Imbalan🌛

817 38 0
                                    

"Dino dimakan sayurannya jangan disisihin"

"Aku gak suka mami"

Vio menghela nafas lelah, melihat dino yang sedari tadi tak memakan sayurannya. Anak bungsunya ini memang jika berhadapan dengan sayur sayur sedikit tidak suka.

Sekarang ini dino, dan keluarganya sedang sarapan pagi bersama. Semuanya makan dengan tenang, tapi tidak dengan bocah yang sedari tadi mengomel tak suka dengan sarapannya.

Vio berpindah tempat duduk disebelah dino,via mengambil sendok dan mengambil nasi, sayur dan lauk disana. Setelahnya ia menyuapkannya kemulit dino.

"Sayurnya dicampur sama lauknya biar gak terasa."ucap vio mempraktekkan.

"Tapi masih kerasa mami, soalnya sayurnya gede gede."ujar dino.

Renald yang sedari tadi menatap ocehan si bungsu merasa jengah.

"Makan Dino atau papi tidak akan membelikanmu greentea yang kamu inginkan"ancam Renald.

Mendengar ancaman tersebut dino langsung melahap dengan cepat makanannya, dari semalam ia ingin merasakan minuman itu, dan lihatlah papinya mengancamnya tidak akan membelikannya jika tak memakan sayurannya.

Sedangkan ketiga lelaki lainnya, hanya menatap tingkah dino yang menurut mereka lucu.



•••••


Setelah sarapan dino langsung saja berangkat sekolah. Dirinya diantar oleh sang Abang sulung, sebelumnya tiga anak pratama bertengkar merebutkan tentang siapa yang akan mengantar dino. Melihat perdebatan yang tak bermanfaat itu, Renald pun yang akhirnya memutuskannya.

Renald memilih si sulung untuk mengantar dino hari ini sedangkan besok giliran Evan, dan besoknya lagi giliran Rizky.

Gio tersenyum tipis melihat adiknya yang menatap luar jendela dengan senang. Hari ini dirinya memang tidak ada pekerjaan jadi ia pun tadi berinisiatif ingin mengantar sang adik ke sekolah.

Dan akhirnya terjadi, hari ini keberuntungan memihak terhadapnya.

Beberapa saat kemudian mereka pun sampai disekolah. Dino membuka seat belt dan membuka pintu mobil.

Tapi tangannya lebih dulu dicegah oleh sang sulung.

"Sebentar"ucap gio.

Dino pun kembali duduk ditempatnya."Kenapa bang gio, dino mau keluar nanti telat gimana?"ujar dino.

"Beri Abang imbalan dulu."dino menatap abangnya bingung. Imbalan apa?.

"Dino cuma punya uang, Abang mau?"tawak dino

"Tidak, Abang ingin yang lain."tolak gio.

Dino menatap kesal abangnya, sebentar lagi bel masuk kenapa abangnya ini membuatnya terlalu lama disini. Jika ia telat bagaimana ia tak ingin dihukum berdiri dilapangan.

"Trus Abang maunya apa? dino nanti telat ini Abang."ucap dino.

Gio menyeringai mendengarnya, ia pun langsung saja mengangkat sang adik dan menaruhnya diatas pangkuannya.

Sedangkan dino, langsung memekik kaget melihat tindakan si sulung.

"A-abang apa apaan sih"ucap dino kesal. Ia pun berusaha untuk keluar dari pangkuan abangnya.

"Jangan bergerak baby, Abang hanya ingin imbalannya."gio menekankan tubuh dino untuk lebih dekat lagi. Tangannya merengkuh pinggang ramping adiknya dengan erat agar tak pergi darinya.

Dino yang merasa kondisinya sangat tidak baik, mencoba mendorong sang Abang agar tak terlalu dekat.

"A-abang adek mau sekolah."ucap dino lirih, ia kembali merasa gugup sekarang. Ini seperti saat Abang ketiganya yang bertingkah berlebihan tadi pagi.

Gio tak mengindahkan ucapan sang adik,via menatap intens mata adiknya yang kelam,dengan bulu mata yang lentik. Pandangannya beralih kearah bibir pink sang adik yang terlihat menggoda.

"Abang ingin ini."jari tangannya mengelus pelan bibir adiknya.

Dino dadanya kembali berdebar kencang, rasanya ia tak bisa untuk bergerak. Matanya pun menatap sang Abang yang hanya fokus melihat bibirnya.

Pikirannya yang hanya ingin cepat keluar, dino pun pasrah dan meng iyakan permintaan sang Abang.

"I-iya"

Hati gio berbunga bunga mendengar jawaban sang adik. Tangannya yang semula mengelus bibir dino, kini kembali merengkuh pinggang ramping dino. Menekannya agar lebih mendekat.

Jarak mereka sangat dekat, sampai bisa merasakan hembusan nafas masing masing. Gio mulai mendekatkan wajahnya ke wajah dino.

Melihat hal tersebut dino menutup matanya, menunggu sang Abang melakukannya.

Cup

Gio mengecup bibir pink sang adik, gio seperti mendapatkan sebuah harta Karun yang berharga.

Ini sangat kenyal dan lembut.

Apa dia boleh melahapnya

Apa dia boleh memakannya

Apa dia boleh melumatnya

Menghisapnya

Bahkan memasukannya.

Ini sangat diluar perkiraan ya, ia kira hanya akan bertahan sebentar tapi lama kelamaan ini membuatnya candu.

Tangan kanan gio menekan leher belakang sang adik, sedangkan tangan kirinya masih melingkar dipinggang menekannya dalam.

Gio melumat bibir adiknya yang sangat membuatnya candu dengan rakus.

Mendapat serangan tiba tiba ini membuat dino terkejut dan mencoba mendorong bahu si sulung. Ini terlalu berlebihan.

Dino terus berusaha mendorong bahu abangnya agar melepaskan tautannya, sesekali ia pukul dengan sedikit keras agar abangnya cepat sadar.

"Nghhmn"Dino langsung memukul keras bahu gio.

Gio yang paham pun melepaskan ciuman panas itu. Matanya menatap sang adik yang sedang meraup oksigen dengan rakus.

"Hahh..hah..."dino berusaha meraup oksigen sebanyak mungkin, ia banyak kehabisan nafas. Ia pun menatap si sulung yang juga tengah menatap dirinya dengan tenang seolah tak melakukan apapun.

"Abang..hahh..dino mau turun"ucap dino lirih.

Sejatinya dino tidak tahu jika perlakuan keluarganya ini baik atau buruk.

Ia hanya percaya mereka yang mengatakan jika perlakuan mereka adalah bentuk kasih sayang. Tapi entah kenapa dirinya sedikit tidak nyaman dengan itu.

Mendengarnya gio pun mengangguk dan menurunkan si bungsu. Ia membukakan pintu mobil untuk adiknya keluar.

Setelahnya dino langsung pergi dari sana dan langsung masuk ke sekolahnya, tak menghiraukan abangnya yang sedang menatapnya terus.

Gio yang melihat punggung adiknya mulai menjauh, ia pun menutup pintu mobilnya.Hanya ada kesunyian disana.

Tangannya mengambil benda persegi panjang yang berada disakunya. Ia mengetikan sesuatu dan setelahnya menelpon seseorang.

"Kosongkan semua pelajaran di kelas 10 2 IPS"

"....."

"Beritahu saja mereka jika para guru tak datang"

"...."

"Lakukan sekarang"

Tut

Gio mematikan telponan nya, dan kembali memasukan handphonenya di sakunya.

Setelahnya hanya diam, tiba tiba ia teringat dengan kejadian tadi, ingatannya memutar memori beberapa detik yang lalu. Saat dirinya merasakan rasa dari bibir sang adik yang menurutnya sangat kenyal, manis dan candu. Sampai sampai dirinya ingin lagi dan lagi.

Ia mengusap wajahnya, pikirannya kacau.

Sial










































Mendekati konflik😗

DINO(Drop)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang