BAGIAN 81

29 2 0
                                    

🤸🏻‍♀️✍🏻 semangat!? Tidak, istirahat dulu🔥

Axel terbelalak saat merasakan bibir pink Serra menyentuh pipinya, ia menganga tak percaya gadis itu pandai juga mengambil ancang-ancang.

"Gadis ini pandai juga mengambil kesempatan, siapa yang mengajarinya?" Axel bergumam, sesekali melirik Kiana dengan pipi memerah.

Tangan kekarnya tak henti-hentinya mengelus bekas bibir Serra yang mendarat di pipinya.

"Jangan terus memegangi pipimu, fokuslah menyetir."

"Darimana tahu ancang-ancang seperti itu? Kau belajar di mana, hm?" Axel tersenyum smirk.

"Lupa diri ternyata? Bukankah anda yang selalu mengajari itu? Sudah lupa ingatan, kah?"

Setelah berbincang cukup lama, Serra akhirnya tertidur pulas. Sembari terus memeluk tubuh kecil Elia yang ada dalam gendongannya.

"Dasar gadis cerewet," Axel tertawa kecil menatap wajah cantik Serra yang tengah terlelap, gadis itu benar-benar sangat menggemaskan.

Alen ia masih terus memainkan peran sebagai orang yang baru saja tenggelam. Tampak sekali kekhawatiran besar terukir di wajah Alexa, gadis itu terus mengamati langkah Alen dari belakang yang di papah oleh 2 pelayan.

"Sekali lagi aku minta maaf, aku minta maaf membuatmu terluka," ucap Alexa dengan kepala tertunduk, dirinya benar-benar takut sekaligus khawatir dengan keadaan Alen walau terlihat tak terluka sama sekali.

"masuklah ganti pakaian mu, Jangan sampai kau masuk angin," ucap Alen dengan ekspresi datar, sebelum masuk ke dalam kamarnya.

Alexa masih tertunduk lesu meski pintu kamar Alen sudah tertutup rapat, pikirannya masih tak tenang dengan keadaan lelaki arogan itu.

Sementara itu Alen tengah termenung di kamarnya, setelah berganti pakaian. Ia malah terbebani rasa bersalahnya pada Alexa yang begitu tulus dan khawatir saat berusaha menyelamatkannya.

"Mengapa gadis itu harus menangis? Apa yang salah padanya?"

Alexa kini sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil sembari menatap keluar jendela dimana beberapa pelayan tengah menyiram bunga-bunga.

"Apa Alen akan baik-baik saja? Atau jangan-jangan ada rasa sakit yang ia rasakan namun di tutup-tutupi?"

Alexa terdiam sejenak, berpikir keras terhadap sesuatu yang mengganjal hatinya, Ia benar-benar tak bisa tenang.

"Sepertinya aku harus bergegas mengemasi barang-barangku, sebelum di usir dengan kasar," Alexa segera mengambil koper lalu meletakkan semua pakaiannya, apa gadis itu akan pulang? Atau kabur?

Bersamaan dengan langkah Alen menuju kamar gadis itu, Alexa sudah bersiap dengan pakaian tertutup, masker dan kacamata hitam. Niat gadis itu untuk pergi dari Alen benar-benar gigih, apa yang membuatnya seteguh itu untuk pergi?

"Semoga saja tak ada yang melihatku pergi, aku merasa sangat bodoh," ucap Alexa dengan perlahan-lahan menarik kopernya menuju keluar kamar.

Ceklek!

"Alexa? Ingin kemana?" Suara Alen membuat Alexa terbelalak, gadis itu bagai tertangkap basah baru saja mencuri sesuatu.

"A-alen? Jangan lihat aku! Aku malu…," Alexa segera menutupi dirinya, tak ingin Alen menatap wajahnya walau hanya secuil saja terlihat oleh lelaki tampan itu.

Alen langsung memegang kedua bahu Alexa, membuat gadis itu terkejut."Kau ingin kemana dengan koper besar itu? Kabur?" Tanya Alen dengan nada tinggi, urat lehernya tampak tegang.

DO YOU HAVE A BABY? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang