20. Rindu

7 3 0
                                    

Bukan dunia yang salah karena memberikan kita ujian yang berat, tapi karena kita yang tak bisa menerima takdir dan kenyataan dengan ikhlas.
-Yoshi Aldevano

***

Vano memasuki rumahnya setelah mengantar shena pulang. Bukannya beristirahat, ia langsung menyambar kunci motornya. Padahal, bisa saja ia membawa mobil tetapi ia memilih untuk merasakan dinginnya angin malam yang nantinya akan menusuk kulitnya. Ia sudah shalat maghrib tadi saat di perjalanan, jadi ia bisa menyantai.

"mau kemana van? Ga istirahat dulu?"
Tanya chika tiba tiba yang menyadari vano baru saja kembali ke rumah.

Chika menginap di tempat vano karena sudah di izinkan oleh orangtuanya yang memang sudah mengenal hidup vano.

"Engga. Nofia dimana?"
Vano menatap chika, menanyakan dimana keberadaan adik perempuannya pada chika.

"dia lagi main ke rumah temen kelasnya di tetangga sebelah."
Balas chika.

"gue titip dia ya, jangan tidur larut."

Chika menautkan kedua alisnya bingung.
"lu mau kemana?"

"Lu gausah nyariin gue nanti. Gue keluar bentar, jangan nunggu gue balik dan jangan lupa kunci pintunya. Gue bawa kunci rumah cadangan."

Vano menatap chika sebentar.
"Gue pamit, Assalamualaikum."

"wa'alaikumussalam. Hati hati van." chika menatap punggung vano yang perlahan hilang dari pandangannya.

Suara motor terdengar, lalu melesat lirih pertanda motor itu sudah menjauh dari rumah.

***

Azura baru saja sampai dirumah. Ia membawa tas yang berukuran sedang ke dalam rumah.

Azura memencet bel rumah lalu membuka pintunya.
"assalamualaikum, zura pulang."

"wa'alaikumussalam, udah pulang?"
Suara kenzo terdengar dari ruang tamu.

"Udah yah."

"zura,, ayah mau ngomong sama kamu bentar." kenzo menepuk sofa kosong di sampingnya.

"kenapa? Ayah mau ngomong apa?" tanya azura yang sudah berada di samping kenzo

"Kapan kapan lagi, jangan terlalu sering main ya. Kamu kan udah besar."

Ucapan kenzo membuat azura terdiam.

"iya yah. Tapi kan ayah pernah bilang kalau azura di bebasin satu tahun terus setelah itu bakal jarang main kayak gini. Jadi, gapapa ya zura kalau saat ini sering main?"
Azura menatap kenzo yanh terdiam sebentar.

"iya, yang penting ga kelewatan."

"iya yah. Zura ke kamar."
Azura bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju kamar sembari membawa tasnya tadi.

"terus nanti berarti gue sama mereka bakal jarang kumpul lagi?"
Ia tersenyum tipis saat sudah berada di kamar.

Baru kali ini ada rumah yang bisa azura rasakan kenyamanannya. Namun, apakah rumah itu hanya sementara saja bertahan atau selamanya?

Ia hanya takut, jika ada kata asing dalam pertemanan mereka terlebih lagi pada shena dan vano.

***

Seorang lelaki tinggi memasuki rumah tak berpenghuni tetapi masih terawat dengan baik dan rapi.

Ia memandang seluruh foto yang berada di bingkai dinding, dimana di dalamnya terdapat foto keluarga besar. Namun, pandangannya jatuh pada foto gadis cantik dengan rambut panjang dan kulit putih bersihnya serta netra biru yang berada di matanya, tengah tersenyum menghadap kamera seorang diri.

"gue kangen,, kapan kita ketemu lagi?,, "
Lirihnya menatap sendu foto gadis itu.

Ia mengambil cutter kecil dari saku celananya, mencetak beberapa garis di tangan nya sampai cairan merah keluar sedikit demi sedikit.

Luka ini ga ada apa apanya dibanding luka kehilangan kamu,, batinnya.

"aku pergi dulu yaa, dadah. Jangan kangen lho!"

Suara lembut nan ceria itu tiba tiba terlintas seketika di pikirannya. Hanya bayangan namun terasa nyata bagi vano.

"Gimana aku ga kangen kalo kamu aja perginya lama." ucapnya lirih masih dengan pandangan menuju foto itu.

Aku bener bener bener kangen sama kamu,,

Lelaki itu sungguh merindukan gadis itu dengan berat.

Gadis manis dengan sejuta memori ber warna yang di ciptakannya, mampu merubah kehidupan seorang Yoshi Aldevano karena kepergiannya. Sosok gadis yang sangat ia rindukan senyumannya. Sosok gadis yang paling ia rindukan pelukan hangatnya. Sosok gadis yang merubah masa abu abu nya menjadi ber warna karena kehadirannya. Namun, tuhan lebih sayang kepadanya sehingga mereka berpisah karena takdir.

 Namun, tuhan lebih sayang kepadanya sehingga mereka berpisah karena takdir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

A Z H E V A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang