Gadis itu mencuil rotinya menjadi remahan-remahan kecil. Remahan itu ia berikan pada burung-burung liar yang sedang berkumpul di tembok sekolahnya. "Tolong doakan lelaki itu supaya menang, ya." Maya tersenyum kala burung-burung yang ia beri makan berkicau girang seolah mengiyakan perkataannya.
Guru yang mengajar di jam terakhir sedang mengejar materi karena sebentar lagi ujian akhir semester ganjil, jadi jam selesainya cukup mulur dari jam seharusnya.
Masih boleh lihat pertandingannya tidak, ya?
Gadis itu berlari-lari kecil menuju aula pertandingan. Dia tersenyum lebar ketika melihat pintu aula masih terbuka. Matanya mencari-cari di mana Nugi berada. Senyum keduanya mengembang saat mata mereka tidak sengaja bertatapan.
"Lombanya belum dimulai, ya?" tanya Maya sambil menghampiri si lelaki.
"Begitulah. Masih menunggu juri yang belum datang."
"Padahal kamu sudah menunggu sejak tadi. Bisa-bisanya juri itu terlambat."
Nugi tertawa kecil melihat ekspresi kesal Maya. "Hikmahnya kamu jadi bisa melihatku bertanding, kan?" candanya sambil mencubit pelan pipi si perempuan.
"Yaaa ... iya, sih." Gadis itu kini mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. "Aku tahu kamu belum makan dari siang, jadi aku belikan makanan." Ia menyodorkan sebuah styrofoam berisi nasi dan lauk beserta sendok plastik.
"Astaga.... Berapa? Biar aku gan-"
"Alah, tidak usah. Gantinya kapan-kapan saja."
"Ya sudah kalau begitu. Terima kasih banyak, ya." Nugi membuka styrofoam itu dan segera memakannya.
Maya tersenyum senang melihat Nugi makan dengan lahap. "Hati-hati, jangan sampai tersedak."
"Wah, pemandangan apa ini?"
Maya melirik malas ke arah suara itu. Ia dapat melihat Abi mendatangi mereka.
"Pantas saja dulu kamu menolakku, ternyata seleramu yang seperti Nugi? Kau sadar diri juga rupanya. Meski pura-pura kaya tetap mencari yang setara."
Belum sempat Maya berkata apa-apa, Nugi menaruh makanannya dan berdiri mendatangi Abi. "Sudah kubilang, kalau kau memang manusia, bertandinglah secara sportif. Kenapa mengganggu Maya yang tidak ada hubungan apa-apa dengan pertandingan ini?"
"Wah, wah. Kau menggebu-gebu sekali hari ini. Dapat apa kau dari gadis itu? Semolek itu kah dia sampai kau melindunginya?"
Kepalan tangan Nugi mengerat. Matanya menatap tajam Abi karena marah. Saat itu, ia merasakan kehangatan di tangannya karena Maya menggandengnya.
"Sudah, Nugi. Jangan buang-buang energimu untuk orang tidak penting sepertinya," ucap gadis itu.
Nugi menarik napas, mencoba untuk tenang. "Aku sudah tahu kalau kau pecundang, tapi aku baru tahu sekarang kalau kau bermulut sampah juga. Egomu tersentil karena Maya menolakmu, lalu sekarang kau menjelek-jelekkannya? Kau betul-betul tidak tahu malu."
"Bangsat! Lihat saja ego siapa yang akan tersentil setelah pertandingan nanti. Apa kau masih bisa bersikap sok keren setelah kalah dariku?"
"Paling tidak, aku tidak menggunakan cara kotor untuk menjatuhkan lawanku. Dari tadi kau sengaja mengatakan hal-hal yang bisa membuatku marah untuk memancingku, kan? Kalau aku kelepasan dan memukulmu, aku akan didiskualifikasi dari lomba ini, dengan itu sainganmu berkurang satu."
Peluit berbunyi tanda pertandingan akan segera dimulai. Rupanya juri yang sejak tadi ditunggu sudah datang. Baik Nugi dan Abi bersiap di tempatnya masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fall of the Princess
Misteri / ThrillerKehidupan Maya yang tenang tiba-tiba terusik saat video yang berisi kebenaran tentang dirinya tersebar. Merasa tidak terima, ia berusaha mencari tahu siapa orang yang menyebarkan video tersebut. Siapa sangka pencarian si penyebar video akan berbuntu...