
"wah ini anaknya?" tanya kerabat nugi
"cantik sekali anaknya pak" ucap kerabat bapa yang satunya
"mau berkenalan dengan anak saya?" tanya teman nugi yang sebelumnya
"pak boleh anaknya jadi menantu saya?" pinta teman bapanya
"hahaha, biarkan dia yang memilihnya" ucap nugi pada temannya
"wah pasti harus TNI juga suaminya ini, apa lagi bapaknya Mayjen" ucap ibu-ibu pasangan teman bapanya
"tidak ko bu, apapun profesi pasangannya kami terima. asal dia mau bertanggung jawab dan baik pada anak saya" jawab dewi sambil tersenyum
sedangkan allesyah hanya bisa tersenyum saja bingung harus menjawab apa.
"biar dia pilih sendiri ingin pasangan yang seperti apa" lanjut nugi pada kerabatnya
cukup lumayan lama allesyah menemani acara bapanya ini, dan allesyah juga sudah beberapa kali memohon untuk segera pulang. karna dia sudah tidak bosan berada disini
bagaimana tidak bosan, allesyah hanya memperhatikan orang tuanya saja. dan sesekali menjawab pertanyaan yang di berikan padanya, walaupun pertanyaan yang mereka ajukan tidak jauh dari karier yang allesyah jalani dan pasangan. sangat muak allesyah mendengarnya.
ingatkan allesyah untuk tidak lagi ikut pada acara seperti ini
KAMU SEDANG MEMBACA
a wound that becomes a soothe
Teen Fiction"jika saya di ijinkan untuk mencintai seseorang lagi, akan saya pastikan wanita itu adalah kamu" teddy ersya wijaya ini hanya fiksi jadi tidak ada sangkut pautnya dengan yang asli, jadi mohon tidak untuk membawa cerita ini ke dunia nyata!