part 01.

465 26 2
                                        

"Bing pub... ayo cepat keluar..
kita mau main sepeda..!!"

Hua Cheng berdiri di depan pagar
rumah besar dan megah milik
adik sepupu dari pihak ayahnya
bersama gadis kecil nan imut
di atas sepeda Bromthom edisi yang terbaru dalam balutan celana
pendek hitam kaos merah topi
bassball dia terlihat keren.

Bocah tinggi tampan yang masih
berumur sembilan tahun itu terus
berteriak sambil menekan bel
namun tidak mendapat sahutan
dari arah dalam.

Rumah megah itu seperti tidak
berpenghuni di halaman depan
tidak terlihat ada aktifitas apapun
tukang kebun apalagi penjaga
pos yang sehari hari ada dua
orang security di sana kosong
biasanya ada yang berdiri disana.

Halaman yang luas sangat sepi
jejeran mobil yang biasanya ada
di dekat pintu utama tidak terlihat
satu pun ada mobil yang berada
parkir persis di depan sana

"Apa bing pub pergi...??!"

Hua Cheng berguman lirih dia
heran kalau pun sepupunya itu
masih tidur mobil yang sering
di pakainya sekolah atau kemana
saja selalu terparkir di depan
pintu utama yang masih kelihatan
meskipun jauh di dalam sana.

"Biiiiingggg puubbb...!!"

"Gege... kenapa bing pub tidak keluar..?"

Wei Wuxian kecil bertanya, gadis
imut nan mungil yang berumur
enam tahun dengan rambut ekor
kuda mengintip di balik pagar
pelipisnya berkeringat dan itu
menarik perhatian sosok yang di
panggil gege..

Dia turun dari sepeda kecilnya
berdiri di samping pagar sambil
menuntun sepeda yang sangat
mahal harganya di atas 150 jt
perunit dan hanya beberapa
unit saja karena edisi terbatas
harus PO lebih dulu baru bisa di
miliki tidak bisa sembarangan.

Mengawasi kedalam halaman
yang luas di penuhi rumput hijau
dengan pohon magnolia tumbuh
subur sebagai pelengkap untuk
keindahan taman itu.

Mereka bertiga adalah sepupuan
dari ayah dan ibu mereka yang
bersaudara kandung dari pihak
nenek masing masing yang
sudah pergi beberapa tahun
yang lalu menghadap yang kuasa.

Cukup dekat karena mereka masih
tinggal di komplek yang sama
hanya berjarak beberapa blok
dan sering tidur bersama sejak
kecil yang sama sama kesepian
selalu di tinggal dengan kesibukan
yang padat dari orang tuanya.

"Gege tidak tahu xian xian..
mungkin masih tidur..!!"

"Panas gege..xian xian gerah..!!"

Menyenderkan sepedanya dipagar
lalu menghampiri gadis imut itu
mengelap keringat sosok adik
sepupu yang sangat di sayanginya.

"Sebentar lagi, tunggu yaa..
Apa mereka tidak memdengar
bunyi bell.. Awaas saja nanti
kalau dia datang, gege hajar dia
selalu tidak pernah menepati
janji.."

"Kenapa kita tidak masuk saja
kedalam..??"

"Gerbang masih terkunci..
tidak ada penjaga di sana..!!"

Hua Cheng geram ketika melihat
gerbang itu jika dia sendirian
biasanya gerbang itu sudah di
panjatinya lalu masuk kedalam
kamar langsung menyeret sepupu tengilnya itu yang selalu susah
bangun karena main game hingga
larut malam jika hari libur.

"Xian tunggu disini ya..jangan
kemana mana.. gege masuk dulu
duduk disini saja..!!"

"Xian xian takut gege, disini
sangat sepi, tidak ada penjaga.."

Komplek rumah Binghe adalah
komplek terbesar dan terluas
bangunan rumahnya terletak
paling ujung sangat sepi di tambah rumah rumah yang berderet
sangat besar besar dan luas jika
di bagi satu rumah itu bisa jadi
lima rumah lainnya untuk satu
rumah saja apalagi pagi hari
mungkin orang orang malas
keluar di tambah sekarang hari
libur lebih suka menghabiskan
waktu di dalam rumah.

Hua Cheng melihat keadaan yang
sangat sepi tidak ada siapapun
yang melewati jalan itu dia tidak
mungkin masuk kesana dan
meninggalkan Wei Wuxian
sendirian di luar meski tidak ada
yang bebas keluar masuk kedalam
gerbang depan komplek.

"Ya.. sudah kita tinggalkan saja
bing pub, xian sama gege saja
bersepeda, dia tidak akan keluar
masih tidur mungkin..."

"Tapi gege.. kasian bing pub, hari
ini dia berulang tahun, semalam
dia bilang ingin pergi bersama kita,
Paman Lou sama bibi Lou sedang
pergi kata mommy, bing pup pasti
sedih jika hari ini dia sendirian,
terus kuenya ...?"

"Merepotkan saja, punya sepupu
gak berguna, bisanya cuma
cengeng, menangis, ya sudah
ayo kita panjat.."

Tidak ada cara lain dia harus
melakukan itu walau gerbang
itu sangat tinggi menjulang
Hua Cheng menaikkan gadis
kecil itu ke atas pagar tinggi
pelan pelan mendorong ke atas

"Xian xian takut pegangin .."

Meski takut ketinggian Wei
Wuxian merangkak pelan pelan
untuk memanjat di pegangi
oleh Hua Cheng yang berada di
belakangnya.

"Jangan lihat kebawah.. Lihat
saja ke atas biar tidak takut.."

"Susah gege, Axian lelah jangan
di lepas...!!"

"Iya.. gege memegangmu pelan
pelan, pegangan yang kuat.."

" kita seperti maling gege, nanti
kalau bing bing sudah keluar axian ngambek, marah, tidak mau bicara sama dia, Sapa suruh buat axian
memanjat pagar kalau mommy
tahu, kita bisa di omelin ge.."

Wei Wuxian merengut sambil
berpijak pada sela sela pagar besi
kokoh itu baru selangkah dia bisa
memanjat meski tidak terlalu sulit sebenarnya namun sebagai anak
kecil cukup kesulitan untuk naik ke atas.

"Axian tenang saja, nanti gege
beri pelajaran dia."

"Bibi sama paman Lou sedang pergi
juga, mungkin bing bing ngambek
makanya bermain game tidak
tidur ge.. kapan mereka pulang..?"

"Mereka tidak akan pulang dalam
waktu dekat jika sudah pergi,
Apalagi kali ini sedang mengurus perusahaannya di luar negri kata
papa, makanya bing pub tidak
suka sama mereka yang selalu
meninggalkannya sendirian di
rumah sama pengasuh."

Ketika hampir mencapai setengah
dari tinggi pagar itu sebuah mobil
datang dan berhenti melihat kedua
nya sedang bergelantungan di atas
pagar seperti cicak..

"Nonaaaa, tuan muda apa kamu
lakukannnn..? "

Supir mobil mewah itu langsung
keluar dari mobil melihat
pemandangan di depannya sambil
menahan nafas jika sesuatu
terjadi pada keduanya dia dalam
masalah besar walau itu bukan salahnya.

"Paman ken.."

Keduanya menoleh melihat ke
bawah cukup lega saat orang itu
mendekat dan membantu untuk
membantunya turun.

"Ayo turun paman bantu.."

Langsung mengendong gadis
kecil nan imut itu menurunkan
dengan tergesa gesa..

"Paman dari mana saja..??"

Wei Wuxain cemberut dia
lumayan dekat dengan supir itu
saat pulang sekolah sering ikut
dan mengantar ke rumah jika
mereka bertiga ingin bermain
terlebih dahulu.

"Dari swalayan berbelanja,
perbekalan sudah menipis
kata maid.."

"Kenapa tidak ada yang keluar
satu pun kemana penjaga..??"

Hua Cheng bertanya dia sudah
memerah karena panas meski
masih jam sembilan tapi matahari
sangat cerah.

"Tuan muda memecatnya karena
kemarin memecahkan gelas
kesayangan miliknya hadiah
ulang tahun dari mendiang nenek,
tidak sengaja tersenggol karena
tuan muda berlari lari.."

Bukan sekali ini Binghe memecat
pengawal dan maid terlalu sering
jika dia kesal pada hal keci mereka
jadi sasarannya kemarahan dia
tidak senang pada kedua orang tuanya yang selalu sibuk lebih mementingkan pekejaan dari pada menemani putra semata wayangnya yang kesepian selalu di tinggal pergi maka maid dan
penjaga adalah tempat pelampisan
kemarahannya.


"Lagii..??"


"Yaa..!!"







Tbc

Snow And SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang