"Ma! Mama! Bangun! Jangan tinggalkan Alan dan Yudha sendirian di sini," teriak Alan memeluk ibunya yang sudah terbalut kain putih sekujur tubuhnya.
Dokter mengatakan sang ibu sudah menghembuskan napas satu jam lalu, tepat ketika Alan dan Yudha selesai presentasi di kelas. Panggilan dari dokter membuat keduanya panik dan segera pergi ke rumah sakit.
Yudha merangkul Alan yang masih histeris, "Tenanglah, Lan."
"Tenang?! Jika kamu tidak mengatakan apapun soal itu kemarin, semua ini pasti tidak akan terjadi. Apa ... jangan-jangan kamu juga sudah tahu mengenai kematian Mama? Jawab, Yudha!"
Alan melepaskan rangkulan Yudha dan mendorong lelaki di depannya. Yudha yang diserang seperti itu merasa tidak nyaman. Ucapan Alan benar-benar menyakitinya. Namun, yang dikatakan Alan tidaklah benar. Tidak mungkin dirinya bisa membunuh ibu yang sudah membesarkannya.
"Kamu bicara apa, Alan?! Jangan bilang sembarangan seperti itu!" balas Yudha, tidak terima dengan semua perkataan Alan.
Alan seperti dikuasai sesuatu yang jahat dan gelap. Yudha tersenyum miring, ia baru saja teringat naskah Alan yang menggambarkan kematian orang tua.
"Lalu, apa yang kamu tulis dalam buku horormu? Kematian orang tua? Bukankah sudah terwujud?! Ingat! Kejadian di rumah sakit ini membuat aku sengsara karena sama persis. Sekarang, kamu menulis dan menyalahkan diriku. Harusnya kamu merasa bersalah dengan dirimu sendiri!" teriak Yudha, membuat Alan terdiam.
Yudha memang membaca naskah Alan. Tidak bisa dipungkiri bahwa dirinya tidak bisa berbohong.
Alan terdiam, matanya berkaca-kaca. Dia tidak percaya Yudha akan menuduhnya seperti itu. Naskah horor itu hanyalah fiksi, hasil imajinasinya. Bagaimana mungkin itu menjadi kenyataan?
"Aku tidak bermaksud seperti itu, Yudha. Naskah itu hanya fiksi," ucap Alan saat mencoba menjelaskan.
"Fiksi? Lalu, bagaimana bisa sama persis dengan kejadian di rumah sakit? Kau bahkan menulis tentang kematian mama! Kau tidak merasa bersalah?"
Yudha semakin marah.
Alan menggelengkan kepalanya. "Aku tidak bersalah. Aku tidak pernah menyakiti ibu."
"Bukankah kau menulis tentang kematian Mama? Kau bahkan menggambarkannya dengan detail! Kau pasti membenci Mama dan ingin dia mati!"
Yudha terus menuduh Alan.
Alan tidak tahan lagi. Ia berteriak, "Hentikan! Kamu tidak tahu apa-apa! Mama adalah segalanya bagiku. Aku tidak akan pernah menyakitinya!"
Yudha terdiam sejenak. Ia melihat kesedihan di mata Alan. Yudha tersadar dirinya terlalu cepat menuduh.
"Yudha!" teriak Alan terbangun dari tidurnya.
Yudha, yang masih fokus mengerjakan tugas di meja belajarnya yang berhadapan dengan ranjang Alan, terkejut mendengar teriakan itu. Ia langsung bangkit dari duduknya dan bergegas mendekati Alan. Badan Alan gemetar hebat, membuat Yudha menduga Alan kembali dilanda mimpi buruk, bahkan mungkin lebih buruk dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak [Terbit✓]
Horror(jangan plagiat) Juara 1 Event Author Series Book Office Tergoda oleh ambisi besar, Alan tanpa ragu menerima undangan misterius dari Penerbit Bayangan, penerbit legendaris yang hanya menerbitkan buku-buku horor. Ketika naskahnya berjudul "Terjebak"...