Chapter 16

57 5 0
                                    


Jauh sebelum mengenal Kissing Club, Gun terbiasa mencium siapa saja, bahkan dengan mereka yang disebutnya teman. 'Benar, sex buddies,' kata Lee sambil tertawa, tapi memangnya kenapa? Selama kedua belah pihak setuju, tidak ada yang perlu dipermasalahkan lagi. Dia menjalin hubungan semacam itu bersama Oab selama dua tahun saat masih SMA, kadang-kadang mencari yang lain jika jiwa picisan Oab sedang kambuh dan lelaki itu ingin memacari adik kelas. Itu tidak pernah mengganggu Gun. Sejak awal mereka adalah teman, mereka juga sudah saling sepakat mengenai pengaturan tersebut.

Jadi, ketika Off segera berhenti menciumnya karena Tay menelepon, Gun mulai bertanya-tanya prosedur mana yang dia lewatkan sebelum terjun dalam hubungan teman-satu-klub ini. Dia merasa Off sudah mengkhianatinya dengan melanggar poin terbesar, poin yang dia sendiri tidak tahu apa itu.

Gun mengambil ponselnya, ingin mengecek Instagram, tapi telinganya masih terpasang pada percakapan di sebelahnya.

"Untuk apa aku memindahkannya?" tanya Off, nadanya agak jengkel, tapi tidak juga. "Hei, kau mau dengar pendapatku, tidak? Kupikir kau masih setengah tidur dan sedang mengigau. Kembalilah ke kasur, lanjutkan mimpimu."

Protes Tay terdengar samar-samar. Off tergelak lagi.

"Coba di lemariku ... hah? Nah, kan. Aku tahu."

Sepertinya Tay tertawa di seberang sana, meminta maaf beberapa kali, dan mulai mencerocos tentang sesuatu. Off mendengarkan semuanya sambil tersenyum.

Gun harus jungkir balik untuk membuat Off tersenyum padanya, sedangkan Tay Tawan hanya perlu bangun tidur. Adakah teman masa kecil yang bisa membuat sikap Gun berubah seratus delapan puluh derajat seperti Off dan Tay? Oh, atau mungkin lebih tepat disebut OffTay karena mereka tidak bisa dipisahkan, bahkan ketika fisik mereka berjarak hampir lima kilometer satu sama lain. Gun menghela napas, membenci pikirannya sendiri.

Off menurunkan ponsel, masih sedikit tersenyum ketika menoleh menatap Gun. "Sori tentang itu."

"Bukan masalah." Senyum Gun merekah mudah. Untung saja dia terlatih untuk ekspresi ini sejak kecil. "Ada apa dengan Kak Tay? Sepertinya panik sekali."

"Dia selalu panik," dengus Off membenarkan. "Tapi tidak apa-apa. Itu pesonanya, kupikir."

Ujung-ujung bibir Gun berkedut. "Pesonanya?"

"Ya, dia membuat orang lain menyukainya karena kecerobohannya itu. Kau tahu, kan? Seperti membangkitkan insting keibuan atau kebapakan dalam dirimu." Off menggaruk bagian belakang telinga. "Sayangnya kebanyakan orang menyalahartikan tingkahnya sebagai sesuatu yang lain. Kasihan juga, sebenarnya. Dia hanya ingin punya teman."

"Karena dia selalu ditampar oleh temannya?" cetus Gun, mengingat pembicaraannya dengan Tay tempo hari. Lalu dia meringis ketika Off mengerutkan kening. Seharusnya dia tidak perlu membawa-bawa Tay Tawan lebih jauh. Waktunya dengan Off di ruangan ini sudah terbatas tanpa mereka membicarakan orang lain.

"Kemarin dulu aku tanpa sengaja melihat itu di area fakultasku. Kak Tay kemudian menceritakan perjuangannya mencari teman padaku," Gun buru-buru menjelaskan. Ayo segera selesaikan supaya kita bisa ciuman lagi.

Tetapi rupanya Off tidak berpikir begitu. "Apa lagi yang dia bicarakan denganmu?"

"Kurang-lebih itu saja." Lalu Gun mencerna implikasi dari pertanyaan Off. Matanya menyipit. "Memangnya aku tidak boleh mendengar soal apa?"

"Hah?"

Gun mengesah keras dan beranjak berdiri. "Aku harus segera pergi. Ibuku tidak akan senang kalau aku muncul terlalu mepet dengan waktu mulainya pesta."

The Kissing ClubTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang