Bab 6: Lady Tesya

244 25 0
                                    

Happy Reading
Vote yuk

Keesokan paginya, sinar matahari yang lembut kembali memasuki kamar Lauren. Dia terbangun dengan perasaan aneh, seolah-olah ada sesuatu yang hilang dari dalam dirinya. Lauren berusaha mengingat apa yang terjadi malam sebelumnya, tetapi pikirannya terasa kosong, seperti halaman yang telah dihapus. Dia hanya mengingat setelah bekerja langsung tertidur karena lemas dan kecapean.

Lauren bangkit dari tempat tidurnya dengan perasaan bingung. Dia merasakan kelelahan yang mendalam, tetapi tidak tahu apa penyebabnya. Ketika dia melangkah keluar dari kamar, Marta sedang menunggu di luar, tersenyum lembut.

"Pagi, Lauren," sapa Marta. "Kau siap untuk hari ini?,".

Lauren mengangguk perlahan, masih merasa kebingungan. "Iya, Marta. Tapi... entahlah, aku merasa aneh pagi ini. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi, tapi aku tidak bisa mengingatnya," ujar Lauren merasa bingung.

Marta menatap Lauren dengan prihatin. "Mungkin kau terlalu lelah. Hari-hari pertama sebagai pelayan memang berat. Ayo, kita mulai pekerjaan kita," ucap Marta merasa iba dengan Lauren. Oleh karena itu, dia selalu bersikap baik pada gadis malang itu.

Sepanjang hari, Lauren berusaha fokus pada tugas-tugasnya, tetapi bayangan malam sebelumnya terus mengganggunya. Dia tidak bisa menjelaskan perasaan ganjil yang menyelimutinya. Di dalam dirinya, ada lubang yang tidak bisa dia isi, dan itu membuatnya gelisah.

"Apa yang kulupakan?," ucapnya membatin.

Sementara itu, di sudut ruangan, Solon memperhatikan Lauren dengan senyum puas. Dia tahu bahwa sihir penghapus ingatan yang dia gunakan telah berhasil. Lauren tidak akan mengingat apapun tentang malam itu, dan dengan begitu, dia bisa terus mengendalikannya tanpa ada perlawanan. Solon berencana melakukannya secara terus-menerus karena kini tubuh Lauren adalah candunya.

"Lauren," panggil Solon saat Lauren lewat di dekatnya. "Bagaimana harimu?," ucapnya berusaha sok baik.

Lauren menoleh, mencoba tersenyum meski perasaannya masih kacau. "Baik, Tuan. Hanya sedikit lelah," jawab Lauren masih berusaha sopan walaupun dia membencinya.

Solon mengangguk, senyumnya semakin lebar. "Ingat, Lauren, kau adalah pelayan di sini. Pastikan kau melakukan tugasmu dengan baik. Jangan sampai ada kesalahan sedikitpun,".

Lauren menundukkan kepala, menyembunyikan kegelisahannya. "Ya, Tuan. Aku akan berusaha,".

Hari itu berlalu dengan lambat, dan Lauren terus berusaha menjalani kehidupannya yang baru. Meskipun ingatannya tentang malam itu telah hilang, perasaan tidak nyaman dan takut tetap ada di dalam dirinya. Dia tidak tahu bahwa Solon telah menggunakan sihir untuk menghapus ingatannya, tetapi hatinya tetap waspada.

Dalam kesendiriannya, Lauren berjanji pada dirinya sendiri untuk menemukan kebenaran di balik semua ini. Dia tidak akan membiarkan dirinya terus terjebak dalam kegelapan tanpa mencari jalan keluar. Meskipun ingatannya telah dihapus, tekadnya untuk bertahan dan mencari keadilan tetap utuh.

***

Hari berikutnya, Marta memberikan tugas baru kepada Lauren. "Lauren, tolong antarkan teh ini ke Duchess Savier di ruang duduknya. Pastikan kau melakukannya dengan hati-hati ya,".

Lauren mengangguk, mengambil nampan teh dengan hati-hati, dan berjalan menuju ruang duduk Duchess Savier. Ketika dia sampai di depan pintu, dia mendengar suara-suara dari dalam. Rasa penasaran membuatnya berhenti sejenak sebelum mengetuk pintu.

"Duchess, apakah kau benar-benar yakin dengan rencana ini?" suara seorang wanita bertanya. Lauren mengenali suara itu sebagai Lady Tesya, salah satu bangsawan yang sering datang ke kediaman Savier. Tesya juga terkenal karena kecantikannya di seluruh kekaisaran. Selain itu, keluarga Tesya adalah bangsawan penyokong kaisar yang sangat kaya.

The Villainess is Duke (Sunghoon ENHYPEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang