Bad Morning

1.6K 172 18
                                    

Zayden tetap diam, membiarkan adiknya masih di alam mimpinya hingga beberapa saat kemudian ia melihat Jasmine bergerak dalam rengkuhannya, kelopak matanya mulai berkedip.

"Abang, good morning," ucap Jasmine menyapa Zayden dengan suara serak khas bangun tidur, wajah sembabnya tetap cantik.

"Morning, adek," jawab Zayden lembut, ia membantu Jasmine untuk bangun dan duduk.

Gadis itu menguap dan meregangkan otot - ototnya, yang di mata Zayden sangat menggemaskan.

"Hari ini gak usah sekolah aja, istirahat ya?" Zayden kasihan pada adiknya, ujiannya sangat berat. Walaupun mungkin belum sepenuhnya Jasmine mengerti kata 'cinta', tapi 'orang terdekat' setelah keluarganya pasti Jasmine menempatkan Zayyan di nomor 1.

Jasmine menoleh, ia terdiam; memikirkan jadwal sekolahnya yang padat karena ada rapat OSIS, belum lagi hari ini ada jadwal les dan club memanah.

"Satu hari aja, abang yang bantuin ngomong ke mommy nanti," sambung Zayyan sambil menyisir rambut Jasmine dengan jarinya.

"Tapi nanti aku bosen di mansion sendirian, abang kan kuliah," keluh Jasmine.

"Hmm jalan sama Marvin aja, gimana? Dia kalau gak salah, jadwalnya gak sama ama abang hari ini," ucap Zayden memberikan ide, melihat kedekatan dan nyamannya Jasmine bersama sahabatnya itu, Zayden mungkin akan memberikan kepercayaan pada Marvin untuk menghibur adiknya sekarang.

"Mau!" Sahut Jasmine semangat, dari kemarin ia memang ingin pergi bersama Marvin. Selalu saja ada hal yang menghalangi niat keduanya.

"Bentar, abang telpon Marvin," kata Zayden sambil mengambil ponselnya di nakas lalu mencari kontak Marvin.

"Abang, aku yang ngomong sama Marvin!" Serobot Jasmine ketika panggilan tersambung, di sebrang sana Marvin dapat mendengar suara grusak grusuk.

"Mabin!" Panggil Jasmine, dengan panggilan yang sangat jelek bagi Marvin. Ia diam - diam mencibir gadis itu.

"Hmm," balasnya berdehem, Marvin saat ini baru saja keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk di pinggangnya, ia mengangkat telepon sambil berjalan ke dapur.

Mansionnya sepi, para pelayan sedang berada di belakang membersihkan area taman yang di rombak ulang oleh Malik.

"Ayo jalan - jalan hari ini!" Suara lembut Jasmine terdengar memanjakan pendengaran Marvin pagi - pagi, sampai panggilan Malik pun tak di hiraukannya.

"Hmm, pulang sekolah gue jemput," jawab Marvin lalu duduk di sebelah sang Ayah yang sedang minum.

"Enggak mau!" Marvin merenyit mendengar jawaban itu, "terus mau ketemuan di tempat?" Tanyanya masih belum mengerti maksud Jasmine.

"Aku gak mau sekolah, kamu jemput ke mansion aja nanti abis sarapan," jawab Jasmine di balas helaan nafas oleh Marvin.

Lelaki itu melirik Malik yang sedang memasang wajah menggodanya, Ayahnya itu benar - benar menepati janjinya yang terakhir kali; mendekatkan Jasmine kepadanya jalur orang dalam —Isaac.

"Jasmine, lo mau gue di hajar daddy sama abang lo?" Nada suara Marvin memberat.

"Jadi kamu enggak mau?" Tanya Jasmine di sebrang dengan nada melemah.

"Gue jemput lo di sekolah nanti sore, baru kita jalan," final Marvin.

Jasmine tidak menjawab, beberapa saat kemudian suara Zayden yang menggantikan.

"Bos?" Panggil Zayden dan di balas deheman saja oleh Marvin.

"Gue percayain adek gue lo bawa jalan sehari ini, tolong buat dia seneng," ucap Zayden membuat Marvin bingung, tapi ia enggan bertanya lebih. Marvin menebak waktunya tidak tepat untuk bertanya - tanya.

LOVE LANGUAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang