Part 17

428 37 3
                                    

Sore hari Dino terbangun dari tidurnya, matanya yang masih tertutup mencoba untuk terbuka. Tangannya pun bergerak meregangkan tubuhnya yang terasa lemas.

Sesaat Dino merasakan sebuah tangan melingkari pinggangnya dengan erat, mata bulat itu pun terbuka ingin melihat siapa yang berada di sampingnya.

Dan ternyata adalah abangnya sendiri, Dino baru ingat jika pagi menjelang siang dirinya tidur bersama Evan atau....Edmund?.

Karena merasa tak nyaman, Dino mencoba melepaskan tangan yang lebih besar darinya.

Tapi gerakan tersebut menyebabkan Evan terganggu dan terbangun. Merasa sesuatu mencoba melepaskan pelukannya Evan semakin mengeratkan pelukan tersebut sampai membuat Dino merasa sesak.

"Emm..Abang bangun"ucap Dino, tangannya beralih menggoyangkan badan abangnya agar bangun.

Mendengar suara lembut khas bangun tidur Dino, Evan langsung saja menurutinya ia mengendurkan pelukannya dan dengan cepat membalikan badan Dino ke hadapannya.

Dino menghela nafas melihat tingkah abangnya yang satu ini.

"Abang...bangun Dino laper"ujar Dino dengan muka melasnya.

"Maafkan Abang"

"Hah?"Dino seketika bingung mendengar permintaan maaf abangnya yang tiba tiba.

"Maaf...buat apa?"tanya Dino.

Evan, mendongak untuk melihat wajah sang adik kesayangan, Dino yang ditatap seperti itu pun hanya diam. Tapi pandangannya lurus ke arah pupil mata sang Abang yang sudah berubah.

Dino langsung sadar ketika abangnya itu meminta maaf. Tangannya menepuk punggu tegap abangnya dan juga mengelusnya.

"Hmm gapapa bang, Dino udah maafin kok"ucap Dino lirih.

Mendengar jawaban adiknya, Evan kembali memeluk Dino dengan erat. Evan sudah tahu tentang kejadian Edmund yang memaksa keluar darinya dan membuat Dino merasa tertekan dan takut. Evan melihat semuanya dirinya ingin marah terhadap jiwa lain yang hinggap ditubuhnya, karena sudah membuat adiknya merasa takut.

Tapi Evan tak bisa berbuat apa apa karena Edmund yang sudah mengendalikan tubuhnya. Rasanya Evan tak rela saat Edmund dengan beraninya mengecup dan memeluk adiknya.

"Abang akan berusaha agar dia tidak lagi keluar dan mengganggumu"ucap Evan dengan yakin.

Dino hanya mengangguk ia tak terlalu mempermasalahkannya tapi juga tetap waspada dengan adanya Edmund yang sudah kembali.

"Oke oke, sekarang anterin Dino ke meja makan, Dino dari tadi udah laper tau"ucap Dino sedikit kesal, karena sedari tadi abangnya tak melepaskan pelukan yang membuatnya sedikit sesak itu.

"Baiklah"Evan mendekat kearah Dino dan mengecup singkat kening adiknya. Setelah itu ia bangkit dari kasur dan menggendong adiknya yang sudah merentangkan tangannya.

"Tidak mandi dulu?" Tanya Evan, ia menatap ke arah jam dinding kamar yang menunjukan jam lima sore, adiknya ini belum mandi jadi ia bertanya.

"Enggak, males Dino mau makan dulu"jawab Dino.

Evan mengangguk, ia pun melangkah kearah kamar mandi guna mencuci mukanya yang terasa kusam.

(Tetep ganteng kok( ꈍᴗꈍ))


Selesai mencuci wajahnya dan Dino, Evan merubah gendongannya dengan menggendong Dino didepan.

Dino yang tak ingin digendong seperti ini berusaha memberontak dan meminta untuk digendong dibelakang.

"Diam Dino, Abang tak ingin kau jatuh nanti" ucap Evan memperingati.

Mendengar nada kesal abangnya, Dino langsung terdiam dengan hati yang sedang menggerutu.

DINO(Drop)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang