BAGIAN 51

48 3 4
                                    

Pagiiii🤸🏻‍♀️✍🏻


"Axel, aku haus tolong ambilkan minuman,"pintanya, Axel langsung bangkit dari kursi berjalan menuju arah tempat minuman berada.

Namun belum sempat ia sampai ke sana, salah seorang pengawal menghampirinya." Maaf, dengan tuan Axel? Bagian belakang mobil anda tak sengaja tergores,"mendengar itu sontak Axel mengubah arah langkahnya, ia berjalan mengikuti pengawal itu untuk melihat separah apa goresan pada mobil kesayangannya.

"Maaf, dengan nona Serra?"salah seorang pelayan ikut menghampiri gadis itu dengan langkah tergesa-gesa.

"Iya benar, saya Serra. Ada apa, Bu?"tanyanya dengan raut wajah keheranan.

"Bolehkah anda ikut dengan saya?"pinta pelayan itu dengan nada berbisik membuat Serra tambah kebingungan.

"Kemana Bu? Apa boleh kita tunggu sebentar, saya sedang menunggu teman saya," Serra melirik kekanan kiri berusaha mencari Axel disekitarnya, namun sama sekali ia tak melihat tubuh tinggi milik lelaki tampan itu.

"Maaf, nona harus segera kesana,"ucap pelayan itu sekali lagi kini dengan nada memaksa, karena merasa tak ada yang aneh akhirnya Serra mengikuti pelayan itu. Ia berpikir mungkin itu Axel yang akan memberikannya sebuah kejutan secara diam-diam.

"Loh? Kok ini kita jalan kebelakang? Mau kemana Bu?" Tanya Serra namun pelayan itu tak menggubris pertanyaannya. Ia dengan langkah ragu-ragu terus mengikuti langkah wanita itu.

"Mana goresan yang terkena mobil saya, Pak?"tanya Axel dengan raut wajah keheranan, ia terus memperhatikan tiap bagian mobilnya berusaha mencari goresan yang di maksud pengawal itu.

"Tunggu tuan… saya cari kembali dulu,"ucap pengawal itu berjalan mengelilingi mobil Axel berusaha memakan waktu agar lelaki tampan itu tetap berada di luar. Padahal tanpa Joan ketahui beberapa pengawal mulai mengunci pintu depan, mengeluarkannya secara halus.

"Dimana goresan yang kamu maksud!?"tanyanya dengan suara meninggi, ia mulai kesal dengan kelakuan pengawal itu.

"Tunggu tuan, tadi dengan jelas saya melihat goresan di mobil ini."

Saat Serra mulai memasuki bagian taman, tiba-tiba semua lampu menyala… tampak keindahan di taman itu, wangi semerbak bunga mawar terus tercium selama ia melangkah menyusuri taman itu.

"Nona jalan terus saja, ikuti bunga-bunga mawar yang berhamburan," tegas sang pelayan, ia mulai mundur perlahan meninggalkannya sendirian.

Serra memandangi mawar-mawar yang berhamburan di jalan itu, saat matanya memandang sekeliling kekaguman terukir dari wajahnya.

"Sungguh indah, aku tak pernah melihat taman dengan ratusan bunga mawar tumbuh sebanyak ini," Serra masih terus melanjutkan langkahnya dengan perlahan, sesekali ia akan melihat tulisan-tulisan manis yang membuat senyumnya mengembang.

"Seorang ratu harus selalu berjalan di atas bunga-bunga yang wangi."

"Semerbak wangi tubuhmu memabukkan diriku."

"Kau adalah rembulan yang menerangi malam ku yang sunyi."

"Selamat malam kekasihku," suara seorang lelaki mengagetkannya, lelaki dengan wajah yang samar-samar di kegelapan itu berdiri di ujung jalan dengan sebuah ayunan di sampingnya.

"Siapakah kau? Apa kau yang menyuruh ku datang kesini,"tanya Serra, ia mulai memelankan langkahnya menuju lelaki bertubuh tinggi itu.

"Apakah sulit menebak lelaki yang berdiri di depanmu ini? Sungguh saya sangat mengagumi keindahan dirimu,"ucapnya di kesunyian itu, sungguh jelas terdengar di telinga Serra.

Senyum mekar di wajah cantiknya dengan Bodohnya ia mengira itu adalah Axel."sungguh tuan yang berdiri di seberang itu apakah saya mengenalnya?"

"Sungguh kekasihku, kau sangatlah mengenal saya dengan baik. Kita selalu bertemu setiap saat,"ucap Alen dengan senyuman bahagia, hatinya sudah tak sabar melihat wajah cantik gadis dambaannya itu tanpa samar-samar.

Mendengar ucapan Alen, Serra melangkah dengan tergesa-gesa. Hatinya sudah tak sabar melihat lelaki di balik kegelapan itu.

Tak!

Lampu di tampan itu akhirnya sepenuhnya menyala, terlihatlah wajah tampan Alen sedang tersenyum bahagia menatap Serra penuh cinta.

"Alen? Ah… aku pikir," tubuh Serra mematung mendapati siap yang ada di depannya itu, ekspektasinya benar-benar keliru. Bodoh sekali dirinya mengira itu Axel di tengah rumah Alen, tidak mungkinlah Axel membuat kejutan untuknya di rumah musuh bebuyutannya.

"Serra… apa kabar, senang bertemu denganmu. Sungguh indah dirimu dengan balutan gaun itu,"Alen mulai melangkah mendekati Serra, namun gadis itu merasa tidak nyaman dengan sikap Alen.

"Bolehkah kamu berdansa dengan saya?"Alen mengulurkan tangannya dengan senyum manis, mau tidak mau Serra mengambil uluran tangan itu. Tidak enak jika ia menolak begitu saja apalagi ini hari spesial Alen.

Musik secara tiba-tiba berbunyi dengan membuat Serra cukup terkejut dengan perlakuan Alen yang dengan cekatan menarik pinggang rampingnya.

"Kamu tahu sejak kapan saya menyukai dirimu?"tanya Alen dengan senyum smirknya, menatap Serra dengan mata berbinar. 

"Saya tidak mengetahui itu," Serra balik menatap Alen dengan ekspresi datar, ia cukup terkejut lelaki tampan itu benar-benar menyukai dirinya.

"Apa boleh saya masuk kedalam hati kamu?"tanya Alen sekali lagi, Kini ia mulai mendekatkan wajahnya pada Serra.

Ia terdiam mendengar pertanyaan Alen, sungguh ia tak pernah mengira jika Alen benar-benar mencintainya."aku harus menjawab apa? Mengatakan aku tak menyimpan perasaan apapun padanya?" Serra kebingungan dengan situasi itu, ia hanya menganggap Alen sebagai seorang senior yang baik, Ia tak bisa menganggap lelaki tampan itu sebagai seorang kekasih.

"Kau tahu, saya tidak pernah seberani ini mencintai seorang gadis. Tapi untuk dirimu saya berani mempertaruhkan apapun termasuk nyawa saya sekalipun,"ucap Alen dengan mata berkaca-kaca, apa ini saatnya menyatakan perasaan cinta itu pada gadis dambaannya?

Axel masih keheranan melihat tingkah para pengawal itu, mereka seperti mencari sebuah jarum dalam tumpukan jerami yang tinggi.

Tepat saat Axel mulai lengah, salah satu pengawal akan memukul lelaki tampan itu dengan balok besar dari belakang. Namun dari awal Axel yang sudah merasa ada yang janggal dengan perilaku para pengawal dengan mudah menghindari serangan diam-diam itu."pengawal bodoh, kamu pikir aku bisa percaya begitu saja?"ucap Axel dengan nada songong, ia mulai menghajar satu persatu pengawal yang ada disana. Mudah untuk mengalahkan puluhan pengawal itu dengan jurus bela dirinya, tidak heran ia kan sudah sabuk hitam dalam bela diri taekwondo.

Axel segera berlari menuju pintu depan saat mengingat Serra, jika ia sengaja di jebak dengan cara di keluarkan dari sini. Mungkin saja akan terjadi sesuatu pada gadis itu.

"Alen… tapi aku hanya…," belum selesai Serra berbicara, Alen tiba-tiba berlutut di depannya. Memasang wajah memelas di depan gadis itu.

"Alen?"

"Serra, saya Alen Matt Granzo… menyatakan perasaan padamu dari hati yang paling dalam… saya mencintai dirimu dengan tulus,"air mata yang membendung di mata Alen perlahan mengalir membasahi pipinya.

"..."

Tubuh Serra mematung tak berdaya, mulutnya hanya bisa terkatup mendengar ucapan lelaki tampan itu. 

"Apakah kamu bersedia menerima saya sebagai kekasihmu? Apakah dirimu mau menjadi bagian dari separuh jiwa saya?"tanya Alen sekali lagi.

DO YOU HAVE A BABY? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang