[1]

1.4K 84 1
                                    

"sou? ngapain?"

itu adalah Selia, dia selalu yang paling memperhatikan adik-adiknya. Selia tidak ingin adik-adiknya ini merasa tidak mendapatkan kasih sayang, dia yang paling memprioritaskan adik-adiknya dibanding dirinya.

"kamu sendiri aja?" ucap Selia yang kemudian ikut duduk di samping Souta.

mereka kini berada di belakang rumah, memang keadaan rumah kali ini sedang sepi dan hanya Souta lah yang berada di halaman belakang rumah.

"iya ka"

"kenapa wajah kamu sou?" sepertinya Selia menyadari sesuatu yang salah.

"oh, ini tadi aku kepentok meja"

'masa sih? kurang meyakinkan sih' batin Selia.

"kamu yakin Souta?" Selia tidak yakin

"yakin"

Selia tidak ingin merusak suasana disekitarnya, jadi dia memilih untuk tidak membahas itu lagi untuk saat ini.

"Souta udah makan?"

"belum"

"kenapa kalian disini? sudah malam cepat tidur"

Caine, dia yang paling banyak memberikan perhatian dan kehangatan untuk keluarganya, apapun itu selagi keluarganya bahagia.

"Souta belum makan mi, Selia mau ajak dia makan" Selia membuka topik baru, dia tau kalau Caine pasti khawatir jika mengatakan yang sebenarnya.

"Souta kenapa ga bilang?" tanya Caine dengan lembut sambil menepuk bahu Souta yang posisinya sedang membelakanginya.

"Souta ga laper" gumamnya.

"nanti sakit kalau ga makan, ayo makan sedikit aja gapapa" Caine membujuk Souta berharap dia ingin.

"Hm"







...















"Souta jangan kemana-mana lagi ya? mami temenin Souta tidur" Caine duduk di pinggir ranjang milik Souta.

"iya mi, makasih.." Sahut Souta sambil memeluk guling di sebelahnya.

namun walau Souta berkata dengan nada lembut Caine tetap khawatir, Caine selalu ingat kalau Souta adalah salah satu anak yang gampang emosi dan sering marah-marah.

'souta kenapa ya? apakah ada yang salah dariku?' Caine membatin, dia takut karena Souta tidak ingin terbuka dengannya.

"mami jangan khawatir, Souta gapapa cuma lelah aja" biarpun Souta gampang tersulut emosi tapi dia adalah anak yang peka dengan perasaan orang lain, tidak sulit baginya untuk memahami isi pikiran Caine.

"kalau begitu tidurlah, dengan lelap" Caine membenarkan selimut Souta kemudian berbaring disebelahnya.






-





















"MAMI MAMII!!"

"jangan teriak teriak seperti itu, lihatlah Souta masih tidur" Caine menjawabnya dengan lembut walaupun sebenarnya dia sudah marah.

"maaf mi"

"gapapa Krow, ayo kita keluar dan biarkan Souta istirahat sebentar lagi" Caine bangkit dari ranjang milik Souta kemudian menuntun Krow untuk keluar dari ruangan tersebut.

"jadi ada apa Krow?"

"gini mi..eee anu.., itu.." Krow sedang memikirkan sesuatu yang sebenarnya sangat ingin ia lontarkan namun sulit untuk melakukannya.

"bicara saja, mami ga akan marah"

"jadi gini mi, teman aku orang tuanya baru saja bercerai 2 hari lalu.."

"..?" Caine memberikan waktu untuk Krow menjelaskannya.

"dia tidak punya tempat tinggal lagi sekarang dan dia ga mau ikut salah satu dari orangtuanya" lanjutnya dengan perlahan.

"tidak apa Krow, biarkan dia tinggal disini" sepertinya Caine paham, dia juga merasa kasihan dengan teman yang diceritakan Krow itu.

"serius mi??" Krow tidak percaya, tapi disisi lain dia sudah menduga ini. dia sangat tau kalau hati Caine sangat lembut sehingga tidak sulit baginya untuk melakukan itu.

"iya serius,.. dan siapa namanya?"

"Zaki, kei Zaki"

"gitu kah? besok bawa dia kesini ya, ajak dia sekamar sama kamu" dengan cepat Caine mengambil keputusan.

"ga nanya sama papi dulu?" Krow takut jika nanti Rion tidak setuju dengan ini, karena dia yang paling siaga kalau soal keluarga.

"tenang, nanti aku yang jelaskan ke dia dan akan aku pastikan Zaki dapat perhatian penuh dari keluarga ini"

"makasih mami!" Krow memeluk Caine dengan bahagia.

'senang sekali memiliki orang tua sebaik ini'









disisi lain..













"gitu pi ceritanya.."

"kamu yang serius sel" Rion sepertinya tidak percaya dengan pernyataan Selia tentang luka di pipi Souta itu karena Selia curiga Souta dibully atau semacamnya.

"kalau tidak percaya papi bisa cek ke kamarnya" Selia memberikan ruang untuk Rion berjalan.

'huh, apalagi ini'

..


"kamu jangan berbohong dengan papi sou"

"tapi Souta ga bohong papi, luka ini karena kepentok meja" Souta tetap pada pendiriannya

sangat keras kepala.

"sou, lebih baik kamu jujur sama kita" Selia tetap memberikan pertanyaan tersebut sampai Souta mau jujur dengannya.

"ka tapi.."

"Souta!" bentak Arion, dia sudah tidak bisa sabar lagi.

"ya sebenarnya.. luka ini itu,.. kena tonjok temen pas Souta lagi lerai keributan di kelas" Souta menghela nafas, dia sedikit sedih karena harus mengatakan ini.

"SIAPA YANG BERANI TONJOK KAMU?!!! KASIH TAU PAPI NAMANYA! ALAMAT RUMAHNYA!!" Rion memberikan berbagai macam pertanyaan yang membuat Souta pusing.

itulah sebabnya Souta tidak ingin mengatakan ini.

"dia ga sengaja pi, dia juga teman dekatku"

"siapa namanya??! jawab pertanyaan papi!"

"ish,....gin.."








































bersambung




freak banget jujur bab ini menurutku😭😭👎🏻

walau begitu vote dan komen ya ges dan maaf kalian aku gantung begini

Tokyo Noir Familia [Seri 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang