BAGIAN 43

48 2 6
                                    

✨✨✨ annyeong ✨✨✨

Enjoyy🤸🏻‍♀️🤸🏻‍♀️✍🏻otw bab 44

Serra akan menjelaskan semuanya pada Sena, setidaknya jika keberadaan Elia benar-benar ketahuan. Ia bisa menjadikan gadis itu sebagai saksi jika El tidak lahir dari perbuatan kotor dirinya atau pun Axel.

Sena: baiklah aku akan menunggu di sana.

Setelah 10 menit, Serra akhirnya datang memakai Hoodie oversize dengan kacamata hitam dan topi.

"Kau sebenarnya ada dimana? Dirumah tapi menolak keluar untukku? Atau kau tak ingin kita datang ke pesta bersama?"Sena langsung mencerca banyak pertanyaan pada Serra, gadis itu bahkan belum sempat duduk.

Sebelum menjawab pertanyaan dari Sena, Serra memperhatikan sekitarnya. Pembicaraan mereka jangan sampai ada yang mengetahui, rahasia yang sebenarnya tak harus di ketahui oleh banyak orang. Namun karena keadaan Serra harus jujur pada beberapa orang tentang itu.

"Sena, aku mau minta agar ucapan yang aku lontarkan nanti jangan pernah kau beri tahukan pada siapapun. Bolehkah kau berjanji?"ucap Serra dengan mimik wajah serius, tak biasany Sena melihat sahabatnya itu memasang ekspresi seserius itu.

Kening Senin berkerut mendengar itu."Tumben, kenapa? Janji untuk apa?"tanya Sena tanpa rasa curiga apapun, ia berpikir mungkin Serra akan menceritakan tentang seseorang yang ia sukai ataupun membahas tentang uang.

"Aku dan Axel memiliki seorang bayi perempuan,"tegas Serra dengan suara berbisik, ucapan itu mampu membuat Sena terdiam mematung.

Deg!

Jantung Sena rasanya mau copot, ia melotot menatap Serra dengan mulut yang terkatup. Bagaimana bisa sahabat karibnya itu berucap seperti itu, bukankah ia selalu berkata menjaga keperawanannya untuk calon suaminya nanti." Kau dan Axel… kalian…? Serra, kau membuat otakku jadi memikirkan hal-hal kotor," Sena menghela nafas paksa, ia merasa gagal menjadi sahabat yang baik untuk gadis itu.

Sebelum Sena merasa terpuruk, Serra kembali berucap."Ini bukan anak dari perbuatan kotor, aku dan Axel merawat anak yang di buang oleh orang tuanya,"jelasnya membuat Sena kembali mendongak, kini gadis itu memajukan kursinya agar dapat mendengar jelas semua perkataan yang akan di ucapkan oleh Serra.

"Kalian mengadopsi anak!?" Tanya Sena dengan nada ketus, ia masih mengira jika Axel dan Serra telah menikah sirih.

"Shut… tidak juga,sih. Ini seperti memungut anak kucing yang dibuang karena merasa dibebani,"ucap Serra sembari menyeruput es teh milik Sena.

"Maksudmu bayi itu di buang seperti anak kucing? Di sembarang tempat?"tanya Sena masih bingung, ia masih belum bisa mengerti maksud perkataan Serra.

"Yes, dan tempat yang ia jadikan untuk membuang bayi itu adalah rumah peninggalan Eyang Axel. Tepat di depan pintu, orang asing menaruh tubuh bayi kecil itu hanya dengan sehelai kain tipis dan secarik kertas."

"Lalu sekarang bayi itu Dimana?"tanya Sena penasaran, ia mulai tertarik dengan masalah Serra.

"Di Rumah Axel, mama juga sudah tahu tentang Elia."

"Elia? Namanya Elia?"tanya Sena sekali lagi, ia semakin bersemangat dengan drama baru sahabatnya itu.

"Raxelia, Itu singkatan dari namaku dan Axel,"ucap Serra malu-malu, Entah mengapa ia tiba-tiba mengingat kejadian menegangkan barusan.

"Kalian tidak berniat membangun hubungan yang lebih spesial, minimal pacaranlah," ucap Sena dengan enteng menggeser minumannya dengan malas.

"Aku juga ingin menceritakan itu! Jadi kau menginap di rumah Joan saja ya?"pinta Serra dengan memelas, ia mau agar hari ini Axel tak terlalu dekat degannya. Menjadikan Sena sebagai sekat teraman, karena Dania tidak terlalu memperhatikan gerak gerik mereka.

"Menginap? Kalau begitu aku harus kembali pulang untuk berganti,"Sena ingin segera bangkit dari posisinya namun langsung di tahan oleh Serra, mengapa ia harus terburu-buru seperti itu?

"Untuk apa?" Tanya Serra keheranan.

"Aku tidak mau bertemu Axel dalam keadaan seperti ini! Memalukan sekali, citraku sebagai gadis aesthetic akan hilang di depannya,"tegas Sena.

"Santailah, Axel tak akan melirikmu,"ucap Serra dengan santai."kau tidak harus selalu berpenampilan sesuai apa yang publik sukai, tampil sebagai mana kau suka. Tak perlu terlalu bergantung pada pujian palsu orang-orang,"ucapan Serra membuat Sena terdiam, yang dikatakan Serra adalah fakta besar. Jika ia berpenampilan sesuai apa yang ia sukai, beberapa orang mungkin akan memujinya denga lebih tulus dan baik. Ia juga tak akan merasa terpaksa untuk melakukan semua itu.

"Ayo berangkat sekarang."

Serra datang ke tempat itu menaiki taksi online, ia tak berani meminta Axel untuk mengantarnya.

Selama di perjalanan, Sena masih terus mencerca Serra dengan banyak pertanyaan membuat gadis itu terus saja menghela nafas dengan malas.

"Lalu bagaimana kalian merawatnya? Axel bisa merawat seorang bayi?"tanya Sena bersemangat, ia merupakan pengagum rahasia lelaki tampan itu. sangat bahagia rasanya mendengar Serra bercerita tentang sifat lembut Axel.

"Apa kalian benar-benar tidak memilik perasaan cinta satu sama lain, menurutku Axel memiliki perasaan lebih. Tetapi dirimu yang bodoh ini tidak menerimanya, iya kan?"ucap Sena dengan ketus, ia melirik Serra sama malasnya.

"Kau dan Axel sama saja,"ucap Serra balik ketus, lalu melipat kedua tangannya di dada.

"Tidak Serra, dengar dulu. Cobalah menerima Axel, sekali ini saja…," pinta Sena dengan paksa, kasihan sekali ia melihat kegigihan Axel setiap menit berusaha meluluhkan hati batu gadis itu.

“tapi aku mulai menyukainya lagi kau tahu!"ucap Serra dengan senyum tipis.

"Aaa… biar aku bantu kalian dekat, boleh?"pinta Sena.

"Ah, tidak mau. takut nanti kau cemburu berat padaku," Serra melirik Sena, gadis itu bisa cemburu melihat keromantisan Axel pada dirinya.

"Aku ini menyukai paras Axel, bukan mencintainya,"tegas Sena dengan penekanan, ia hanya mengagumi ketampanan Axel. Tidak untuk memiliknya, dari jauh hari memang ia tak ingin berniat menaruh hati pada lelaki tampan itu. Ia tahu hasilnya pasti akan mengecewakan, jika bersaing dengan Serra dialah yang paling jatuh.

"Siapa yang awalnya mau merawat Elia?"tanya Sena penasaran, hal yang mereka ghibahkan kali ini benar-benar membuatnya bersemangat.

"Axel, bahkan ia berhenti meminum alkohol dan ke club karena bayi kecil itu. Sungguh ajaib, kan?"jawab Serra sembari membuat beberapa sketsa baju yang mungkin cocok untuk membuat foto keluarga nanti.

"Pak, nanti di depan sana ada toko bahan kue. Berhenti sebentar ya?"

"Loh, mau mampir lagi? Mau beli apa kamu di toko kue?"tanya Sena keheranan sembari memandang keluar jendela mobil, tampak beberapa kendaraan yang terjebak macet karena lampu merah rusak.

"Mama di sana bosan, katanya mau buat kue. Ngancem kalo gak di belikan mau pulang kerumah saja."

"Memangnya kenapa kalau Tante Dania pulang terlebih dahulu, tidak ada salahnya kan? Ada Axel yang akan menjaganya,"ucap Sena dengan enteng, ia tak tahu saja seberapa ribetnya menjaga 1 bayi kecil.

"Ada dong Sena, kalau mama pulang bawa Elia. Axel pasti akan ikut pulang denganku, ia selalu menggunakan El sebagai alasan."

"Jika Elia bersama lelaki sialan itu, aku pasti harus ikut membantunya. Kau tahulah di sedikit bodoh," ucapan Serra membuat Sena langsung melirik.

"Jika dia bodoh, mengapa mengambil jurusan arsitektur? Tidak mungkin, dia hanya tidak tahu cara merawat seorang bayi, terlebih dia seorang tuan muda,"jelas Sena dengan pemikiran logis, tidak mungkin Axel bodoh. Beberapa piagam penghargaan lelaki tampan itu bahkan terpampang di berita.

"Terserahlah, kau ingin disini atau ikut masuk?" Taksi itu berhenti tepat di depan toko yang cukup besar, terlihat beberapa orang yang keluar masuk ke dalam toko itu.

DO YOU HAVE A BABY? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang