*38!

60 6 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Zein.

Seorang lelaki dengan penutup kepala dan sweater army, berjalan santai mengambil beberapa makanan ringan serta beberapa minuman dingin dari kulkas. Dengan lihai tubuhnya meliuk di antara ramainya pengunjung. Seperti telah biasa melakukan hal tersebut.

Tangannya gesit menyembunyikan barang-barang yang diambilnya tadi di balik sweater tebal miliknya. Dan dengan santai, dirinya berjalan keluar dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku. Dia tersenyum ramah saat seorang penjaga menatapnya.

Di balik tembok minimarket tersebut, lelaki tersebut menyeringai. "Gak terlalu buruk." Katanya setelah mengeluarkan minuman dingin dan makanan ringan yang dirinya ambil tadi.

"Dicariin daritadi ternyata nangkring disini!" Seseorang dengan centong sayur berkata datar dengan wajah yang tidak bersahabat lalu menjewer telinga laki-laki tersebut.

"Aduh, aduh Mak, ampuun!"

Seorang yang dipanggil Mak itu masih tidak melepaskan tangannya dari laki-laki tersebut, dan menariknya menjauhi minimarket. "Kalau mau makan itu cari yang bener, KERJA! Bukan nyolong-nyolong gitu, Zein!" Omelnya.

Zein merengut. "Kalo Zein nggak ambil gini, Mamak juga nggak punya duit, kan?"

Tarikan di telinga semakin kencang. "Setidaknya kamu nggak malu-maluin kayak gitu!" Tegasnya.

Setelah sampai di depan rumah tidak bercat berukuran 4×6 m², akhirnya tarikan di telinga terlepas. Zein mengaduh dan segera mengusap telinganya yang memerah.

"Daripada kamu nyelinap-nyelinap ke minimarket tadi, mending kamu tolongin Mamak! Itu masih ada sayur yang belum dipetik, cepetan ambil!" Titah wanita tersebut dengan mata melotot.

Zein menarik nafas dalam-dalan dan mencibir. "Iya, Mak, iya!" Sahutnya kemudian berjalan dengan langkah kaki yang dihentak-hentakkan dengan sengaja.

"Yang ikhlas!"

"Iya, Mak!"

Mamak-nya pun telah menghilang dari pandangan. Zein yang melihat itu merengut, tapi tetap melakukan perintah.

"Nyabut ginian, tinggal cabut aja susah." Zein mengomel sambil menyabut beberapa wortel yang ada di depannya.

"ZEIIIIN!" Zein yang sedang menyabut salah satu wortel tersentak.

"Kenapa nyabutnya kayak gitu!"

Zein menggaruk kepalanya. "Kan emang gitu, Mak?"

Wanita paruh baya itu mengetok kepala Zein. "Ya bener, cuman yang masih kecil jangan kamu cabut juga!"

Zein meringis menatap wortel yang baru saja dicabutnya. "Tapi, Mak, ini kan udah mateng, apa bedanya."

Sekali lagi wanita itu mengetok kepala Zein. Zein merengut menatap Mamak-nya yang selalu mengetok kepalanya. "Kamu ini, katanya jenius, masa soal wortel aja masih nanya-nanya! Ciri wortel yang bisa dipanen itu pas daunnya mulai menguning dan diameter umbinya mulai membesar sekitar 2 cm atau lebih. Dan yang kamu petik barusan, liat! Warna umbi yang bawahnya aja masih ijo gitu! Masa asal kamu petik aja sih!"

ENIGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang