Sebuah mobil berwarna hitam terparkir di depan rumah besar, dua kakak beradik di depan latar rumah melambai-lambai untuk perpisahan mereka.
"Jaga diri kalian baik-baik. Dan kau Jisung, jaga kakakmu, karena kau seorang Dominan" Ibunya mengecup kening Jaemin dan Jisung bergantian.
"Ibu juga" ujar Jisung.
Setelah salam perpisahan mereka, sang Ibu langsung masuk pada mobil yang di kendarai ayahnya. Mobil itu keluar ke halaman rumah hingga melaju pergi.
Saat mobil itu sudah hilang, Jaemin hanya bisa memandang jalanan yang begitu sepi. Walau rumah mereka berada di kota, rumah mereka hanya di kelilingi pepohonan.
"Sudah malam, ayo kedalam cuacanya akan dingin" tanpa menunggu jawaban sang kakak, Jisung langsung berlenggang masuk kedalam rumah.
Jaemin pun mengikuti pria jakung itu dari belakang. Jalannya tertunduk, walaupun mereka berdua kaka beradik, tapi sifat Jisung bisa dibilang tidak begitu ramah padanya, pria yang baru saja menyelesaikan kuliah itu hanya memancarkan sifat dinginya.
Dia memutuskan untuk duduk di ruang istirahat, di sana ada beberapa buku. Karena bosan, Jaemin memutuskan untuk membaca sebentar untuk mengurangi rasa kantuknya.
Di tengah buku yang dia baca, dia sempat terkikik karena ada beberapa cerita yang menurutnya lucu, dan di sebrang sana ada Jisung yang memperhatikanya dari pintu.
Jisung masuk kedalam ruangan istirahat, lalu dirinya mendudukan diri di samping Jaemin, kini tanganya bergerak penasaran apa saja buku yang ada di atas meja, sepertinya sangat menarik melihat Jaemin membaca.
"Mau membaca juga?" Tanya Jaemin, kedua kakinya dia tekuk hingga posisi dagunya menempel pada lutut.
Jisung melirik lalu menggelengkan kepala, dia bersandar pada kepala sofa dan matanya mendongak kearah langit-langit rumah, suasanya sangat sepi dan canggung.
Kruuuuuk
Jisung menoleh kearah Jaemin setelah mendengar suara yang begitu aneh, lantas Jaemin pun menoleh seraya meringis lucu. "Hehe aku lapar" kata Jaemin.
Jisung menaruh handphonenya yang dia ambil dari saku celananya untuk ia taruh di hadapan Jaemin. "Pesan saja"
Jaemin hanya menurut, lalu dia mengotak atik ponsel milik sang adik, mulai memesan beberapa makanan untuk mereka. Setelah selesai dengan benda pipih itu, Jaemin langsung menaruhnya kembali di atas meja.
"Sudah?" Tanya Jisung memastikan.
"Sudah, aku pesan dua kopi kesukaanmu dan hamburger dan pizza dan chiken dan..."
"Sebanyak itu?" Mata Jisung membelak mendengar celoteh Jaemin, dia langsung mengecek ponselnya untuk memastikan.
"Eum, apa saldomu kurang?" Tanya Jaemin berbinar.
Melihat wajah yang begitu bulat dan lucu membuat Jisung gelagapan, demi apapun ini pertama kali mereka sedekat ini dan hanya mereka berdua di dalam rumah sebesar ini.
Bayangkan, bahkan sekarang Jaemin tampak menggunakan kaos yang begitu lebar dan besar dan celana hotpants, kaos yang dikenakan sang kakak memincing membuat pundak kecil itu terbuka.
"T-Tidak, Pesan saja semaumu" Jisung memalingkan wajahnya, ini tidak normal karena tiba-tiba saja jantungnya berdebar tak karuan.
"Kau kenapa?" Jaemin mendekat dengan wajah khawatir kearah Jisung, tanganya menunpu badanya yang sudah mencondong kearah sang adik.
"T-Tidak ada" Jisung semakin memalingkan wajah, rona yang begitu merah sangat ketara.
Dengan polosnya Jaemin menepuk pundak Jisung hingga tubuh pria itu bergetar. "Kau sakit?" Tanya Jaemin dengan wajah khawatirnya.