how are you, really.

32 6 3
                                    

Sial!

Pagi itu Cecil bangun kesiangan. Ia menatap jam di atas mejanya sekilas, 08.10 am, ' masih sempat kalau bawa motor ', pikirnya yakin.

Segera ia masuk ke kamar mandi, bersiap, dan dengan cekatan memilih baju yang paling mudah digapainya dari lemari. Cecil berdandan seperlunya, lalu mencari kunci motornya. Ia akan menutup pintu, tapi lalu ia teringat tas dan HPnya masih di dalam. Akhirnya kembali ia masuk dengan terburu buru, memasukkan HPnya kedalam tas, kemudian bergegas mengendarai motornya ke cafe.

Beruntungnya, jalanan pagi ini tidak terlalu ramai. Ia sampai di parkiran karyawan pukul 09.03 am. Dengan cepat ia berlari menuju pintu belakang, masuk lewat dapur dan langsung melesat ke ruangan belakang menaruh barangnya di locker. Dengan mengendap menghindari teman temannya di bagian kitchen, ia lalu keluar menuju ke bagian depan Cafe dengan anggunly seakan tidak sedang terlambat.

" Gak salah lo dateng pagi, Cil? Kan hari ini jadwal gue. " Tanya Mona yang sedang mengelap meja bar.

" Biasaa, ada event. Bu Silva mau dateng. " Cecil menjawab sambil mengenakan apronnya.

" Ohhh.. " Mona hanya mengangguk, kemudian ia teringat sesuatu.

" Oia! Rame gak kemaren, Cil? Sorry banget yah gue ijin tiba tiba. Sebenernya adek gue yang sakit. Tapi lo tau kan gue gak mungkin bilang gitu ke Pak Roy, makanya gue bohong di group. "

" Loh kenapa gak mungkin, jujur aja kali, Mon. Pak Roy kan tau kamu cuman tinggal berdua sama adek kamu. Dia pasti ngerti. "

" Gila lo. Emangnya gue elo, kalo lo yang ngomong gitu ya Pak Roy pasti mau ngerti. Lah kalo gue, pasti abis diomongin ini itu. "

" Hehe apaan sih. Gak lah... "

Sementara mereka ngobrol, masuk seorang pria dewasa yang membawa kunci mobil dan laptop di tangannya, langsung menuju kasir untuk memesan.

Mona dengan gesit langsung berdiri dan melayaninya.

" Cil, ice Americano satu yah. " Mona memberikan perintah kepada Cecil yang dengan sigap langsung menyiapkan pesanan Mona. Pria itu menerima kopi nya dari Cecil sambil tersenyum, lalu pergi menuju meja di pojok ruangan.

" Masih pagi udah ada aja yang wfc " komentar Mona

" Seru kali yah, Mon kerja kantoran. Aku pingin bangeeetttt.. hiks.. " Cecil mulai lagi dengan khayalan nya.

" Kalo gue sih gak pengen. Lo tau kan gue pengennya jadi ibu rumah tangga kaya raya aja. Hehehe "

" Kalo itu sih aku juga mauuu.. hihihi " Cecil mencubit pinggang Mona.

Keduanya tertawa bersama dengan suara pelan. Inilah salah satu hal lain yang Cecil suka dari pekerjaannya. Mona dan Dony, temannya sesama barista, keduanya adalah anakanak seumurannya, yang bagi Cecil mereka sudah seperti pengganti sahabat sahabatnya jaman kuliah dulu. Ya walaupun memang belum sampai sejauh itu, tapi paling tidak mereka cukup untuk mengobati kerinduan Cecil pada sahabat sahabatnya.

Mereka masih asik bercengkrama saat kembali seorang pria membuka pintu cafe. Mona melihatnya dan kemudian segera mengambil posisi di belakang meja kasir.

" Bisa dibantu pesanannya, kak? " Tanyanya ramah.

" Saya mau ketemu Cecil, ada? " Tanya Mammoth sambil mencoba melihat kebalik meja bar. Cecil sedang membungkuk mengikat tali sepatunya, tidak melihat pria itu datang.

" Oh Cecil? Cil, ada yang nyari nih.. "

Mona menatap Cecil dengan bersemangat. Mulutnya berbicara tanpa suara " Siapa nih, jir?? "

Untitled (Part II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang