part.17

471 57 4
                                    

_
_
_

Yoongi tetap tenang dan sedikit menyeringai.
"Hmmm, benarkah ada yang mirib dengan ku ?. Siapa ?" Tanya Yoongi mengabaikan pertanyaan Jimin.

Jimin mendekatkan wajah nya pada Yoongi, melihat pergerakan bola mata dan reaksi Yoongi, memastikan
apakah Yoongi melihatnya.

Yoongi menahan diri seolah - olah tidak melihatnya, tetap bertahan dengan sandiwaranya.

"Apa kamu bisa melihat ku?. Kamu bercanda kan ?, operasinya berhasilkan ?" Desak Jimin.

Yoongi menggeleng pelan.
"aku menyesal karna luluh oleh bujukan mu untuk melakukan operasi itu. Harusnya tak pernah mempercayai mu". Yoongi berbicara dengan nada menahan emosi, dan air mata mulai memenuhi
matanya.

"kamu tidak perlu mempercayai ku, tapi kamu harus melakukan operasi itu" Jawab Jimin yang tak tega melihat Yoongi menangis.

beberapa saat mereka hanya saling diam, Jimin larut melihat air mata
Yoongi yang menetes.

Jimin tau, apapun yang dia lakukan atau katakan tak kan bisa mengobati
kekecewaan Yoongi.

Yoongi mengalihkan wajah nya menghindar dari tatapan Jimin, tak ingin memperlihatkan air mata nya pada orang lain.

"apa kamu mau tau, siapa orang yang ku bilang mirib dengan mu . Dia adalah teman yang meninggal
saat di culik bersama ku ?" lanjut Jimin

"harusnya aku benar-benar adalah dia, mati saat itu dan tak harus hidup sampai selama ini" jawab Yoongi

"Justru karna tak ingin kehilangan lagi, aku ingin kamu sembuh" jawab Jimin
sambil memeluk Yoongi dari belakang, membenamkan wajahnya di bahu Yoongi dan menangis.

Yoongi frezee, terasa Jimin menempel di punggung nya dan kedua tangan yang
mendekapnya erat, pertama kali orang lain memeluknya seperti ini. hangat dan tegang, suara Jimin menangis tepat di bawah telingnya, membuat jantung
Yoongi berdetak kencang

"Aku di buang sejak di lahir kan, di besarkan oleh satu keluarga yang selalu menyiksa ku, dia orang pertama berbica pelan pada ku"

"Lalu bekerja keras untuk dapat pengakuan ayah kandung ku, tapi dia tetap menolak ku sampai dia mati"

"Yoongia, kamu seperti hyeong bagi ku, aku ingin yang terbaik buat mu" jelas Jimin.

"Hyeong ?"

"Kenapa aku seperti hyeong buat mu ?" Tanya Yoongi.

Jimin terdiam, menahan bibirnya untuk mengatakan apa yang sangat ingin dia
ucapkan.

"Kamu mungkin akan bunuh diri juga jika ku latakan yang sebenarnya"
batin Jimin.

Jimin melepas pelukan nya, sesaat dia sadar kalau terlalu emosional terbawa suasana dan perasaan.

"maaf" ucap Jimin sambil menghapus air matanya, lalu menuntun Yoongi ke
tempat tidurnya dan meninggalkan kamar itu.

Yoongi berusaha memejam kan mata. Perasaan campur aduk yang menggangu
fikirannya, perasaan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

Tak mengira akan jatuh sedalam ini, Jimin yang selalu tak bisa menguasai
diri jika itu tentang Yoongi.

Begitu ingin di akui oleh saudaranya, sehingga tanpa sadar menunjukkan sisi lemahnya yang selama ini selalu di sembunyikan

Siang hari, Ketua Namjoon sengaja datang ke office Jimin, membahas layout kasino yang akan di bangun di tanah kosong di belakang Hotel. Namjoon butuh tanda
tangan persetujuan dari GM MY Hotel.

Sekretaris Jimin masuk, membisikkan Tuan Min Yoongi ada di luar dan
ingin kertemu dengan Jimin.

Yoongi masuk di dampingi Jungkook.

"Yoongiii..." Sapa Namjoon.

"Hmmm paman, baguslah kau ada disini, aku mau pamit pada kalian"

" Pamit ?. memangnya kamu mau kemana ?. Yoongia, Manager Park menjaga mu
dengan baik, sebaiknya kamu beristirahat
saja dirumah" ujar Namjoon

"Aku mau pulang ke rumah ku. Karna tak ada juga yang bisa ku lakukan di sini dengan keterbatasan penglihatan seperti ini" jelas Yoongi

Benar-benar diluar dugaan Jimin, kenapa Yoongi jadi memutuskan untuk pergi. Kembali kerumahnya yang nyaman, dan kembali hidup
dalam keputus asaan.

"Manager Park, terimakasih dan maaf telah merepotkan mu selama ini" ucap Yoongi

Jimin hanya diam mematung di tempat duduk nya. tak mengerti kenapa Yoongi tiba-tiba mengambil keputusan untuk pergi dari rumahnya

"Kalau begitu om pamit dulu. terima kasih Manajer Park" ucapnya sambil menarik berkas yang sudah
ditandatangani Jimin

Merangkul Yoongi sebagai
ucapkan perpisahan nya.

Jimin masih diam aja, larut dalam pikirannya sendiri. entah kenapa hati Jimin ingin Yoongi selalu di rumahnya

Yoongi masih ber acting sebagai orang buta, dibalik kaca matanya dia melihat Jimin meneteskan airmata.

"Jimin ssi ?" panggil Yoongi.

Jungkook juga akhirmya keluar, memberi mereka waktu untuk bicara.

"Kenapa pulang ?" tanya Jimin dengan suara berat

Jimin berdiri mendekati Yoongi, terus melihat wajah Yoongi yang dia kira Yoongi tak dapat melihatnya.

"Kenapa tiba-tiba pengen pulang ? tanya Jimin

Dari balik kacamata nya Yoongi melihat semuanya, Jimin menangis tapi tak bersuara dan berusaha
bicara dengan intonasi normal.

Seperti seorang adik kecil yang lemah, takut di tinggal kan, tapi dia berbicara dengan intonasi datar seolah dia tidak terlalu peduli.

"ada apa dengan dia" batin Yoongi.

Hanya air mata yang terus
mengalir. Jimin tidak tau harus mengatakan apapun

Rasa nya ingin sekali memeluk Jimin dan menenangkannya, wajahnya
polos dan membuat kasihan

sisi lain Jimin yang tak terbayangkan oleh Yoongi sebelumnya, sekarang
melihat langsung dengan matanya sendiri.

"aku pergi" ucap Yoongi dan berjalan cepat meninggal kan tempat itu

Tak ada lagi alasan Jimin untuk menahan Yoongi kali ini, Jimin berusaha menahan diri dan tak
mengejar Yoongi, membiar kan Yoongi pergi tak ingin menganggunya lagi.

- to be continued -

BLIND SUSPICION [YOONMIN] || ENDМесто, где живут истории. Откройте их для себя