(2) Azel-Evans 7

5 1 0
                                    

Bagai disambar petir, ntah fakta apa lagi yang harus ia ketahui tentang hidupnya.

Mengetahui bahwa ternyata orang yang ia kenal itu adalah bagian dari keluarga kandung nya.

Dan alasan yang menurut Evans sangat gila.

"Gue nggak bakal maksa lo buat nerima keluarga lo itu dan gue juga udah bilang ke Karin dan keluarga nya untuk jangan memaksa pilihan lo juga" -Gavin.

Tubuh Evans terasa tercekat, air mata terasa memaksa untuk keluar dari pelupuk indah matanya.

"TAPI KENAPA?! Kenapa takdir selalu sebercanda itu sama gue? KENAPA HARUS SELALU HIDUP GUE?! Apa gue nggak berhak buat bahagia?" -Evans.

"Nggak lo salah! Semua orang berhak bahagia, namun cara hadirnya saja yang berbeda bahkan dengan hal yang tak terduga sekalipun dalam hidup. Cara tuhan itu indah, hanya saja kita sering menyalahartikannya" -Gavin.

"Gue ngerti kok, tapi kita bisa apa perihal takdir? Mau se-menyakitkan apapun takdir, yang namanya hidup harus terus berjalan. Melawan nya juga tidak bisa, tetapi menyerah juga bukan hal yang baik. Lakukan apapun selagi bisa, biarkan tuhan sendiri yang mengakhiri derita mu" -Galen.

"Gue tau pasti sulit, tapi setiap orang punya hak untuk menolak ataupun menerima kembali rumah yang telah lama pergi. Walau mungkin jika kau menerima nya tidak akan mungkin sama kembali, tetapi setidaknya kau bisa membuat cerita baru disana" -Darel.

Begitu lah kata dari tiga tertua disana.

Ingatkan bahwa luka lah yang mempertemukan mereka berempat.

Hatinya sedang bingung sekarang, satu sisi dia marah sangat marah tetapi disisi lain hatinya sedih karena hancur.

"Gue tau adek gue ini lebih pintar dan bijak buat ngambil keputusan dibanding tiga abang lo ini. Apapun pilihan lo pasti kita bertiga hargain" -Gavin.

"Gue mau keluar dulu"

Ucap Evans sebelum meninggalkan mereka bertiga. Evans pun keluar dari rumah dengan mengendarai motor nya menembus dinginnya jalanan malam berharap jika semua yang ia telah dengan tadi semua itu hanya mimpi.

Baik Gavin, Darel dan Galen tau betul pasti ini akan terjadi.

"Gimana bang?" -Darel.

"Kita susul ajah diam diam dari belakang" -Gavin.

🌼🌼

Tit...

Tit...

Tit...

Bunyi suara alat menyaring didalam ruangan putih.

Seorang laki laki terbaring di ranjang rumah sakit.

Itu adalah Evans.

Ia mengalami kecelakaan setelah kejadian semalam. Gavin, Darel dan Galen pun langsung segera membawa nya kerumah sakit.

Kini mereka bertujuh ditambah Karin dengan mami papi nya juga berada di depan ICU. Oh jangan lupakan, bahwa sekarang mereka adalah keluarga asli Evans.

Setelah semalam Evans dilarikan ke UGD kini dia telah dipindahkan kedalam ICU.

Keadaan Evans tidak bisa dibilang lebih baik dari sebelumnya untuk sekarang.

Aulia -mami Karin, yang menangis sambil dipeluk oleh suaminya.

Serta Azel yang menangis dipelukan Jena.

Tidak lupa Karin yang menangis dipelukan Anin.

Darel yang sedari tadi juga menangis kini sedang berada dipelukan Abin.

Sedangkan Gavin dan Galen hanya diam saja sambil menunduk. Tidak ada salah satu dari mereka yang terlihat menangis, tapi percayalah sebenarnya hatinya yang paling runtuh untuk sekarang dari siapapun.

Apalagi Gavin.

Galen, dia juga ingin menangis seperti yang lain, tapi jika dia juga menangis siapa yang akan menguatkan abang nya tersebut nanti.

Belum ada satu pun keluarganya yang diperbolehkan untuk melihat keadaan Evans oleh dokter saat ini.

🌼🌼

"Evans, kamu kapan bangun? Aku kangen tau sama kamu. Ayo bangun nanti aku masakin makanan kesukaan kamu" -Azel.

Ini adalah rutinitas yang dilakukan Azel hampir seminggu.

Walau Evans sudah dipindahkan keruang rawat inap tetapi belum ada tanda tanda kesadaran dari Evans.

Azel menangis untuk kesekian kalinya, ntah berapa banyak air mata yang sudah ia keluar seminggu terakhir ini.

Dia setia menemani Evans dari tidur panjangnya tersebut dan selalu berharap bahwa cinta nya tersebut akan bangun dari tidur panjang pertamanya.

"Liat aku udah ngepang rambut aku, kamu katanya suka liat rambut aku dikepang. Ayo bangun Evans" lanjut Azel.

Azel menangis diatas tangan Evans sambil mengelus punggung tangan pria tersebut, berharap ada keajaiban datang dari tuhan untuk nya.

DE L' AMOUR ~ Love SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang