END game.

18 2 8
                                    

06.10 am

Cecil terbangun dengan rasa sakit yang teramat sangat di kepalanya. Disebelahnya Genta masih tertidur lelap. Cecil melihat ke lantai di sebelah kasur, Lala tidur disana beralaskan kasur lipat yang biasanya dipakai oleh Genta.

Gadis itu cukup senang mengetahui pagi ini ia tidak sendirian, ada kedua sahabatnya disana menemaninya. Perlahan Cecil bangun dan melangkahi Genta agar bisa turun dari kasur. Saat ia akan berjalan ke toilet, ia melihat Roy tertidur di sofa. Nampak sangat tidak nyaman karna sofa itu tidak cukup besar untuk menampung pria itu.

' Kasian banget Roy.. Kenapa dia gak pulang yah.. '

Cecil lanjut ke kamar mandi untuk buang air kecil. Ia sedang tidak ingin mencuci muka. Entah kenapa ia merasa sangat malas untuk melakukannya.

Gadis itu keluar dari kamar mandi dan langsung membuka kulkas. Ia meraih sekaleng bir dingin, lalu mencari tas nya. Setelah mendapatkan tas nya, Cecil keluar dari kamar. Gadis itu ingin berjalan sejenak, mencari udara segar.

Tanpa sadar kakinya membawanya ke taman yang biasa ia datangi untuk berolahraga. Cecil duduk disana, lalu mengeluarkan HPnya.

" Halo, Mon.. Sorry ganggu pagi pagi.. Boleh minta tolong gak? "

" Hmm kalo kamu bisa, aku boleh ambil shift siang kamu gak? Aku kayaknya gak bisa ke cafe pagi ini soalnya.. "

" Beneran?? Makasih banyak yaa, Mona.. "

" Enggak kok, aku gak sakit. Cuman agak lemes aja. Udah dulu yaa, Mon. Byee.. "

Cecil kembali meminum bir yang tadi dibawanya dari kamar. Gadis itu tampak sangat berantakan. Tapi ia tidak perduli. Perasaannya sedang hampa, ia sangat tidak bersemangat untuk melakukan apapun sekarang.

Matanya memandang ke sekeliling taman. Melihat anakanak dan orang tuanya yang sedang beraktivitas disana. Semuanya tampak sedang baik baik saja, padahal ia tidak.

Cecil tersenyum getir. Menertawakan kisah percintaannya yang ternyata tak seindah harapannya.

Mungkin ini adalah patah hati terbesar yang pernah ia alami. Dari sekian banyak kejadian yang telah terjadi di hidupnya, baru kali ini ia merasa tak berdaya.

Cecil duduk diam merenung disana untuk waktu yang cukup lama, sampai ia menghabiskan sekaleng minumannya.

Saat ia akhirnya pulang kembali ke kontrakan, ia melihat Roy berdiri disebelah mobilnya, hendak masuk kesana.

" Kamu mau pulang, Roy? "

Roy berbalik menatap Cecil, wajahnya tampak cemas dan panik.

" Lu darimana sih?! Kenapa pergi gak bilang bilang?! Ini gua baru mau pergi buat nyari lu! Gua telfonin hp lu kenapa gak bisa?! " Roy bertanya dengan panik, ia sempat berfikir yang tidak tidak saat bangun dan melihat Cecil tidak ada dikamarnya.

Cecil melihat layar HPnya yang ternyata sudah mati. Ia bahkan tak menyadarinya.

" Batre aku habis kayaknya.. " Cecil menjawab dengan nada datar. Ia bahkan tidak sadar kalau tadi Roy sudah membentaknya.

Roy memeluk gadis itu sebentar. Cecil tampak seperti orang ling lung dimatanya.

" Masuk dulu yah, kasian itu temen temen lu nyariin. " Roy merangkul Cecil sampai ke dalam kamar. Ia merasakan tubuh Cecil sangat dingin, mungkin karna ia keluar sepagi itu hanya dengan kaos dan celana pendek tanpa memakai jaket.

" Ciiiilll!! Lo dari manaaa!! " Lala yang duduk dilantai sambil memegang HPnya langsung berdiri saat melihat Cecil masuk ke kamar.

" Kalian kenapa panik sih? Aku kan cuman jalan jalan ke taman.. "

Untitled (Part II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang