BAB 12 : Kamu Pembunuhnya!

10 1 0
                                    

Setelah membakar tumpukan naskahnya dan juga menghapus semua fail di tablet, Alan berusaha menyakinkan diri kalau semua ini sudah selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah membakar tumpukan naskahnya dan juga menghapus semua fail di tablet, Alan berusaha menyakinkan diri kalau semua ini sudah selesai. Namun, saat hendak mengambil tasnya dan mendekati Gemini yang duduk di taman kecil. Matanya menangkap satu lembar kertas yang tersangkut di balik tingginya rumput.

"Kertas apa ini?" tanya Alan berbelok mendekati kertas tadi.

Gemini mengernyit bingung. Ia beranjak dari duduknya dan mendekati Alan yang menunduk mengambil kertas tadi.

Alan meraba lembaran kertas itu dengan hati-hati. Kertasnya tipis dan kusut, warnanya mulai menguning. Di bagian atasnya tertulis judul cerita yang pernah ia tulis beberapa bulan lalu, "Mimpi di Bawah Langit Biru". Judul itu membangkitkan kenangan dalam dirinya. Ia ingat betul judul itu diselipkan di bagian akhir naskah "Terjebak". Jantungnya berdebar kencang. Bagaimana mungkin kertas ini luput dari kobaran api?

Gemini memperhatikan Alan dengan tatapan penasaran, "Apa yang tertulis di sana?" tanyanya.

Alan membuka lipatan kertas itu perlahan. Matanya terpaku pada tulisan tangannya yang rapi di atas kertas. Ia mulai membaca cerita itu dengan suara pelan, suaranya bergetar karena emosi.

Semakin lama Alan membaca, semakin ia terhanyut dalam ceritanya sendiri. Ia lupa dengan semua yang telah terjadi, lupa dengan rasa sakit dan kekecewaannya. Cerita itu seolah membawanya kembali ke masa lalu, saat ia masih penuh dengan semangat dan optimisme.

Ketika Alan selesai membaca, air mata mengalir di pipinya. Ia menatap Gemini dengan tatapan penuh makna.

"Gemini," bisiknya pelan, "aku rasa aku tidak bisa berhenti menulis."

Gemini tersenyum hangat, "Aku selalu tahu itu," katanya.

"Ceritamu terlalu indah untuk dibiarkan terkubur dalam api. Kita cari cara lain untuk melestarikannya."

"Ini ditulis oleh Yudha?" tanya Gemini, sambil menunjuk ke bagian bawah kertas.

Alan menoleh ke arah yang ditunjuk Gemini. Matanya berkaca-kaca saat melihat tulisan Yudha di bagian bawah kertas. Air matanya mulai mengalir dan membasahi kertas itu.

"Kita relakan saja halaman ini. Kamu bisa kembali menulis kisah yang lebih indah. Anggap isi dari halaman ini adalah doa dan sumber inspirasi."

Alan mengangguk perlahan dan meletakkan halaman itu dengan hati-hati. Api mulai membakarnya, mengubahnya menjadi abu.

****

Suasana kamar Alan terasa berbeda. Ketegangan yang sebelumnya menyelimuti kamar ini kini telah sirna. Alan meraih pel dan mulai membersihkan lantai. Kamar terasa lebih sejuk saat jendela dibuka, membiarkan sinar matahari masuk. Langit cerah, awan mendung dan hujan deras telah berlalu.

"Bagaimana kabarmu, Alan?" tanya seseorang, membuat Alan menoleh.

Suara pria paruh baya itu membuat Alan tersenyum. Ia membuka pintu sedikit lebih lebar, memperlihatkan Henry, sang pemilik indekos.

Terjebak [Terbit✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang