don't feel sorry

21 3 5
                                    

Dimobil Roy Cecil hanya duduk diam sambil melihat keluar jendela, memperhatikan jalanan. Mau tak mau gadis itu memikirkan beberapa kemungkinan mengapa Mammoth melupakan janjinya tanpa kabar yang jelas. Karena Mammoth yang ia kenal bukanlah orang yang mudah membatalkan janji seenaknya seperti ini, apalagi tanpa mengabarinya sebelumnya.

" Mikirin apa lu? " Roy membuyarkan lamunan Cecil.

" Gak mikir apaapa. Lagi liatin jalanan aja. Kamu mau bawa aku kemana sih ini? " Tanya Cecil saat melihat jalanan yang mereka tempuh tampak tidak familiar untuknya.

" Lu mau gua culik.. " jawab Roy datar.

" Yakin sanggup nyulik aku? Entar diinjek lagi kakinya udah ngeluh. Ah cemen.. "

Roy tersenyum simpul mendengar ancaman gadis disebelahnya. Ia menepikan mobilnya, memasuki sebuah gerbang tinggi bertuliskan ' Night Sky food trucks center ' diatasnya. Ia parkir disebuah area kosong yang luas, dipinggirnya terdapat beberapa food truck yang menjual aneka makanan dan minuman. Saat Cecil melihat ke sekelilingnya, ia baru menyadari sekarang mereka berada di dataran yang cukup tinggi.

Jika mereka duduk di tempat makan terbuka yang sudah disediakan, mereka akan dapat melihat pemandangan kota yang dipenuhi lampu lampu berwarna warni yang cantik. Sepertinya konsep tempat itu memang untuk makan sambil melihat langsung pemandangan indah dibawah sana, yang bersanding langit malam penuh bintang diatasnya.

" Bagus banget tempatnya, Roy. " Cecil menatap kagum saat mereka berjalan mendekati area meja dan kursi tempat makan.

" Biar gua yang mesen, lu tunggu disini aja. Mau pasta atau nasi? " Tanya Roy saat Cecil sudah duduk.

" Terserah kamu aja deh, Roy. Tapi minumnya tolong air mineral aja yah, jangan yang dingin. " Kata Cecil sambil tangannya sibuk mengambil foto pemandangan di samping mejanya.

Setelah Roy memesan, ia kembali duduk dihadapan Cecil yang sekarang sedang sibuk melihat lihat hasil jepretannya tadi. Roy meletakkan minuman Cecil dimeja, lalu membuka dan menegak bir dingin yang baru dibelinya.

" Besok lu shift pagi kan? Gua jemput sekalian mau gak? " Tawar Roy sambil menyalakan rokoknya.

" Emang searah dari rumah kamu? "

" Ya emangnya kenapa kalo searah atau enggak, kalo gua bilang gua jemput yaudah.. "

" Dih gak jelas. Kalau emang gak searah ya gak usah repot repot jemput lah.. Ngapain juga? "

( *Please listen to the background music to be more relate with the situation )

Roy diam sejenak. Menghisap dan menghembuskan asap rokoknya..

" Kayaknya gua suka deh sama lu, Cil.. " kata Roy sambil kembali meminum beberapa teguk birnya.

Cecil kaget, ia bingung harus bagaimana meresponnya, ia tidak yakin Roy sedang bercanda atau tidak.

" Gausah kaget gitu lah. Gua bukannya lagi nembak lu atau gimana kok. Gua gak pernah sedikitpun berharap buat jadiin lu pacar gua. Gua gak seberani itu, Cil.. " kata Roy menatap kosong ke pemandangan disebelah mereka.

Ya dia memang tidak berani, untuk membicarakan hal ini saja ia harus meminta bantuan alkohol ditangannya.

Mata Cecil mulai berair. Ini semua terlalu tibatiba. Ia tak pernah menduga hal ini. Baginya Roy bukan hanya sekedar atasannya. Ia menganggap pria itu seperti seniornya, bahkan seperti kakaknya sendiri.

" Jangan nangis, Cil. Bukan salah lu kalo sampe gua bisa suka sama lu. Gua juga nyampein ini ke lu cuman sekedar informasi aja kok. Gua ngerasa gak adil aja kalo lu terus terusan ada didekat gua tanpa tau perasaan gua ini. "

Untitled (Part II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang