16. Wacana kemah

7 3 0
                                    

"Jangan pernah merendah ke siapapun demi mendapatkan belas kasih dari mereka, karena dengan cara kamu seperti itu malah membuat kamu semakin sakit."

- Clara Tapiolla.


***

"cici juga... kenapa bohong?"

Azura kaget mendengar suara gadis yang tak asing di telinganya.

Ia beralih menatap ke arah pintu dan terlihat dua sosok lawan jenis masih memakai seragam sekolah dibalut jacket dengan tas yang disampirkan di bahu kanan laki laki itu. Mereka tengah menatap dirinya dengan tatapan yang sulit di artikan.

Azura menelan ludahnya dengan susah payah.

"kenapa bohong?"
Tanya shena dingin.

"kenapa ga ngasih tau kita?"
Tambah vano.

Azura hanya bisa memandang handphone yang di genggam shena. Ia tak berani menatap mata coklat shena.

"Gue.. Minta maaf."
Azura memberanikan dirinya menatap mata kedua orang di depannya.

"lu ga ngasih tau gue kalau ternyata lu sakit. Itu seakan akan lu anggep gue bukan orang yang berharga buat lo."
Ia duduk di kursi yang di sediakan di dekat brankar azura, sedangkan vano berdiri di samping shena duduk memandang azura dengan tatapan dingin.

Shena sulit mengatur emosinya. Ia terlalu kaget untuk menerima semua ini.

Azura meraih tangan kanan shena, menggenggam nya erat.

"ci, gue minta maaf. Cici berharga buat gue. Gue cuman gamau kalian kepikiran, dan berakhir gue nyusahin kalian."
Jedanya menatap tangan shena yang ia genggam.

"gue minta maaf."
Lirihnya.

Shena yang mendengar itu, langsung memeluk azura yang terbaring lemah di brankar.

"jangan nyimpen sendiri. Cerita sama gue."
Shena melepaskan pelukannya menatap iris mata hitam azura.

"iya cii."
Azura hanya bisa terkekeh pelan. Pandangannya jatuh ke tatapan vano.

"bang.. Maaf"
Ujarnya pelan.

"gausa minta maaf. Lu gasalah. Jadi gaada yang harus di maafin."

"hehe, iya"

"em, bang. Cici ga aneh aneh kan?"
Tanya azura menatap vano.

Shena yang mendengar itu terdiam membeku.

"sedikit. Tapi untung tepat waktu."
Balasnya.

Azura menatap shena yang diam, semakin menggenggam erat tangan shena.

"cii"

Panggil azura yang membuat shena menatapnya.

"jangan sakit terus ya?"
Azura tersenyum kecil.

Shena memeluk azura lagi. Luka di hatinya belum mengering dan azura malah sakit, semakin membuat ia sulit menerima keadaan.

"lo juga jangan sakit lagi!"
Perintah shena.

A Z H E V A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang