14

80 23 0
                                    

Inwoo mengikuti usulan Suzy untuk berbicara dengan Suzu. Karna itu ia menghampiri gadis yang sedang sibuk dengan ponsel nya itu.

"Mau apa?." Tanya Suzu tanpa menoleh.

"Boleh aku duduk?."

"Ya."

Lalu keadaan hening kembali. Membuat Inwoo jadi bingung sendiri harus memulai bagaimana.

"Kalau kau mau minta maaf hanya karna gadis itu , lebih baik tak usah bicara." Ucap Suzu lalu menoleh.

"Apa kah terlihat sekali?." Tanya Inwoo.

"Sangat Na Inwoo, karna aku tau kau akan melakukan apa saja untuknya ,untuk apa yang kau perbuat dan perasaan mu, meski kau tau, ia tak sama sekali melihat perasaan mu." Ucap Suzu.

"Setidaknya lebih baik daripada terobsesi seperti mu." Ucap Inwoo.

"Kau menganggap aku terobsesi padamu ? Hingga aku menyakiti dia ? Tidak Inwoo kan memang faktor tapi kau hanyalah faktor kecil yang bahkan tak ada keberadaan nya pun tak akan berpengaruh banyak." Jawab Suzu.

"Lalu? Bukankah kau menghasut Sehun setelah aku menolak mu ?." Tanya Inwoo .

Suzu tak menjawab lalu meminum air mineral yang sedari tadi ia biarkan tergeletak begitu saja.

"Aku benar kan." Ucap Inwoo.

"Terserah sajalah kau mau menganggap ini obsesi atau apa tapi meskipun itu obsesi bukankah landasan dasar nya adalah cinta ? Kau bahkan hanya melihat perasaan ku obsesi saja tanpa kau sadar kalau didalamnya ada cinta, cinta yang terlalu dalam yang membuat semua ini berubah seperti obsesi. Andai di awal kau bisa lebih terbuka dan tak menjadi kan ia alasan, mungkin tak akan seperti ini Inwoonie." Ucap Suzu.

"Kenapa harus aku yang menjadi alasannya? Padahal aku tak menyuruhmu." Tanya Inwoo.

"Aku juga mau bertanya, kenapa harus Suzy yang jadi alasan kau menolak ku ?." Tanya Suzu balik.

"Karna memang itu , lagipula kalau dulu atau saat ini kita jadi bertunangan , apakah kau mau menjalani hubungan karna cinta yang terpaksa."

"Itu jauh lebih baik daripada di tolak atau di abaikan. Lagipula apa salah nya membuat dirimu merasakan indahnya dicintai bukan hanya mencintai." Ucap Suzu lalu pergi.

Meninggalkan Inwoo yang menghela nafas, tak habis pikir


.

Jinyoung sedang menunggu Krystal bersama dengan Joohyuk di salah satu kedai kopi ternama. Mereka menunggu Krystal yang sedang mencari sandal. Tapi meski katanya hanya mencari sandal, mereka sudah menunggu gadis itu se jam lebih.

Namanya juga wanita.

Karna itu mereka merasa lega karna tak ikut berkeliling dan menunggu disini. Kalau tidak bisa bisa Krystal menyuruh mereka membawa belanjaan nya yang mereka yakin bukan sekedar sendal, tapi berlusin sendal.

"Tau begini harusnya aku ikut saja menemani dia." Ucap Joohyuk.

Jinyoung hanya menoleh lalu geleng geleng. Menurutnya begini lebih baik sih.

"Jinyoung." Panggil Joohyuk kali ini dengan nada serius.

"Apa?."

"Apakah kau berada di pihak Suzu sekarang? Apakah kau menjadi kaki tangan nya?." Tanya Joohyuk.

"Pihak? Memang apa yang sedang kau bicarakan?." Tanya Jinyoung.

"Antara , Suzu dan Suzy, apakah kau akan berpihak pada Suzu lagi ? Mengingat dia kakak mu dan Suzy kau tau sendiri dia membenci kita." Ucap Joohyuk.

"Entahlah , aku tak mau terlibat, apapun itu, Suzy patut membenci kita bukan, karna itu aku memutuskan berada di tengah dan mungkin akan menjadi penolong dari Suzy , karna kau tau aku dan Suzu hanya sekedar saudara sedarah namun tak seperti kebanyakan saudara lainnya , karna kami bahkan jarang berbicara dan kau tau kan kalau Suzy juga adikku, jadi ya aku berada di tengah." Ucap Jinyoung.

Joohyuk mengangguk dalam hati merasa lega. Karna ia sendiri tak mau Suzy terluka lagi begitu juga Jinyoung ikut serta lagi kali ini.

"Tapi bukankah Sohee sudah kembali?, bukan kah dia akan menjadi alasan kuat untuk mu , mengingat dulu karna gadis itu juga kau ikut serta di malam itu." Kata Joohyuk penasaran.

Jinyoung terdiam. Entah kenapa mendengar nama gadis itu membuat ia merasa bodoh.

"Aku sudah tak punya rasa apapun pada nya, kami sudah lama usai , dia bahkan tak pernah menganggap ku benar benar kekasihnya dulu." Ucap Jinyoung.

Joohyuk mengangguk meski ia masih tak percaya.

.

Suzy termenung menatap langit langit kamar nya. Memikirkan apa yang Tuhan sedang berikan padanya hingga ia bisa begini. Sesungguhnya banyak yang ia ingin tanya kan kepada semua yang menyakiti dan meninggalkan, tapi ia takut jawaban mereka akan membuat semua nya semakin buruk.

Sesungguh ia lelah terus dihantui rasa dendam dan mempersalahkan mereka, karna itu ia belajar memaafkan sekarang. Karna ia tau itulah salah satu jalan untuk menyelesaikan semua dan memulai hidupnya dengan lebih baik.

Lalu ia mengantuk namun sesaat sebelum matanya terpejam , ada batu terlempar ke jendela nya , membuat ia sekarang bangkit dan memandang kaca jendela yang kini pecah. Dibawah kaki nya ada batu. Batu bertuliskan kata dari darah , Die .

Ia tak habis pikir, sampai sejauh inikah si peneror membuntuti nya, padahal ia berada di rumah lama nya. Tempat ia tumbuh yang dibiarkan kosong namun dirawat oleh beberapa orang kepercayaan Ayahnya. Ia bersama dengan Nayeon.

"Astaga unnie tak apa?." Tanya Nayeon yang tadi mengambil air minum dibawah.

"Kau mendengar nya?, lihat peneror itu melempar batu." Ucap Suzy.

"Astaga, kita harus menelpon polisi, ini sudah tidak bena, Kemarin bangkai tikus , tempo hari pakaian berdarah, besok apa lagi." Ucap Nayeon emosi.

"Santailah, hanya lihat saja sejauh mana ia begini, bukankah menyedihkan sekali." Ucap Suzy.

"Mari tidur dikamar utama." Ajak Nayeon , Suzy mengangguk.

Sementara di luar sana , di sudut kegelapan , ada seseorang dengan hoodie dan masker bersembunyi dibalik pepohonan. Lalu setelah lampu kamar Suzy mati ia beranjak.

"Kau pantas mati, kau telah merebut dia dan kebahagiaan ku." Ucap orang itu sembari menatap kearah rumah Suzy.

.

Suzy tak yakin apakah dia harus melakukan ini, tapi ia harus memastikan semua nya sendiri. Jadi disinilah ia, berada di kampus Jinyoung.

"Apakah semalam kakak mu ada dirumah?." Tanya Suzy saat menemukan Jinyoung sedang mengobrol dengan Joohyuk dan Krystal.

"Kau, kenapa? Dia ada semalam, kami makan malam dengan rekan Ayah." Jawab Jinyoung.

"Apa kau kesini hanya untuk menanyakan itu? Apa kau bahkan tak punya kontak ibu mu atau anak ini ?." Tanya Joohyuk. Sementara Krystal diam sembari memperhatikan Suzy.

"Tidak buat apa aku menyimpan kontak nya , aku bahkan tak dekat dengannya." Jawab Suzy.

"Apa kau mau makan siang bersama kami ?." Tanya Krystal.

"Terima kasih tapi aku duluan Krys." Ucap Suzy lalu berbalik menuju gerbang, keluar untuk menyeberang.

"JI!AWAS!." Teriak Joohyuk tiba tiba sembari menarik gadis itu.

Lagi ia hampir tertabrak.

Ia benar benar lemas sekarang. Siapapun peneror nya orang itu benar benar ingin ia mati. Karena jalanan tampak sepi, jika bukan unsur kesengajaan tak mungkin ia ditabrak.

.



Reset Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang