Chapter 18

52 4 0
                                    


"Jadi kau dan Off pacaran?"

Sabuk pengaman yang baru ditarik Gun segera meluncur ke atas kembali begitu mendengar pertanyaan tersebut. Gun menatap Tay, yang sudah balik menatapnya dengan sorot mata awas.

"Uh, kupikir Kak Tay mabuk ..."

"Aku memang sempat blank tadi, tapi aku menjadi sepenuhnya sadar saat mendengar suaramu," kata Tay sambil memijat-mijat pelipis, kemudian memejamkan mata. "Oh, lupakan. Aku belum sepenuhnya sadar. Kepalaku masih berputar."

"Ada botol air di pintu sebelah Kak Tay," sahut Gun lamat-lamat, mengenakan sabuk pengaman, kemudian mulai menjalankan mobil. "Soal yang itu, aku harus minta maaf, Kak. Aku bicara begitu agar temanku mau melepaskan Kak Tay."

"Kau bisa bilang kalau aku pacarmu."

"Hmm, dia telanjur percaya kalau Kak Off pacarku. Minggu lalu kami sempat bertemu di tempat yang sama dan entah bagaimana mereka salah paham."

Tay membuka mata lagi. "Lucu bagaimana satu kata bisa mengubah seluruh persepsi seseorang, bukan begitu? Hanya karena kau menjadi pacar, kau seolah-olah punya wewenang untuk segala aspek kehidupan pihak lainnya. Memangnya kalau menjadi teman, kau bisa lepas tanggung jawab dari menjaga keselamatannya?"

"Benar."

"Aku yakin kalau Off ada di sini, dia tidak akan keberatan membantumu membetulkan kesalahpahaman itu."

Gun tidak mau membahasnya. Dia tidak pernah bilang kalau dia keberatan dengan kesalahpahaman Oab dan Lee, toh teman-temannya juga tidak pernah serius. "Aku minta maaf karena sudah menarik Kak Tay begitu saja, padahal aku belum tahu apakah Kak Tay memang berniat tidur bersama Lee atau tidak."

"Tadinya ide itu kedengaran oke, tapi sepertinya aku akan lebih menyesal kalau kau tidak membawaku pergi, jadi trims." Tay tersenyum. "Dan kau sudah minta maaf dua kali dalam lima menit terakhir. Ada apa denganmu?"

Gun menggigiti bibir. "Karena," katanya lambat-lambat, "aku memang harus minta maaf."

"Huh?"

"Soal yang kubicarakan di pesta pekan lalu." Gun melirik ke samping dengan tidak yakin. "Itu ... yang membuat Kak Tay berpikir panjang sehingga tidak bisa datang ke klub, kan?"

Tay tertegun. Ekspresinya benar-benar kosong, tidak seperti Tay Tawan yang dikenal Gun selama ini. Mekanisme pertahanan diri Gun pasti bisa bekerja semisal Tay membentaknya atau paling tidak menudingkan telunjuk penuh tuduhan padanya. Gun justru mengharapkan itu, bukan segulung keheningan yang semakin menyudutkannya ke posisi tidak menyenangkan.

"Tidak, Gun. Aku yang harusnya minta maaf pada kalian," kata Tay akhirnya. "Aku membuat kalian khawatir, bukan begitu? Ketua macam apa yang sudah menelantarkan klub?"

Gun menoleh sebentar, menawarkan senyum singkat. "Aku yakin itu akan menjadi hal terakhir yang dipikirkan Kak Singto dan Krist."

"Begitukah? Kalian orang-orang baik." Tay meluruskan tatapan ke depan. "Dan kau benar. Memang aku memikirkan kata-katamu di pesta akhir pekan lalu. Aku meninjau ulang pola pikir yang selama ini kupegang tentang seorang teman dan aku menyadari, lagi-lagi kau benar, aku telah menjadikan Off sebagai patokan idealku."

Meskipun ingin merunduk dan membenturkan dahi ke roda setir, Gun tetap diam. Kata-kata yang disemburkannya dengan pahit ternyata malah berbalik menyerangnya sendiri.

"Dia selalu memahamiku ... walaupun kadang tidak bisa, dia tetap mencoba melakukannya. Dia mendengarkan semua keluhanku dan tidak pernah berpikir dua kali untuk membantuku. Aku curiga kadang dia bahkan dia sengaja mementingkan kepentinganku dibanding miliknya sendiri. Tidak seorang pun yang kukenal yang pernah memperhatikanku seperti Off, kau tahu."

The Kissing ClubTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang