Alen terlalu serius menikmati pelukan itu hingga tak sadar Alexa sudah menepuk-nepuk agar segera di lepaskan."Apanya? Kamu ingin mengatakan sesuatu, hm?" Ucap Alen dengan mata yang masih tertutup, masih menghirup rakus wangi aroma tiap helai rambut Alexa.
"Pelukannya."
Bagai tersadar Alen segera melepaskan pelukan canggung itu, Hampir saja ia lupa diri."Oh iya, saya minta maaf," ia mundur selangkah, membiarkan Alexa bergerak semaunya.
"Saya keluar sekarang, kembali letakkan barang-barang mu di ruangan ini. Kalau sudah saya tunggu di ruang kerja, ada yang harus saya dan kamu bahas!" Alen melangkah menuju pintu dengan santai, menaruh kedua tangannya ke dalam saku celana.
"...."
"Jangan pergi, masukkan kembali pakaianmu ke dalam lemari," Alen kembali memperingati Alexa sebelum benar-benar keluar, tatapannya tampak hangat. Ada sesuatu yang berubah dari perilaku dan pandangannya.
"Mengapa ia tiba-tiba bersikap manis dan lembut seperti itu? aneh," Alexa memandangi pintu kamarnya yang sudah tertutup rapat, wangi parfum Alen masih tercium semerbak di ruangan itu.
"Wangi parfumnya bahkan mendeskripsikan Lelaki-lelaki cuek nan dingin. Sudah melekat betul," Alexa kembali mengambil kopernya untuk di ia letakkan ke dalam lemari.
Apa otaknya geger gara-gara tenggelam? baguslah, semakin mudah aku mengeruk hartanya," Alexa tersenyum jahat berlenggang dengan bangga sesekali bersenandung kecil.
Mobil jip Axel telah tiba di depan gerbang, lelaki tampan itu segera turun untuk membuka pagar, terlebih dahulu mengintip berusaha waspada jika tiba-tiba ada wartawan.
"Hey, tunggu!" Suara seorang wanita tua membuat Axel tersentak.
Tampak seorang wanita tua dengan pakaian lusuh, ia menutupi kepalanya dengan sarung batik dan kebaya usang yang ia padukan dengan rok polos berwarna coklat.
Axel sebenarnya tak ingin menghiraukannya karena takut jika ia adalah suruhan orang-orang tertentu karena pakaiannya tampak tertutup.
"Tunggu sebentar, nak. Saya ingin berbicara," wanita tua itu memaksa, bahkan dengan berani menyentuh Axel tanpa persetujuan.
"Permisi, maaf ibu siapa? Saya tidak mengenal anda sama sekali," ucap Axel dengan lemah lembut, walau orang asing ia tetap harus sopan santun.
"Siapa ibu ini? Aku bahkan tak pernah melihatnya berada di sekitaran kompleks, apa sekarang seorang pengemis sudah di perbolehkan masuk dan meminta-minta di pinggir jalan?" Axel bergumam sembari terus menatap wanita tua itu seksama.
Wajah keriputnya benar-benar asing di matanya, tak pernah sekalipun lelaki tampan itu berpapasan dengannya selama ini.
"Saya memanglah orang asing yang berasal dari desa, saya ingin meminta cucu saya," ucapan wanita tua itu sontak membuat Axel terbelalak, cucu? Raxelia maksudnya!?
"Maaf Bu, apa maksud anda?" Axel masih berusaha tenang, ia masih berpikir positif mungkin wanita tua itu lupa atau tersesat.
"Bayi itu adalah cucu saya, bayi yang lahir dari rahim anak saya," jelasnya dengan suara gemetar, apa Elia akan diambil dari dekapannya?
Karena panik, Axel segera menarik tangan wanita tua itu untuk sedikit minggir takut jika ada orang yang melihat mereka.
"Anak ibu? Saya tidak percaya, mohon untuk jangan membuat cerita-cerita lain. Berapa yang dibayar oleh orang itu untuk menyuruh ibu berbohong?" Gertaknya, pikirannya langsung tertuju pada Alen.
Bisa saja ini adalah jebakan bodoh yang sudah lelaki arogan itu buat untuk memperbesar masalahnya.
"Saya… saya tidak berbohong! Itu cucu saya!" Ucapnya dengan nada yang sedikit meninggi, raut wajah keriputnya tampak begitu serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
DO YOU HAVE A BABY? (END)
RomanceMohon Vote dan follownya para readers, Author harap suka sama ceritanya yaa... Biar kenal sama cerita lainnya bolehlah follow dulu, okee? VOTE pliss Axel Maverick Bjorn, lelaki berusia 25 tahun. Calon CEO dari perusahaan Jarxon group yang berkembang...