BAGIAN 39

61 1 0
                                    

Yuhuuyy pagi readers🤸🏻‍♀️✍🏻❤️

Happy reading

"Iya, jaga-jaga jika El rewel."

"Kenapa harus di kamarmu? Kenapa tidak di kamarku?"pertanyaan Serra membuat Axel menghela nafas panjang."kau mau aku Memandangi pakaian dalam mu yang berserakan di sofa kamarmu itu?"Alis kiri Axel terangkat dengan senyum smirknya. Kalimat itu terdengar seperti godaan bagi Serra, gadis itu menelan salivanya dengan paksa.

"Hah? Se-sejak kapan kau masuk kekamarku!?"tanyanya dengan mata melotot, seharusnya ia tak sebebas itu di rumah Axel. Saat sudah malam rasanya terlalu malas untuk membuat semuanya terlihat rapi.

"Entahlah, aku tahu itu wajar. Seorang wanita tak boleh membawa itu tidur, kan? Itu akan meningkatkan seseorang terkena kangker payudara,"ucap Axel dengan ekspresi santai, namun Serra sangat malu mendengar itu."Bagaimana bisa ia mengetahui semua itu? Aku bahkan melepaskannya karena alasan merasa tak nyaman, Axel mengetahui semua itu dengan rinci dari mana?"batin Serra menerka-nerka meminta jawaban, bagaimana bisa lelaki tampan itu dengan lancar menjelaskan semuanya.

"Jangan hanya diam di sana, cepatlah," pekik Axel dengan nada ketus kembali melanjutkan langkahnya, Serra masih terdiam memikirkan perkataan Axel tentang pakaian dalamnya.

Axel merebahkan tubuhnya dengan malas, rasanya sangat mengantuk. Dulu saat ia mengantuk, meminum alkohol adalah pilihan terbaik. sekarang meminum setetes saja sangat sulit karena dalam pengawasan Serra.

Baru saja ingin memejamkan mata, Serra tiba-tiba menepuk-nepuk pelan bahunya."Xel, kau tidur di sofa saja. Biarkan kami perempuan yang berada di kasur,"pintanya dengan suara serak, ia juga sangat mengantuk.

"Baiklah, yang penting aku bisa tidur,"Axel bangun dari posisinya dengan lesu sembari mengambil salah satu bantal, ia lalu menjatuhkan dirinya ke sofa yang hanya bisa menampung sebagian tubuhnya.

"Hidup wanita! Senangnya menjadi seorang perempuan,"ucap Serra dengan bangga, merebahkan tubuhnya di kasur yang cukup besar itu. Rasanya seperti sedang berada di atas awan, kasur Axel memang jarang berantakan. Kasur menjadi hal penting baginya, setiap sudut harus bersih dan rapi.

Namun belum sempat Serra memejamkan mata, Elia kembali menangis.

"Shutt… El, tenang nak,"mau tidak mau Serra harus bangun dari posisi tidurnya, kembali menimang bayi kecil itu dengan lembut.

"El tenang nak, Ayah tidak bisa tidur," ucap Axel lalu menutupi telinganya dengan bantal.

Saat Elia sudah tenang, Serra kembali menaruh tubuh bayi kecil itu dengan perlahan. Kembali berbaring dengan rasa bahagia.

"Akhirnya… El beri waktu sedikit ya? Sebentar saja,"ucap Serra lalu kembali memejamkan matanya, 20 menit adalah waktu yang cukup lama untuk tertidur. Yah, Elia menangis lagi. Kini giliran Axel yang harus menimang bayi kecil itu.

"Xel! Bangun, giliranmu,"Serra berguling sampi ke ujung kasur, mencoba membangunkan Axel dengan kakinya.

"Huh, iya! Iya, aku bangun,"gerutu Axel lalu berdiri dengan lemas menggendong Elia.

"Anak ayah yang paling cantik dan baik hati… tidur ya? Ayah mengantuk sekali,"Axel memasang wajah lesu di depan Elia, berharap bayi kecil itu memahami perasaanya.

"Ditimang Xel, bukan dijadikan tempat curhat,"celetuk Serra menatap keduanya penuh cinta, rasanya seperti sudah melangkah ke kehidupan.

"Axel…,"panggil Serra dengan suara lirih.

"Hm?"

"Besok kita tidur sampai siang saja, bagaimana? Aku harus menyiapkan diri sebelum ke pesta Alen besok malam, jangan bangunkan aku ya?" Serra membuka sedikit matanya yang mulai meredup, menatap Axel dengan lesu.

"SERRA! Basah," teriak Axel, matanya terbelalak saat merasakan ada air yang hangat terasa di tangannya.

"Pipis itu…,"ucap Serra dengan enteng mengubah posisi tidurnya membelakangi Axel.

"Bangun dulu gantilah!"pinta Axel dengan nada ketus.

"Ah! Xel, kau kan sudah tahu cara menggantinya," Serra bangun dengan terpaksa, mengambil popok yang baru karena popok itu rembes karena kepenuhan.

"Sini, kamu jangan tidur!" Tegas Serra, membuat Axel langsung menjatuhkan tubuhnya dengan malas ke atas sofa. Memandangi gadis itu dengan intens saat mengganti popok milik Elia.

"Mengapa gadis satu itu tidak ingin sekali di pinang," gerutu Axel dalam batinnya, salahkah ia ingin meminang di usia muda?

"Sudah selesai, aku tidur dulu,"Serra merebahkan tubuhnya kembali ke atas kasur, menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. Ia tak ingin lagi mendengar suara apapun dari Axel.

"Akhirnya… tidur yang nyenyak sayang…," Axel mencium kening Elia dengan lembut sebelum menaruh kembali tubuh kecil bayi itu ke samping Serra.

Karena rasa kantuk yang berat, Axel tak lagi memikirkan di mana ia tertidur. Ia ikut merebahkan dirinya di kasur dengan perasaan bodo amat, tidur menjadi hal terpenting. Toh, dia juga sedang tidak mabuk, tidak akan membahayakan keperawanan gadis itu.

"Nyeyak sekali tidurku…," Dania bangun dengan perasaan segar, akhirnya ia bisa tertidur nyenyak lagi seperti di rumahnya sendiri. Memang ia tak keberatan menjaga Elia, Dania senang menjaga bayi kecil itu. Namun di usianya yang senja kurang tepat rasanya jika ia terus begadang.

" El tidur sama siapa, ya?"Dania berjalan keluar kamar dengan kebingungan, ia lalu memilih untuk pergi ke kamar Serra. Perasaannya tak percaya jika Elia akan berada di kamar Axel, lelaki tampan itu mana bisa menjaga El dengan tenang.

"Loh? Serra mana?"saat membuka pintu kamar Serra, Dania tak mendapati gadis itu. Kamar yang cukup berantakanlah yang ia dapati.

Langkahnya perlahan menuju kamar Axel, ia takut jika tiba-tiba memergoki Axel dan Serra sedang dalam keadaan haram seperti yang ada di dalam pikirannya.

"Ini pasti gaya tidurnya peluk-pelukan!"gerutu Dania segera menerobos masuk kedalam kamar Axel, namun prediksi pikirannya benar-benar salah. Gaya tidur Serra dan Axel malah terlihat seperti sedang adu jurus taekwondo. Membentengi Elia dengan kaki mereka bak sebuah burung dalam sangkar.

"Astaga… El, untung saja kamu tidak kena tendang, nak. Maaf Oma tadi malam mengantuk sekali,"Dania mengambil tubuh Elia dengan perlahan, takut jika membangunkan keduanya. Kasihan mereka begadang semalaman tanpa tidur nyenyak.

Popok Elia berserakan, handuk-handuk basah milik bayi kecil itu berhamburan di lantai. Berantakanlah kamar lelaki tampan itu. mereka sendirilah yang memporak-porandakan tempat yang rapi itu.

DO YOU HAVE A BABY? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang