$7@

60 7 0
                                    

Apa kabar?

Udah nggak sabar kan mau liat mereka? Iya dong!

Tapi sebelum itu vote dulu yuk! Heheheh...

Udah? Ayok mulai...

***

Dua.

Satu barisan terlihat berdiri hendak maju

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu barisan terlihat berdiri hendak maju. Zein dan Fay saling pandang yang melihat Marvin ikut berdiri juga.

"Lo ngapa berdiri?" Tanya Fay menatap Marvin bingung.

"Kan gue kelas unggulan." Jawabnya membuat Zein berseru senang dan Fay dia menganga tidak percaya. Habis sudah hari-harinya disini.

"Lo unggulan juga?" Seru Zein antusias dan dibalas anggukan mantap oleh Marvin.

Zein menyungging senyum lebar lalu dia mengangkat tangannya hendak ber-tos dengan Marvin dan disambut suka hati. Fay sedikit terdorong ke belakang karena tindakan tiba-tiba yang dilakukan oleh dua laki-laki di sebelahnya.

"Kalian disuruh sampingan aja nggak mau! Tapi daritadi ngobrol berdua, ganggu tau nggak!" Fay mengomel kesal ketika keduanya masih saja ber-tos ala-ala.

"Eh, neng Fay mau diajak ngobrol nihh?" Goda Marvin dengan mata dikedip-kedipkan genit.

Fay bergidik, lalu menabok lengan kiri Marvin membuat sang empunya meringis kesakitan. "Lo hobi banget mukul gue, Fay!" Omelnya. Fay hanya mengangkat bahunya cuek lalu melangkah menyusul Zein yang cekikikan telah berjalan dahulu.

Di depan panggung berlantaikan pualam berwarna gold, terdapat satu perempuan dan tujuh laki-laki sedang berdiri di atas panggung menghadap siswa-siswi lain.

Sorak-sorai ramai dari siswa-siswi. Mereka berseru takjub kala melihat orang-orang terpilih yang sedang berdiri menghadap mereka. Terlebih lagi, siaran pengumuman itu disiarkan secara live di seluruh siaran yang ada di Indonesia. Tentu saja mereka begitu heboh saat melihat barisan para manusia genius.

"Jadi gini rasanya punya fans." Celetuk Marvin sambil melambai-lambaikan tangannya menyapa saat siswa-siswi lain berteriak heboh.

"Alay." Seru seseorang-dengan headphone yang bertengger di kepala dan tatapan cueknya-membuat Marvin mendelik menatap tidak suka.

"Sehebat apa lo, hahh?" Tantang Marvin dengan mata yang melotot. membuat orang tersebut memutar bola matanya malas.

Dia menyeringai. "Gak cocok lo jadi artis kalo gini." Orang tersebut menilik penampilan Marvin, membuat Marvin turut memperhatikan pakaiannya.

Mengernyit bingung dia menoleh ke berlawanan arah. Yang satu ini lebih enak diajak bicara dan tentu saja mereka sudah saling mengenal satu sama lain.

Seseorang dengan tindik di telinga serta cengirannya yang khas, menoleh saat di senggol oleh Marvin, Zein yang berada di sebelahnya mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya 'kenapa?'.

ENIGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang