Chapter 11

68 4 0
                                    


Rasanya sudah lama sekali sejak Gun datang ke kelab malam langganannya, padahal, jika dipikir lagi, baru dua atau tiga minggu yang lalu dia bertandang. Segala yang terjadi di Kissing Club menempati sebagian besar ruang di kepalanya, seperti mainan baru yang rumit sekaligus seru, tapi beberapa hal tidak bisa didistraksi sekadar dengan kebaruan itu. Dia memerlukan sesuatu yang lebih. Sesuatu yang bisa menusuknya sampai ke inti dan membuyarkan semua bundel kecemasan.

"Kupikir kau sudah bosan ke sini," sapa Oab, menepuk lutut Gun sebelum duduk di sebelahnya. Dia mencengir dan membenturkan botol mereka sekilas. "Ke mana saja kau? Jangan sembunyi-sembunyi kalau menemukan tempat yang lebih bagus."

Gun mendengus kecil, setengah geli. "Tidak, aku hanya berputar-putar di area kampus. Mengejutkan, bukan?"

"Kau betah di kampus?"

Kini Gun tergelak. "Sungguh, aku tidak bohong. Ada tempat mainan yang seru di sana."

"Kau tidak menarget seseorang dan mengganggunya sampai dia gila, kan?" tanya Oab, kecurigaannya begitu tulus, hingga mau tidak mau Gun tertawa lagi. "Aku serius. Separuh dari anak sekolah kita menjauhimu gara-gara kau lebih kejam daripada Nanno dari serial Girl From Nowhere."

"Oke, itu berlebihan. Aku hanya mengganggu orang agar mereka tertawa. Betul, tidak?"

Oab sekadar mengangkat bahu, tidak membenarkan ataupun menolak. Bagaimana bisa menolak jika dia juga termasuk dalam lingkar pertemanan Gun. Hanya karena mereka diterima di universitas berbeda, sehingga kini lingkaran itu harus merenggang. Akan tetapi, sampai Gun menemukan kotak pendaftaran Kissing Club, mereka masih acapkali bertemu di sini. Tidak melakukan apa pun atau melakukan segalanya, itu tergantung suasana hati masing-masing.

Malam ini adalah tipe malam di mana Gun ingin membawa pancainderanya bertamasya. Sambil meneguk bir, dia mengamati orang-orang yang berlalu-lalang, mencoba menakar siapa dari mereka yang bisa diajak bercengkerama sampai batas malam menyinggung garis fajar. Tidak penting apa yang akan mereka obrolkan karena Gun bisa menjamin kulit mereka yang bakal berbicara lebih banyak. Dia benar-benar memerlukan sesuatu yang ...

Matanya terkunci dengan seseorang, yang kemudian mengedipkan sebelah mata penuh rayu padanya. Gun tertegun, lalu mengerang begitu mengenali siapa yang tengah berjalan ke meja mereka. Di sebelahnya, Oab tertawa.

"Kau kelihatan hampir memperkosa orang tidak bersalah dengan matamu, kawan," ujar Lee geli seraya melesakkan badan di sisi Gun yang lain. "Memangnya kau ini anak SMP? Kendalikan nafsumu sedikit."

"Jangan salah sangka, Lee," sahut Oab, tapi nadanya mengolok. "Dia sudah berhasil bertapa selama seminggu. Menurutmu itu bukan pengembangan karakter yang manis?"

"Satu minggu?" Lee mencondongkan badan ke depan dan merenggut dagu Gun, memutarnya ke sisi kanan kemudian kiri, seolah mencoba mencari keganjilan. "Apa yang terjadi padamu? Penismu mengkerut atau bagaimana?"

Gun memutar bola mata dan menepis tangan Lee. "Tutup mulutmu. Aku punya urusan lain yang lebih penting daripada bermain-main seperti yang kalian lakukan. Lagi pula, aku sudah dua minggu tidak ke sini, tulis itu sebagai tujuan hidup kalian yang tidak akan pernah tercapai."

Oab dan Lee tergelak. "Dia tidak tahu," kata Lee sambil mencomot keripik ketel dari piring di meja, "kalau seks adalah salah satu kunci hidup bahagia. Buat apa mengekang dirimu sendiri ketika ada ratusan posisi yang bisa dicoba di luar sana?"

"Mungkin maksudmu opsi, tapi posisi benar juga," komentar Oab. "Bicara soal posisi, kau mencari yang seperti apa malam ini?"

"Apa pun oke. Aku sedang ingin makan orang." Gun menenggak birnya lagi, matanya menemukan seorang wanita yang juga memperhatikannya dari kursi tinggi bar.

The Kissing ClubTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang