"Jadi tanggal 7 seminggu lagi?"
Ayana hanya mengangguk saat Violin bertanya padanya.
Mereka sudah balik dari tempat audisi dan kini tengah berada di kamar Violin,
Violin sedang berkemas packing baju dan segalanya supaya Minggu depan tinggal berangkat.
"Tapi ora-"
"Gak perlu ngomongin itu, soal orang tua gue biar gue yang urusin!"
Violin emang agak sensitif kalo sudah membawa nama orang tuanya.
Ayana hanya mengangguk-angguk, sambil melihat violin yang sedang berkemas.
"Buset banyak banget barang bawaan nya." Batin Ayana.
Yeah barang bawaan Violin emang banyak dari mulai baju baju, celana, sepatu, sendal, sikat gigi, kacamata, handphone, jam tangan.
Hadeh banyak dah pokok nya.
"Vi, kenapa Lo bawa barang banyak bener?" Ayana melihat lihat koper Violin.
"Lu pikir deh, kita di Korea pasti bakal bertaun taun!" Iya juga sih author juga baru engeh.
"Kalo gitu gue pulang dulu yah bye."
Violin pov on.
Setelah beberapa menit Ayana balik gue disuruh ke meja makan sama pembantu rumah gue.
Rasanya canggung saat duduk dimeja makan karena ini pertama kalinya semua anggota keluarga gue kumpul, dari mulai mamah, papah, gue.
"Emmm. Pah, Mah."
"Kalo mau ngomong ngomong aja gak usah basa basi."
Kata itu terucap dari papah, papah gue yang sedang makan sambil main laptop entah sedang bekerja atau apa,
tapi ini sudah malam emang harus kerja ya.
Sama halnya dengan Mama dia hanya asik dengan handphone nya seolah mempunyai dunia sendiri.
Inilah yang gue gak suka, mereka sering sekali tidak mempedulikan anaknya padahal gue anak satu satunya.
Kebiasaan mereka hanyalah berantem, bisnis, dan apalah.
"A-aku mau pergi ke Korea."
Gue ngomong aja mereka gak lirik gue, makanan pun gak mereka sentuh.
"Pergi aja, saya sudah gak tahan denger kamu nyanyi tiap malam."
Kali ini mamah yang ngomong,sebenernya ini udah biasa bagi gue dan soal gue nyanyi tiap malam karena gue punya insomnia jadi gue sering nyanyi tiap malam.
"Saya setuju dengan perkataan ibumu itu, lebih baik kamu pergi. Kalo bisa jangan balik."
Enteng banget papah ngomong kayak gitu ke gue.
Karena gue gak tahan denger omongan mereka akhirnya gue pergi kekamar.
Gue sama Ayana pun udah bilang ke kepala sekolah kalo kita mau berhenti sekolah,
ini emang ekstrim tapi gue harap setelah berhenti sekolah gue bisa debut disana, kalo gk debut mungkin gue jadi gembel.
Violin pov of.
Kasihan Violin mari kita doakan semoga mereka bisa debut, penasaran dengan kehidupan Ayana?
Cus kita lihat.
Ayana POV on.
"Ayana pulang!"
Gue teriak sekencang kencangnya di ruang tamu karena seneng banget,
yang sontak membuat adik gue lari kearah gue "Kaka!!" Nama adek gue.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dua langkah
Teen FictionK-POPERS WAJIB BACA!! AUDISI? DIDAFTARKAN? NO PLAGIAT ❌ * * * Penasaran? Hayuk baca langsung. * * * * *