"Boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Yudha, membuat Alan tertawa kecil.
"Bertanyalah. Kenapa harus minta izin?" balas Alan.
Yudha tersenyum tipis. Ia mengelus rambut Alan yang serius mengerjakan tugasnya.
"Jika aku mati, apa kamu bisa menuliskan kisah indah tentang kita? Persahabatan kita. Persaudaraan kita. Semua hal yang indah tentang kita," ucap Yudha, membuat Alan bingung harus berekspresi seperti apa.
"Aku benci kamu mengatakan hal itu! Kamu tidak akan mati. Kamu masih bersamaku," jawab Alan sambil menghela napas.
"Percayalah," ucap Yudha singkat.
Alan menatap sorot mata Yudha yang tidak menunjukkan kebohongan. Alan hanya takut jika semua itu benar-benar terjadi. Ucapan Yudha selalu menjadi kenyataan karena ia selalu memiliki firasat, baik buruk maupun baik.
"Yudha ...."
Alan terdiam, mencari kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya.
Dengan topi baret dan baju favorit Yudha, Alan tampil penuh gaya. Di depannya tersusun rapi tumpukan novel karyanya. Alan merasakan kebanggaan luar biasa bisa kembali berkarya. Kali ini tanpa campur tangan hal-hal mistis.
Tekad pantang menyerah Alan dalam berkarya telah membuahkan hasil. Ia terus menulis hingga karyanya dikenal banyak orang. Novelnya yang berjudul "Bintang di Utara" menuai pujian karena keindahan ceritanya yang menceritakan petualangan tanpa batas.
Pada acara peluncuran bukunya, Alan mengungkapkan bahwa novel tersebut dipersembahkan untuk seseorang yang sangat berharga baginya. Mengingat empat tahun kepergian sahabat sekaligus saudaranya, Alan selalu menyebut Yudha sebagai "Bintang di Utara".
"Dia adalah bintang yang selalu menemani dan menenangkan aku di saat-saat terberat. Dia adalah saudaraku yang luar biasa. Aku menyebutnya 'Bintang di Utara' karena dia selalu menjadi penerang jalanku," ungkap Alan dengan penuh rasa haru.
"Lalu di mana dia sekarang?" tanya seorang penggemar buku dari barisan kursi pengunjung.
"Dia telah menjadi bintang di langit sana, bersinar terang dan menjadi yang terbaik," jawab Alan dengan penuh makna.
Jawaban Alan membuat para penggemar buku terdiam sejenak, merenungkan maknanya yang mendalam. Perlahan, mereka tersenyum, tersentuh oleh kisah persahabatan yang luar biasa ini.
Suara tepuk tangan riuh terdengar di ruangan, menggemakan rasa haru dan kagum para penggemar Alan. Sejenak, Alan terdiam, menikmati momen indah ini. Kepergian Yudha masih meninggalkan luka di hatinya, namun semangat dan kenangan indah bersama sahabatnya itu terus menjadi inspirasinya.
"Terima kasih atas dukungan kalian semua," ucap Alan dengan suara yang bergetar.
"Tanpa kalian, novel ini tidak akan ada. Dan tanpa Yudha, mungkin saya tidak akan pernah bisa menulis lagi."
Para penggemar buku terdiam, terharu mendengar pengakuan Alan. Mereka merasakan ketulusan dan rasa cinta Alan kepada sahabatnya.
"Yudha adalah sahabat terbaikku. Dia selalu ada untukku, di saat senang maupun sedih. Dia mengajari saya banyak hal, termasuk tentang arti persahabatan dan pantang menyerah," lanjut Alan.
"Dia adalah bintang yang selalu menerangi jalan saya. Dan meski dia telah pergi, cahayanya masih tetap ada di hati saya."
Alan menarik napas dalam-dalam, "Saya ingin mendedikasikan novel ini untuk Yudha. Dia adalah bintang di utara yang selalu menuntun saya."
Suasana ruangan semakin haru. Para penggemar buku menitikkan air mata, tersentuh oleh kisah persahabatan yang luar biasa ini. Alan menutup acara peluncuran bukunya dengan penuh rasa haru dan bangga. Dia tahu bahwa Yudha akan selalu bersamanya, di dalam hatinya dan di dalam setiap karyanya.
Pagi yang begitu sejuk, Alan kembali ke tempat peristirahatan terakhir Yudha. Dia membawa seikat bunga matahari favorit Yudha dan meletakkannya di atas nisan.
"Aku di sini, Yudha," kata Alan sambil duduk di dekat nisan.
"Novelku sudah terbit. Dan aku tahu, kamu pasti bangga padaku. Aku menulis cerita persahabatan kita. Tidak ada cerita horor lagi," ucap Alan degan tawa di akhir kalimatnya.
Alan terdiam sejenak, membayangkan senyum Yudha yang selalu ceria.
"Aku rindu kamu, Yudha. Tapi aku tahu, kamu selalu bersamaku. Di dalam hatiku, di dalam pikiranku, dan di dalam setiap karyaku."
Alan bangkit dari duduknya dan menatap langit. Dia melihat bintang-bintang yang bersinar terang, seolah-olah tersenyum padanya.
"Terima kasih, Yudha," bisik Alan lagi.
Alan tersenyum dan berjalan meninggalkan tempat peristirahatan terakhir Yudha. Dia tahu bahwa sahabatnya itu akan selalu menemaninya, di manapun dia berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak [Terbit✓]
Horror(jangan plagiat) Juara 1 Event Author Series Book Office Tergoda oleh ambisi besar, Alan tanpa ragu menerima undangan misterius dari Penerbit Bayangan, penerbit legendaris yang hanya menerbitkan buku-buku horor. Ketika naskahnya berjudul "Terjebak"...