01

205 37 2
                                    

Kau hanya gadis level rendah yang tak pantas bersanding dengan circle kami

Suzy terbangun, mimpi yang sama kembali mengahantui. Mimpi yang seharusnya tak lagi datang, mengingat ia berusaha untuk menghapusnya selama beberapa tahun belakangan.

Jam di nakas menunjukkan pukul 04.00, suzy memutuskan untuk membuat sarapan saja. Hari ini akan menjadi hari yang panjang, karna ia harus bertemu dengan mereka di acara pernikahan wanita itu.

Cukup lama Suzy terdian, menatap potret di nakas yang menampakan  nenek nya bersama ia juga Nana. Tiba-tiba ia merasa sangat merindu.

"Aku rasa aku masih membutuhkan pertolongan profesional." Ucap Suzy pada dirinya sendiri.

Disini ia tinggal bersama dengan Nana dan adik laki laki nya bernama Seokjin. Meski ia dekat dengan Nana tapi ia canggung dengan Seokjin , mengingat Seokjin itu sepupu laki laki tertua dan ia cucu bungsu jadi hubungan mereka canggung. Ditambah baru ini lagi mereka bertemu.

"Sudah bangun?." Sapa seseorang membuat Suzy menoleh, mendapati Seokjin sedang berdiri memegang cangkir.

"Iya." Jawab Suzy singkat, dapur beraura canggung.

"Apa kau sedang merasakan sesuatu yang buruk? ." Tanya Seokjin. Suzy menoleh, ia teringat kalau Seokjin dokter dan psikiater.

Seingat Suzy, nenek nya pernah berkata kalau Seokjin bercita cita menjadi seorang bussinessman seperti yang semua harapkan bahkan sudah dapat beasiswa. Tapi di tengah jalan ia membelot ke jurusan kedokteran lalu berlanjut mengambil spesialis kejiwaaan, membuat semua mempertanyakan keputusannya.

Seokjin bertubuh tinggi dan jauh tinggi dari Nana . Ia juga mempunyai wajah tampan ditambah bahu lebar yang membuat siapa saja ingin memeluk.

"Tidak ada, aku hanya terbangun mungkin sedang membiasakan diri." Jawab Suzy, berbohong.

Ia merasa tak nyaman kalau bercerita soal ini kepada Seokjin, karna kecanggungan diantara mereka. Lagipula ia terbiasa berinteraksi dengan wanita, bahkan di Jepang, pegawai rumah mereka kebanyakan wanita. Pria bisa dihitung jari tetapi mereka jarang sekali berinteraksi dengan Suzy.

Suzy pamit untuk kembali ke kamar. Tak jadi membuat sarapan karna terlalu canggung. Sementara Seokjin hanya menatap dalam diam punggung gadis itu. Ia tau Suzy berbohong, ia juga tau pasti ada hal yang mengganggu. Mengingat sebentar lagi ia bertemu dengan orang dari masalalu nya.

Meski tampak jarang berbicara, namun sedari kecil , Suzy merupakan fokus Seokjin. Mungkin karna Suzy yang paling kecil dan dia seorang perempuan. Jadi tak heran jika sekarang Seokjin masih begitu. Memperhatikan Suzy meski dalam diam dan dari jauh.

.

Gaun hitam itu pas membalut tubuh Suzy , menghadirkan aura elegan dan manis pada gadis itu.Dulu gaun itu milik Neneknya . Peninggalan yang ia bawa dari Jepang, sebagai barang pemulas rindu nya pada mendiang. Karna disana masih tercium sedikit aroma khas sang Nenek, membuat ia lebih tenang.

"Ayo turun." Ajak Nana.

Mereka berada di parkiran hotel tempat pernikahan dilaksanakan. Tempat dimana Suzy akan bertemu kembali dengan orang itu. Orang yang statusnya sudah terhapus untuk Suzy.

"Ku rasa lebih baik kalau kalian saja yang hadir, bukankah pernikahan ini tak akan berhenti atau ditunda meski aku tak hadir." Ucap Suzy tengah berkeringat dingin.

"Ayolah, bukankah ini saat yang tepat untuk menunjukkan pada nya kalau kau bisa berdiri tanpa kasih sayang nya." Ucap Nana lembut.

Suzy menggeleng. Ia tak siap, sama sekali tak siap, takut jika mereka justru melihat sisi lemah nya.

"Semua akan baik baik saja ji , ada kami disini." Ucap Seokjin sembari mengelus bahu Suzy.

Suzy berusaha untuk yakin. Tanpa sadar air matanya jatuh. Ia menangis dan ia benci itu, terlebih ia menangis karna orang itu lagi.

"Apa kau tak percaya pada unnie dan oppa mu." Tanya Nana lembut.

Nana sangat paham jika sepupu cantik nya masih merasa sakit, tapi kalau tidak begini, semuanya akan tetap sama seperti sebelumnya.

"Tapi apa jadinya jika aku tak bisa menahan diri dan tampak lemah unnie? Lebih baik semuanya begini daripada aku harus bertemu dia lagi, lagipula aku tak mau merusak saat bahagia nya."

"Hanya coba lalukan Bae Suzy , jangan beralasan apapun oke, karna kalau kau mau semua nya berakhir ya kau harus memulainya." Bujuk Nana lagi, mengingat kemarin Suzy menunjukkan tekad bahwa ia bisa.

Pada akhirnya setelah perdebatan lama, gadis itu mau untuk keluar dari mobil dan berdiri tegak.

"Maafkan aku karna menyulitkan kalian begini." Ucap Suzy sembari mengusap air mata.

"Tak perlu minta maaf sayang." Jawab Nana sembari mengelus rambut sepupunya.

"Kuatlah ji, karna ini hanya awal dan semua akan lebih berat lagi nanti." Ucap Seokjin , sembari menggenggam tangan sepupu bungsunya.

Ia harus memulai untuk menyelesaikan semua.


.

Aula Hotel berbintang milik Park Company itu tampak ramai. Mengingat hari ini putra kedua mereka , Park Ji Chul atau yang lebih sering di panggil Gong Yoo , menikah untuk yang kedua kali nya.

Mempelai wanita nya seorang dosen cantik yang bekerja di beberapa universitas terkemuka di Korea. Yang menurut kabar beredar merupakan cinta pertama dari Gong Yoo, Kim Sarang.

Sementara di sudut aula, ada sekumpulan anak muda, bukan anak muda biasa, karena mereka merupakan calon penerus perusahaan dan anak dari para Chaebol.

Disana ada Park Jinyoung , anak tunggal dari Gong yoo yang tak keberatan dengan kehadiran ibu baru. Mungkin karna pemikirannya yang dewasa.

"Mungkin jika aku berusia sama dengan bibi Sarang , aku akan menikahi nya lebih dulu daripada ayahmu." Ucap Nam Joohyuk, lelaki lelaki jangkung yang duduk di kanan Jinyoung.

"Ihs , kalau aku jadi Bibi, aku pasti tak akan mau denganmu." Ucap Oh Sehun, laki laki berkulit putih yang duduk disebelah kanan Joohyuk

"Ditambah lagi kelakuan mu yang membuat pusing itu mana bisa mengimbangi keanggunan Bibi." Ucap Ji Hansol, sepupu Joohyuk yang berwajah tak kalah tampan.

"Ya diam lah kalian sebelum ku lempar dengan botol ini." Ucap Krystal, satu satunya gadis yang berada disana.

Sementara dua orang lainnya, Na Inwoo dan Kim Jongin hanya tertawa, mendengar para pria itu terkena omelan oleh putri es.

.

Suzy mencengkeram erat gaunnya, lalu mengambil nafas sepanjang mungkin. Ia masih merasa gelisah. Bukan karna pesta ini begitu megah tapi karna ia sedang berusaha untuk tetap tenang.

"Unnie." Sapa seseorang , membuat Suzy menoleh.

Itu Nayeon , satu satu nya sepupu dari pihak ibu dan mereka sangat dekat dulu. Namun karna keadaan Suzy terpaksa harus menjauhinya juga. Tanpa izin, Nayeon menarik Suzy menjauh dari Seokjin dan Nana.

"Kemana saja unnie? Kenapa tak ada kabar dan menghilang." Ucap Nayeon dengan air mata. Suzy langsung memeluk adik sayang nya itu.

"Kau tau, unnie merindukan mu." Ucap Suzy sembari memeluk Nayeon.

Ingin rasanya ia bercerita pada gadis ini tentang semua yang ia lalui. Tapi ia tak mau gadis ini ikut merasa terluka karena dirinya. Karena apa yang telah ia lalui teramat sangat rumit

.

Reset Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang