Yudha diam-diam berusaha mencari tahu latar belakang Penerbit Bayangan. Alan sama sekali tidak ingin memberitahunya, bahkan Alan masih mencoba untuk percaya dengan penerbit tersebut. Di tablet Yudha, terdapat akun email Alan. Yudha mencoba untuk mengecek riwayat interaksi Alan dengan penerbit itu.
"Sebentar, ada yang aneh dengan penerbit ini. Jika dia punya media sosial, seperti Instagram, kenapa tidak boleh ada yang berinteraksi di sana?" ucap Yudha, langsung menambahkan tab baru untuk membuka Instagram.
Sama seperti Alan sebelumnya, Yudha cukup terkejut dengan akun itu. Benar-benar seperti akun yang mati. Ia melihat ada postingan terbaru, mengenai adanya novel baru yang akan terbit di sana.
Yudha mencoba membuka fitur pesan. Ia ingin memastikan apakah dia bisa menghubungi penerbit tersebut melalui itu. Usahanya sia-sia. Penerbit itu membatasi semua orang untuk mengirim pesan.
"Berarti benar dugaanku. Penerbit ini hanya ingin berinteraksi lewat email."
Yudha menutup tabletnya tiba-tiba saat mendengar teriakan Alan. Bahkan, ia bisa melihat Alan berlari ketakutan dan langsung memeluknya di kasur.
"Ada hantu! Ada hantu, Yud!"
"Tenanglah, Alan! Tidak ada siapa-siapa," kata Yudha menenangkan Alan sambil menepuk pundaknya dengan lembut.
Alan berusaha mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Wajahnya masih pucat pasi, matanya yang melotot perlahan mulai mereda.
"Mungkin kamu memang lapar," kata Yudha dengan nada penuh pengertian.
"Wajar kalau kamu jadi sensitif dan mudah ketakutan."
Alan mengangguk pelan. Ia memang belum makan siang sejak tadi karena fokusnya tertuju pada mencari informasi tentang Penerbit Bayangan. Perutnya pun mulai terasa perih.
"Ayo, kita makan siang dulu," ajak Yudha sambil menarik Alan untuk berdiri.
"Mumpung hujannya sudah reda, kita bisa keluar mencari makan."
Alan pun setuju. Ia merasa sedikit lega setelah mendengar ajakan Yudha. Rasa lapar dan kelelahannya mungkin memang menjadi salah satu penyebab ia mudah panik dan berhalusinasi.
****
Yudha dan Alan melangkah keluar dari kamar, perut mereka sudah keroncongan. Mereka ingin mencari warung makan Mie Ayam yang terkenal di sekitar tempat tinggal mereka.
Namun, setelah menyusuri beberapa jalan, mereka tidak menemukan satu pun warung makan Mie Ayam. Kekecewaan terpancar di wajah Alan.
"Bagaimana ini, Yud? Aku lapar sekali," keluh Alan.
Yudha berpikir sejenak, "Tenanglah, Alan," ujarnya.
"Kita cari di tempat lain. Aku tahu ada satu mie ayam langganan di dekat kampus. Memang agak jauh, tapi kita bisa makan malam di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak [Terbit✓]
Horreur(jangan plagiat) Juara 1 Event Author Series Book Office Tergoda oleh ambisi besar, Alan tanpa ragu menerima undangan misterius dari Penerbit Bayangan, penerbit legendaris yang hanya menerbitkan buku-buku horor. Ketika naskahnya berjudul "Terjebak"...