27. Wasiat

3 3 0
                                    

Kita se amin, tapi sayangnya kita tak seiman.
- Shena Sabia.

***

Semenjak clara pergi, azura tampak murung. Ralat bukan azura saja, tetapi mereka juga. Tapi yang paling sakit bagi azura adalah, ternyata melepaskan orang yang kita sayang itu berat ya,, pikirnya.

"Udah ju,, dia bakal baik baik aja."
Ucap shena.

"Hooh tuh! Si tapasyok kan pasti jaga kesehatan."
Saut enjel semangat.

Mereka kini sudah masuk sekolah lagi semenjak clara pergi 2 minggu yang lalu.

Setelah mengetahui fakta penyakit vano, ia di tabrak oleh perpisahan clara. Lemah? Wajar ia lemah, ia juga manusia.

Setelah ia clara berpamitan pada dirinya, ia langsung pulang untuk istirahat. Satu hari penuh dingin baginya. Ia masih terfikirkan masalah vano pada tante mega, yang untungnya sudah lumayan membaik walaupun dengan kebencian.

Gue ngerasa bersalah sama shena karna nyembunyiin sesuatu."

"memang lo nyembunyiin apa?."

"rahasia gue sama tante mega."
Jawab vano dingin.

"Tante mega? Tantenya cici yang biasanya sering mastiin keadaan cici aman atau engga sama lo kan?"

"iya."

"Gue nyembunyiin hal yang seharusnya shena ketahui."

"lu tau pas tante mega keluar kota 1 bulan lalu buat urusin kerjaan?"

"iya, cici cerita sama gue."
Azura mengangguk angguk kan kepalanya paham.

"Sebenarnya bukan pekerjaan."

Azura mengerutkan alisnya.
"terus apa?"

"Sebenarnya om arga, om shena,, beliau sakit parah. Dan akhirnya nyembunyiin hal itu sama shena. Mereka di luar kota bukan urusan bisnis, tapi om arga oprasi sampai akhirnya om arga meninggal."

"shena belum tau hal ini, dan tante mega minta gue rahasian ini dari dia,, tapi sampe kapan? Dia juga berhak tau."
Vano pusing memikirkan masalah itu. Ia tak ingin melihat shena mengeluarkan air mata, ia tak menyukai bahkan membenci hal itu.

"Masih ada kita sengkuh! Lo jahat kalau kita ga di anggep. Ya ga bund?"
Tanya enjel pada shena.

"Makanya! Kita ada masa ga di anggap. Males lah sama juju."
Balas shena.

"ck. Iya dah,, iyaa. Gue senyum nih, iiii"
Azura menarik kedua ujung bibirnya dengan kedua telunjuk tangannya agar membentuk senyuman membuat gelak tawa mereka pecah.

"Haha, gitu dong!"
Ujar enjel.

***

"kacang,, gue mau nanya."

"apaan?"

"gue mau minta saran dari lu,,"

Azura menimang nimang permintaan vano.

"saran apa memang? Chika?"
Tebak azura.

"iya. Antara setuju sama nolak."

"lu pasti bingung ya?"
Ia tersenyum tipis.

"Iya. Gue sebenernya mau nolak tapi almarhum nyokab gue yang jodohin gue sama chika."

"Jadi kalo gue nolak gue ngerasa gimana gitu. Dan gimana nanti sama shena? Gue ga mau jawab itu karna gue takut nyakitin hati mereka berdua"
Lanjutnya.

"Gue mau jawab tapi nanti salah."

"gapapa, gue butuh saran lu aja."
Jawab vano.

"menurut gue ya,, Iya, cici memang hadir di kehidupan lu. Iya, cici memang butuh lu,, tapi dia sama chika beda tempat, beda posisi. Dan lu juga udah tau kan kalau temboknya tinggi?"

Vano temenung dengan perkataan azura.

"iya."

"lu harus jujur apa kata hati lo."
Ucap gadis itu.

"Lu tau ga? Sebenarnya Tante sama om itu mau batalin perjodohan itu, tapi ga jadi."
Cerita vano.

"kenapa?"

"Karna gue gelangar aturan di keluarga gue."
Balasnya singkat.

"pacaran sama cici?"

"iya. Di keluarga gue, ga ada yang boleh cinta atau pun pacaran sama cewek yang beda agama."

"Terus lu suka sma cici karna cinta atau kasihan? Cinta sama kasihan itu beda. Mau sama tapi beda."
Ia menatap sinis vano.

"Cinta. Gue cinta sama dia."

"karna?"

"karna hatinya. Dia tulus mencintai gue dengan apa adanya." jawab vano.

"Tapi menurut lu gue harus terima apa ga?"

"Gue bukan bermaksud belain chika atau cici ya bang,," ucap azura pelan.
Ia tak ingin membela bela antara mereka, karena pasti dia akan memilih shena.

"iya, gapapa. Gue ngerti."

"Dah lu pikir pikir belum dari kemarin?"
Tanya azura.

"udah."

"apa yang lu dapet?"

"Gue terima."

Sudah gue tebak. Batin azura

"Terus,, tante sama om lu jodohin lu sama chika ikhlas atau terpaksa gara gara lu buat kesalahan?"

"ikhlas."

"Dan di situ juga nyokap gue ikut juga jodohin gue sama chika. Setelah geysa meninggal, mereka jodohin gue sama chika. Tapi mereka malah baru cerita sekarang di saat gue cinta lagi sama perempuan."
Lanjutnya.

"Dan orang yang lu cintai malah beda agama lagi."
Saut azura membuat vano terkekeh kecil.

"Tapi mau gimana pun alasannya gue harus terima karna alasannya juga melanggar aturan di keluarga gue."

"jadi, lo bakal putusin cici?"
Tanya azura dengan pandangan dingin.

"mungkin."

"lo harus bisa milih dengan tepat. Gue tau kalau lu pasti bakal bisa milih keputusan yang tepat nantinya buat pertunangan lo sama dia."

***

A Z H E V A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang