130. Aku sangat gila
Ketika Matthias kembali, Leyla sedang duduk di dekat jendela tampak kelelahan. Matahari telah terbenam dan ruangan gelap, namun lampu belum dinyalakan.
Matthias, yang mengunci pintu, perlahan berjalan ke sampingnya dan menyalakan lampu. Tanpa diduga, Leyla-lah yang berbicara lebih dulu.
"Saya sudah makan."
Matthias berhenti mengulurkan tangan untuk menutup tirai dan berbalik menghadap Leyla.
"Prajurit berambut coklat itu membawakan saya sandwich tadi. Saya memakannya."
"Jadi?"
"Karena itu........... Beri Kyle makanan juga."
Ekspresi Leyla saat dia menatapnya dengan tatapan terbuka lebar cukup serius.
Matthias, yang sedang menatapnya, tersenyum dan menyandarkan punggungnya ke bingkai jendela. Itu adalah sesuatu yang sudah diduganya, tapi bukan berarti dia tidak merasa kotor.
"Saya tidak berbohong. Saya sudah memakannya. Jika Anda tidak percaya, periksa.........."
"Aku percaya padamu."
Matthias memotongnya dengan jawaban yang keren.
"Tetapi itu bukan alasan bagiku untuk memberi makan Kyle Etman."
"Anda berjanji!"
"Apakah kamu lupa, Leyla? Aku yakin aku mengatakan aku hanya akan memberi Kyle Etman sebanyak yang kamu makan di depanku."
Semakin dingin hatinya, Matthias menjadi semakin tenang. Wajah Leyla perlahan berubah pucat saat menatapnya dengan mata terbelalak.
"Apa untungnya bagi anda dengan bersikap begitu kejam dan jahat? Kemana perginya kebanggaan mulia dari Yang Mulia Duke Herhard?"
Leyla berdiri dari kursi dengan goyah dan datang ke depannya.
"Apakah anda membuang harga diri anda, berubah menjadi pria yang begitu menyedihkan hingga datang ke medan perang, meninggalkan istri yang baru saja anda nikahi, demi mengejar wanita simpanan yang melarikan diri karena membenci anda?"
Leyla masih takut padanya, namun amarahnya kini begitu besar hingga mengalahkan rasa takutnya.
"Yah. Begitukah?"
Matthias tersenyum sambil melepas topinya dan meletakkannya di atas meja. Bukannya marah, sikapnya malah santai, seolah sedang menertawakan Leyla.
Orang gila.
Leyla teringat akan pendapat tentang pria ini yang sudah lama dia lupakan. Dulu dan sekarang, dia sangat membenci dan memusuhi orang ini hingga membuat giginya gemetar.
"Apa yang anda pikirkan? Apa yang anda rencanakan? Apakah Anda ingin menyiksa saya sebanyak yang Anda mau? Apakah itu balas dendam yang anda inginkan pada saya karena telah menipu anda dan melarikan diri? Apakah menurut anda , anda pantas melakukan itu?"
"Jika aku adalah ayah dari anakmu, bukankah aku memenuhi syarat untuk melakukan ini?"
"Terima kasih kembali! Saya merasa tidak nyaman karena orang seperti anda menyebut anak saya!"
