MY Boss XIV - Tak Terduga

395 55 26
                                    

Seperti mentari, kau masih sama bersinarnya seperti dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti mentari, kau masih sama bersinarnya seperti dulu.

****

Beberapa saat setelah kejadian mengerikan di kantor, Seungwan mendapati dirinya berada di dalam sebuah mobil yang tengah melaju. Gadis itu sesekali melirik keluar jendela, lalu menatap seseorang di sampingnya yang sedang mengemudikan mobil tersebut. Seungwan menghela nafas. Padahal, masih terlalu terang untuk kembali ke apartemennya, namun Yoongi memulangkannya lebih awal. Pria itu bilang, Seungwan bisa mengambil cuti hari ini.

Cuti? Bagi pemagang sepertinya? Sangat tidak masuk akal.

Atau sangat masuk akal mengingat kejadian yang menimpanya- ah, menyeretnya.

"Kau tidak perlu takut lagi."

Seungwan melontarkan tatapan malas. "Aku tidak setakut itu."

"Well, sampai kau berteriak, aku juga tidak percaya kau takut."

"Permisi? Apa maksudmu?"

Yoongi merasakan bahunya bergetar karena tawa tertahan. Tangannya masih sibuk mengemudi dan pandangannya terus mengarah ke depan, namun ia bisa merasakan tatapan menusuk dari gadis di sampingnya. "Kau terlihat seperti wanita yang tak akan menangis sekalipun kiamat terjadi hari ini. Kau sangat ... hm, tangguh?"

"Aku juga sering menangis."

"Benarkah?" Yoongi menoleh.

Seungwan menghela lagi, kali ini menatap keluar jendela. "Aku sering kali merasa sendiri. Karena sering sendirian, aku tidak ingin mereka meremehkanku." Seungwan menoleh hingga tatapan matanya bertemu Yoongi. Gadis itu tersenyum. "Jadi ... aku bersikap seolah bisa menghadapi dunia ini sendiri."

"Meski sebenarnya aku juga bisa sedih dan takut menghadapinya." Sorot mata gadis itu berubah sendu. Ia tidak akan menyalahkan orang-orang seperti Yoongi yang mengatakan dirinya adalah gadis yang tangguh dan pemberani. Sebagian besar memang menilainya seperti itu. Saat mendaftar sekolah pun, di saat anak-anak lain di antar oleh kedua orang tuanya, Seungwan memilih untuk mendaftar sendiri bahkan sejak sekolah menengah hingga memasuki bangku kuliah, Seungwan mengurusnya sendiri.

Entahlah, melihat kedua orang tuanya yang sibuk mencari nafkah, membuat Seungwan sedikit sungkan untuk melibatkan mereka.

Hanya saja ... terkadang, meskipun lebih sering, ia merasa orang-orang memanfaatkan dirinya yang tegar untuk menyakitinya. Mereka mungkin berfikir bahwa tidak apa-apa jika perasaannya yang dikorbankan, toh, Seungwan adalah gadis yang kuat.

Pernah sekali, pengalaman yang tak akan Seungwan lupakan, saat dirinya berada di bangku sekolah menengah atas. Saat itu, ia mengikuti wawancara penerima beasiswa untuk memasuki universitas yang hanya bisa didapatkan oleh seorang siswa terbaik saja. Ia sudah sangat berharap mendapatkannya, nilai tesnya adalah yang paling tinggi di sekolah itu.

[Book II] My Boss Is A Criminal  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang