I'm falling slowly for you

17 4 4
                                    

09.05 am

Tak terasa sudah hari Kamis. H-1 event biasanya memang tak kalah sibuk dengan hari H. Apalagi minggu ini dua event akan berlangsung secara berturut turut.

Cecil sudah duduk manis di mobil menunggu Roy. Keduanya akan pergi bersama ke XY. Hari ini shift pagi Cecil digantikan oleh Dony. Ia akan lanjut bekerja di cafe setelah semua persiapan event rampung.

" Sorry lama, Cil. Tadi gua sekalian ngambil baju kotor gua dikantor, mau di laundry. "

" Loh kok bisa banyak baju kotor gitu di kantor, Roy? Emang kamu gak pulang? "

" Ah, lu kan tau gua biasa tidur dimana aja. Baju baju kotor emang sengaja gua tumpukin semua di kantor tiap hari. Hehe "

Cecil hanya menggeleng. Dia sudah mendengar cerita tentang Roy yang sering menghabiskan malam di rumah teman teman wanitanya. Makanya ia jarang sekali pulang ke rumahnya sendiri.

" Lu udah gak ada yang ketinggalan nih? Langsung jalan ya. "

Roy lalu melajukan mobilnya menuju XY bar. Jarak dari Au revoir ke XY cukup lumayan jauhnya. Sekitar 20 menit perjalanan dengan mobil kalau sedang lancar. Seperti pagi ini, keduanya sampai di XY hanya kurang dari setengah jam perjalanan.

" Oia gua lupa dah pengen nanya. Kapan hari gua liat lu dijemputin tuh sama temen lu. Siapa lagi namanya? Christian ya? " Tanya Roy ketika keduanya turun dari mobil.

" Eh kok tau?! "

" Ya tau lah. Gua gitu. Hehe. Jadi gimana nih ceritanya? Lu selingkuh ya, Cil? " Goda Roy.

" Ehh enggak! Enak aja! Dia itu temen aku. Emang lagi pengen ngobrol aja katanya. " Cecil dengan gugup melihat lihat berkas ditangannya. Padahal memang tidak selingkuh, tapi ia tetap saja panik saat dituduh demikian.

" Yaa selingkuh juga gakpapa kali, Cil. Daripada nungguin laki lu yang gak jelas. Lagian kan katanya kemaren lu pengen nikah sama pengusaha kaya raya biar bisa lu porotin duitnya? Kan?! "

" Ih Rooyy!! Lagian kaya raya apaan sih. Mammoth eh Christian itu biasa aja. Pegawai kantoran aja dia.. "

Keduanya terus ngobrol sambil melangkah masuk kedalam menuju kantor Silva.

" Cieee udah ada panggilan sayangnya juga. Apaan? Mammoth? Kok lucu gitu? "

" Ya gak tau. Itu panggilan dari temen temennya. Bukan aku yang buat. " Cecil menjawab dengan acuh. Ia menolak menanggapi godaan Roy.

" Jangan jangan dipanggil Mammoth soalnya 'barangnya' gede lagi, Cil? Hehehe "

" Rooyyy!! Udaaah ihh!! "

Cecil memukuli Roy dengan tumpukan berkasnya. Roy hanya menangkal dengan tangannya sambil tertawa tawa senang. Menggoda Cecil memang menyenangkan buatnya.

Keduanya tidak sadar kalau Silva menatap mereka dengan aneh dari dalam ruangannya. Kebetulan memang dinding kaca kantor Silva merupakan kaca satu arah dimana hanya orang dari dalam yang bisa melihat keluar, tapi tidak dengan sebaliknya.

Cecil dan Roy masuk ke ruangan Silva setelah tawa keduanya mereda. Mereka langsung terdiam melihat Silva yang menatap ke arah mereka sambil menopangkan tangannya di dagu.

" Ada apaan nih? " Tanya Silva penasaran.

" Apaan apanya dah.. " Roy dan Cecil menatap balik Silva dengan rasa penasaran yang sama.

Roy kemudian duduk sambil setengah rebahan di sofa kantor Silva. Melemparkan kunci mobilnya ke meja, lalu mulai sibuk memainkan HPnya. Cecil mendekat ke meja kantor Silva dan duduk dihadapan bos nya itu.

Untitled (Part II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang