@)$3!

77 6 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Alden.

"Bonjour, Grand-père Haris!" Sapa Alden dengan bahasa perancis pada laki-laki tua berusia sekitar tujuh puluh tahun, saat dirinya memasuki sebuah ruangan yang terdiri atas jejeran buku tua yang tersusun rapih di rak-rak tinggi. (Selamat pagi, Kakek Haris!)

Kakek Haris yang sedang membersihkan debu mendongak dan tersenyum mendengar sapaan seseorang yang amat dikenalinya. "Bonjour aussi, Fils Alden!" Sahutnya dengan bahasa yang sama. (Selamat pagi juga, Mas Alden)

Alden tersenyum lalu menyambut uluran tangan Kakek Haris dan menyalimi punggung tangannya sopan.

"Zeicahdah na phan cang, Ka fapa Alden? Zarhkhat ah voikhat hika ah an ra tawn." Kakek Haris bertanya menggunakan bahasa 'Hakha Chin'. (Kenapa baru dateng, Nak. Biasanya seminggu sekali kesini)

Alden tersenyum menatap Kakek Haris. Sepertinya dia sedang diuji. "Thla tlawmpal a liam cangmi ah khan sianginn kai luhnak camipuai ka rak ngei, Ka pu." Sahut Alden membuat Kakek Haris melongo. (Saya beberapa bulan yang lalu ada tes masuk SMA, Kek)

Kakek Haris tertawa, dia menepuk bahu Alden, bangga. "Parólo pou o Pappoús mólis sas to eípe, boreíte ídi na to proférete áptaista." Dia kembali berbicara dengan bahasa lain, bahasa 'Xhosa'. (Padahal baru kakek kasih tau, tapi kamu sudah fasih melafalkannya)

"Ématha pollá apó séna, Pappoú." Balas Alden dengan bahasa lain lagi, bahasa 'Yunani'. Kakek Haris tertawa lalu mengacak rambut Alden. Dia menganggap Alden adalah cucu kandungnya sendiri yang harus banyak dibimbing. (Aku banyak belajar darimu, Kek)

"Apa kabar orang tuamu? Udah lama mereka nggak kesini." Kakek Haris bertanya menggunakan bahasa negara asal mereka, setelah dia mengajak Alden duduk di salah satu sofa panjang.

Alden menghembuskan nafas pelan. "Biasa, Kek. Mereka sibuk. Pulang ke rumah aja kalau inget waktu." Keluh Alden.

Kakek Haris menepuk-nepuk bahu Alden seraya tersenyum. "Tanpa mereka juga, kamu sudah hebat." Guraunya agar Alden tidak bersedih hati.

"Yahh, Alden memang hebat, Kek." Alden tertawa saat mengatakannya.

"Mau ambil apa lagi hari ini, Nak?" Tanya Kakek Haris saat kembali mengerjakan kerjaannya semula.

Mengangkat salah satu buku saat dia mengikuti langkah Kakek Haris. "Mau balikin ini, Kek. Tadi sih, aku pengen nyari War and Peace karya Leo Tolstoy. Itu aku liat di internet bagus banget, Kek! Jadi pengen baca." Seru Alden antusias.

Kakek Haris mengangguk, lalu menunjuk salah satu jejeran buku tua yang berada di pojok ruangan—menggunakan dagunya. "Seneng banget kamu baca buku lama."

Alden menyengir dan mengangguk. "Seru, Kek! Serasa dibawa ke jaman itu kitanya."

"Kakek seneng ada anak muda yang masih suka baca buku-buku tua. Selain kamu, nggak ada lagi yang dateng ke Perpustakaan Kakek. Katanya sih, isinya udah lama semua. Gak update kalau kata anak-anak itu."

ENIGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang