➷00.03

104 13 0
                                    

Chapter 3 : Perhatian dari Mama

Kemarin setelah ia meminta tolong ke Dorothea dan Esmeralda untuk diantar pulang, ia langsung menyuruh keduanya untuk pulang ke rumah masing-masing.

Tanpa menawarkan untuk mampir ke rumah aslinya Eleanor, ia segera masuk ke bangunan megah itu tepat setelah mobil Dorothea dan Esme pulang.

Dari awal tiba Eleanor sudah merasa aneh karena bangunan megah yang katanya rumahnya ini sangat mirip dengan Istana Celeste-nya, bangunan yang di bangun Raja William untuk dirinya. Hanya saja dengan versi yang lebih modern lagi.

Untungnya saat ia tiba di rumah megah itu hanya ada para pembantu dan para penjaga saja, karena sepertinya orang tua Eleanor asli sedang menghadiri acara perusahaan kolega mereka. Jadi Eleanor langsung meminta seorang pembantu untuk mengantarnya ke kamarnya. Kemudian tanpa mengganti seragam terlebih dahulu, mandi dulu, ataupun mengisi perutnya Eleanor justru tertidur lelap di kasur empuk milik Eleanor asli.

Dan ketika ia bangun hari sudah berganti.

Baru saja Eleanor ingin turun dari kasur, tiba-tiba saja pintu kamarnya di buka oleh seorang wanita cantik berpakaian glamor yang sangat terlihat asing dimatanya.

Saat wanita cantik itu berjalan mendekatinya tentu saja Eleanor mengurungkan niatnya tadi dan tetap berada di atas kasur.

"Kamu amnesia lagi ya, sayang?" tanya wanita cantik yang sudah bisa dipastikan adalah Ibu dari Eleanor asli.

Suara lembut wanita cantik dihadapannya ini membuat hatinya nyaman, apalagi wanita itu bertanya ada sambil mengelus pelan kepalanya.

"Mmm, iya tapi kali ini kayaknya aku nggak bakal ingat apa-apa lagi, Ma. Maaf," jawab Eleanor sambil menundukkan kepalanya.

Ariella Viviette, Ibu kandung dari Eleanor asli itu langsung merengkuh tubuh putrinya dalam pelukannya. "Kamu nggak salah, Elea. Jangan minta maaf ke Mama."

Berada di pelukan seorang Ibu ternyata sangat nyaman dan mampu membuat hatinya menghangat. Di tambah lagi satu tangan Ariella mengelus punggung dan satunya lagi mengelus kepala.

Pelukan itu berlangsung cukup lama karena air mata Eleanor sempat tumpah walau tak banyak.

Dulu, Eleanor saat menjadi Liliana jarang sekali menghabiskan waktu dengan Ratu yang merupakan Ibu kandungnya. Ibunya sangat sibuk dengan tugasnya sebagai seorang Ratu dan juga sebagai seorang istri.

Sedangkan ia sendiri selalu sibuk dengan kelas-kelas wajib untuk tuan putri yang dijadwalkan oleh Raja Williams dan Ratu untuknya. Ia dituntut sempurna untuk menjadi sosok yang sempurna seperti kedua kakak perempuannya, meski hingga akhir hayatnya ia tidak bisa menjadi sosok yang diinginkan oleh Raja Williams dan Ratunya.

Sentuhan di dahinya yang dilakukan oleh Ariella membuatnya kembali fokus dengan kehidupannya sekarang.

"Eh-- badan kamu panas ternyata. Hari ini kamu izin aja ya, biar Mama yang bilang ke wali kelasmu. Kamu istirahat aja di kamar." Kekhawatiran Ariella benar-benar membuat Eleanor terharu. Di kehidupannya dulu Ibu kandungnya tidak pernah sekhawatir ini pada dirinya karena dia belum bisa menjadi sosok yang seperti Kakaknya.

"Iya, Ma. Makasih," ucap Eleanor tulus. "Tapi Elea pengen mandi pakai air hangat, ya. Kemarin aku belum mandi, bahkan sekarang aku masih pake seragam kemarin."

Wajah Ariella terbelalak kaget. "Ya, ampun!!! Kenapa nggak ganti baju santai dulu sih meski nggak mandi?!"

"Hehehe, aku kemarin capek mikir karena bingung dan ngerasa asing semuanya, Ma. Jadi pas nyampe rumah langsung ke kamar, terus pas liat kasur aku langsung tidur aja biar semua capeknya hilang. Niatnya tidur bentar tapi bangun-bangun udah pagi. Maaf deh, Ma," beo Eleanor dengan panjang.

PRINCESS SECOND LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang