Setelah musim liburan seni, Jeno memulai pelajaran sekolah pertamanya di kelas akhir. dan kebetulan Jeno dipindahkan ke kelas dimana ada Jaemin, cowok yang terkenal cerewet dan rendah hati, sering ribut di kelas.
Jeno duduk di samping kursinya, saat Jeno tertidur Jaemin terus berbicara pada temannya dengan suara yang keras dan melengking hingga mengganggu tidur Jeno.
Jaemin tak sengaja melempar buku ke arah Jeno yang sedang tertidur. "Aduh...maafkan aku." Jaemin segera berbalik dan meminta maaf.
Jeno yang dikenal sebagai pria dingin itu meringis saat merasakan sebuah buku jatuh menimpa kepalanya.
Jeno terbangun dari tidurnya dan menatapnya, tatapannya tajam dan dingin. "Apa yang salah denganmu?" Jeno berkata dengan suara yang dalam dan memperingatkan.
Terkejut dengan Jeno yang tiba-tiba terbangun dan tatapan tajamnya, Jaemin mundur selangkah, matanya membelalak kaget
"A-aku minta maaf! Aku tidak bermaksud..." tergagap gugup "Aku hanya berbicara dengan temanku dan ... "
Jeno bersandar di kursi dan menyilangkan tangan di depan dada, menatap Jaemin yang begitu pendek di hadapannya.
"Sebaiknya kamu diam, mulutmu seperti bebek." Ucap Jeno dengan nada sinis dan dingin.
Mencoba membela diri, Jaemin tertawa gugup, "Seekor bebek? Apa maksudmu dengan itu?" Dia bertanya, mencoba bersikap tenang tetapi gagal karena dia merasakan wajahnya memanas
"Bahkan kamu sama bodohnya dengan anjing peliharaanku." Ucap Jeno sambil memandang ringan ke arah Jaemin, Jeno berdiri dari vank, tubuhnya yang tinggi membuat Jaemin menciut di hadapannya saat Jeno mendekat.
Merasa sedikit terintimidasi oleh sosok Jeno yang tinggi, Jaemin mundur selangkah dan kembali tertawa gugup
"A-Aku tidak bodoh, percayalah... Mulutku terkadang hanya besar, sebuah kebiasaan yang harus aku hilangkan."
Jeno terkekeh mendengarnya, Jeno semakin mendekat saat Jaemin mundur selangkah hingga menghantam meja.
"Kamu benar, kamu mempunyai mulut yang besar tetapi tubuhmu sangat kecil. Apakah kamu seorang kurcaci?" Ucap Jeno dengan nada mengejek.
Merasakan ujung bibirnya bergerak-gerak mendengar perkataan Jeno, Jaemin tahu lebih baik untuk tidak membalasnya.
Dia tahu bahwa meskipun Jeno bisa bermain-main, dia juga bisa berbahaya jika dimarahi. "T-Tidak...
Jeno mencondongkan tubuhnya sekali lagi, meletakkan tangannya yang kekar di atas meja hampir dekat dengan pinggul Jaemin.
"Oh iya? Ah, aku bahkan tidak percaya kalau kamu bisa berkencan dengan perempuan..." ucap Jeno yang kini suaranya lebih mengintimidasi dari sebelumnya.
Jantungnya mulai berdebar kencang saat tangan Jeno mendekat ke tubuhnya, naluri Jaemin menyuruhnya menjauh, namun rasa penasarannya membuatnya terpaku di tempat.
"A-aku...berkencan dengan gadis-gadis...mereka menyukai mulut besarku... "*
Jenob tertawa mendengar perkataan Jaemin hingga perutnya terasa geli.
“Haha, apa yang kamu pikirkan? Memangnya ada cewek yang suka cowok pendek seperti kamu?” Jeno sedikit membungkuk hingga nafasnya menyentuh pipi Jaemin.
Jaemin merasakan gelombang panas mengalir ke pipinya. Nafas Jeno di pipinya membuatnya gelisah, geli. Dia tidak tahu bagaimana harus menjawab, "Y-Ya...maksudku...mungkin tidak sekecil aku tapi lebih pendek darimu!
Jeno mencondongkan tubuh lebih dekat, ujung hidungnya menempel di pipinya. "Oh ya? Menurutku kamu cocok dengan pria yang tinggi dan kekar."
Ucap Jeno, tatapannya ke arah Jaemin begitu tajam dan dingin namun ada maksud tersembunyi di dalamnya.