26. Keputusan Hakim

553 104 9
                                    

Welcome back para pembaca setia ku🤩, apa yang perlu di'ingat?
Yaa betulll

Di ingatkan kembali Sebelum membaca bab revisian ini, alangkah baiknya, kalian tinggalkan vote untuk bab ini yaaa🤗

Koreksi bacaan ini dengan segala ketypoan nya,agar bisa dibenarkan❣️

Kabar baik datang dari dokter mahen, pria paruh baya yang hampir memeganggi usia 40 tahun itu telah mengabarkan jika nezalina putri arsam prasetyo prabaswara berhasil membaik kondisinya, bagi beberapa dokter mungkin ini hal yang sangat mustahil ji...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kabar baik datang dari dokter mahen, pria paruh baya yang hampir memeganggi usia 40 tahun itu telah mengabarkan jika nezalina putri arsam prasetyo prabaswara berhasil membaik kondisinya, bagi beberapa dokter mungkin ini hal yang sangat mustahil jika dilihat dari prediksi sekian persen gadis itu bisa diselamatkan.

Sesampainya arsam dirumah sakit, dengan cepat laki-laki itu berjalan ke arah ruang rawat nena, tak sabar untuk kembali memeluk putrinya yang bahkan hampir 4 hari tak sadarkan diri.

Berbeda pula dengan tuan Zerga yang kini kembali melihat putranya menampilkan lagi senyum dengan lesung indah yang bahkan hampir 4 hari pula hilang dari bibir sang putra.

Sedangkan nara? Ia sudah dari awal masuk ruangan tak bisa melepaskan pelukan yang begitu erat kala bertemu ayahnya yang juga hadir disana.

"Na...ini ayah sayanggg, nena apa kabar" Titah arsam begitu lembut, pria itu duduk disisi kanan ranjang nena, tepat berhadapan dengan rena yang juga hadir di ruangan itu.

Rena tersenyum puas, jemariny tak tinggal diam menggenggam jemari arsam yang tengah asik memeganggi jemari kecil putri kesayangannya.

"Dia baru tidur mas, biarkan dia istirahat. Ini sudah masuk waktu ashar, sebaiknya mas bersiap untuk sholat nanti kita makan bersama nena disini." Kini giliran rena yang memerintah, wanita itu menegaskan kata-kata nya dengan lirikan tajam disertai senyum manis menggigit bibirnya. Berhasil membuat arsam gemas dan jelas langsung mengalah begitu saja.

Arsam lalu berdiri, tak lupa menciumi kening sang putri sebelum dirinya benar-benar keluar meninggalkan ruangan itu untuk bersiap-siap sholat. Kini bergantian giliran Aditya yang maju, memposisikan dirinya persis di tempat arsam duduk sebelumnya.

Aditya memandangi wajah sang adik cukup lekat, dirinya kemudian tak lama menciumi punggung jemari sang adik, mencari celah kosong dari peralatan medis yang terhubung dengan tubuh mungil sang adik. Ada rasa penyesalan cukup dalam sebagai kaka yang membiarkan adiknya pergi tanpa ada pengawasan ataupun sekedar pesan yang ia sampaikan sebelumnya.

Sedangkan disisi lain? Jauh dari ruang rawat nena, disana ada arsam dan rena di bangku panjang tepat dihalaman taman belakang rumah sakit. Rena masih nyaman dengan sandaran nya siang itu. Matanya tak berhenti mengeluarkan airmata yang entah sudah berap jam lamanya sebelum akhirnya arsam datang.

"Putri mu gadis yang kuat ren, dia hebat seperti ibunya" titah arsam membenarkan duduknya membuat rena sedikit tersadar dari sandaran bahu arsam.

"Dia juga putri mu mas" saut rena dengan menghapus airmatanya lalu lekat menatap seseorang yang kini tengah memperjuangkan rumah tangganya.

hålla löften [Terbit✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang