[11] Rasa yang terpendam

663 44 0
                                    

semenjak kejadian 1 Minggu lalu Mako tidak pernah keluar rumah sama sekali, bahkan untuk sekolahpun dia enggan. Selama 1 Minggu ini Mako mengurung dirinya di kamar, tanpa siapapun. Semua notifikasi dari ponselnya pun tidak dia lihat sama sekali.

Dia tidak memikirkan kesehatan untuk sekarang, dia sangat jijik dan benci pada dirinya sendiri, seakan dia orang paling kotor didunia.

Untuk kesekian kalinya suara nada dering dari ponsel Mako berbunyi.

Drrttt drttt Ting Ting

Mako terus menghiraukannya, sampai saat suara telpon berbunyi.

Dia hanya melirik sebentar..

[Riji]

Nama dari kontak yang menelponnya.

Dia sangat malu untuk berbicara dengan Riji, apalagi untuk sekarang. Mendengar suara Riji pun rasanya tidak pantas.

"Halo.. Mako?.."

Namun Mako tetap mengangkatnya.

"Kamu gapapa?.. kamu tidak masuk kesekolah selama 1 Minggu tanpa keterangan"

"Gapapa"

"Serius? aku kesana ya?.."

"Ga perlu, aku baik-baik aja"

"kalau begitu jelaskan, kenapa ga masuk sekolah?.. 1 Minggu bukan sebentar, apalagi tanpa keterangan. Kamu bisa masuk bk nanti"

Mako bisa merasakan kekhawatiran dari nada bicara Riji.

"Sudah kubilang aku tidak apa-apa, nanti biar aku yang jelaskan ke guru BK"

"kalau ke guru BK nanti ujungnya kamu kena hukum, sama aku aja ceritanya biar nanti aku yang jelaskan ke guru BK"

"kamu ga akan ngerti kalau aku jelaskan"

"kamu bilang begitu sedangkan kamu belum menjelaskannya"

"Aku tidak apa-apa, tidak perlu khawatir"

Tit

Mako menutup telponnya, matanya lurus kedepan dengan tatapan kosong. Dia jelas khawatir, sangat khawatir. Namun dia tidak bisa melakukan apapun lagi.

Dia mengingat semua yang sudah ia lalui selama ini, dia pikir setelah pindah kota dia akan keluar dari takdir buruk, namun nyatanya sekarang lebih buruk.

Sejak dulu.. kehidupannya tidak pernah jauh dari kata 'buruk'




Di rumah ..

"KENAPA KAU HARUS DILAHIRKAN??!! SEHARUSNYA IBUMU TIDAK MELAHIRKAN ANAK SEBURUK INI!"

"SEKARANG PERGI! AKU TIDAK BUTUH ANAK MENJIJIKAN!!"




















Di Sekolah..

"kau tidak jauh beda dari sampah, kau tau?.."

"Pasti orang tuamu sangat menyesal sudah membesarkan mu"

"Aku menyesal menjadi temanmu, mulai sekarang kita bukan teman"



























Di lingkungan keluarga..

eh, apa dia punya keluarga?..

Sejak kecil ayah dan ibunya tidak pernah memperkenalkan dirinya dengan keluarga besarnya, seakan malu mempunyai anak sepertinya.


Namun sekarang, dia sudah bertemu dengan orang-orang yang mau menerimanya dengan baik. Tapi dirinya berada pada titik dimana ia malu untuk bertemu dengan mereka, Mako merasa sudah mengkhianati mereka..


























Angin yang menerpa seluruh tubuhnya ini sangat sejuk dan sedikit menenangkan, tapi semuanya sudah terlambat. Kini dirinya sudah mencapai batas.

Kakinya hendak melangkah..

Dia akan menemukan kebahagiaan sebentar lagi..

Selangkah lagi..

Grap

Seseorang telah menangkapnya.

Sebuah tangan melingkari tubuhnya..

Tidak perlu dijelaskan alasannya, takdir sudah menentukan.

"Jangan bodoh"

Orang itu memeluk lembut tubuh Mako kemudian perlahan menurunkannya dari balkon.

"Apa yang kau lakukan?.." Lelaki itu, dia tidak menunjukan ekspresi marah sama sekali. Tapi mengeluarkan seluruh kasih sayangnya pada Mako.

Pelukan lembut dan menenangkan itu sedikit menyadarkan Mako "mati bukan pilihan...dan luka tidak bisa sembuh tanpa obat" kata orang itu dengan sangat lembut dan hampir terdengar berbisik.

"Tidak akan ada yang berubah, bahkan jika kamu membiarkan luka itu. Lama kelamaan itu akan bertambah parah jika kamu tidak mengobatinya"

"Jadi bagilah kesedihanmu padaku, itu hanya akan membunuhmu" Lanjutnya lagi.

Lelaki itu membiarkan Mako menyandar di dadanya, kini telapak tangannya terangkat untuk mengelus helai rambut Mako.

BUGH!! BUG!

Mako dengan keras memukul dada lelaki itu.

Lelaki itu hanya diam dan menerima semua pukulan dari Mako.

"Agil.. kenapa kamu selalu menyelamatkanku? padahal kamu yang memberikanku luka tapi kamu juga yang mengobatinya!"

Benar.. seseorang yang sedang bersama Mako ini adalah Agil

"Maaf.. "

Mako akhirnya melepaskan Agil, dia menjauh kemudian meringkuk.

"Dulu, aku selalu disiksa oleh orang-orang di sekolah dan saat terpuncaknya kamu menyelamatkanku. Di gudang sekolah, kamu mengatakan bahwa kamu Agil dan disitulah aku mulai menyukaimu. Tapi sayangnya karena aku mencintaimu siksaan dari orang-orang disekolah bertambah parah.. dan itulah mengapa aku menjauhimu sejak saat itu.. apa kamu sudah puas dengan jawabanku? sekarang pergilah"

Dulu saat Mako pergi keluar kota dia tidak mengabari Agil, dan Agil selalu mencoba menghubungi Mako. Sampai sekarang saat mereka sudah satu kota pun Mako selalu berusaha menjauhi Agil dan itulah alasan Mako menjelaskan itu. Karena Mako yakin hal itulah yang Agil inginkan, yaitu penjelasan.

"Aku mengatakan bahwa aku Agil setelah aku menyelamatkanmu saat masih sekolah dulu?.." Agil seperti merasakan kejanggalan dari penjelasan Mako. Memang benar itulah yang Agil inginkan tapi ada sesuatu yang salah.

"Kamu mencintaiku karena aku menyelamatkanmu?.."

Pertanyaan Agil hanya mendapatkan anggukan dari Mako yang masih menutupi wajahnya diantara kakinya.

"Tapi.. aku bahkan tidak tau kalau dulu kamu dibully" Perkataan Agil ini membuat kepala Mako terangkat.

Mako menatap wajah Agil, tidak ada tanda kebohongan.

Kalau bukan Agil siapa?..

Apakah selama ini Mako mencintai orang yang salah?









































































































































bersambung...

sangat tiba-tiba sekali bukan😔

maafkan aku karena up tengah malam seperti inihh

vote dan komennya janlup🤍🤍

Tokyo Noir Familia [Seri 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang