27. Takdir Semesta

1.1K 120 33
                                    

Hi semua, cieee udah dipenghujung cerita aja nih....
Semoga kalian bisa suka sama endingnya nya yaaa, love you alll🤍

Tak ada yang bisa mengekang takdir tuhan, jika memang sudah takdirnya kembali tetapi juga harus bertaruh dengan keadaan? Merelakan kesayangan lainnya? Yang berjuang bisa apa?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak ada yang bisa mengekang takdir tuhan, jika memang sudah takdirnya kembali tetapi juga harus bertaruh dengan keadaan? Merelakan kesayangan lainnya? Yang berjuang bisa apa?

☆☆☆Takdir☆☆☆




☆☆☆☆

2 bulan Kemudian.

Pagi ini, suasana hangat hadir dengan gelagak tawa dari arah ruang tv, membuat seorang ibu rumah tangga hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat ayah dan putra putrinya begitu bahagia dengan suara candaan mereka masing-masing.

"Adityaaa, Nenaaaa ayo cepat sarapan. Aditya ingattt hari ini kamu punya janji dengan dokter mahen di rumah sakit bandung, dan nena? Kau juga, kau harus ada pertemuan dengan tuan Zerga di kantor polisi bintaro" rena berteriak, memanggil kedua anak nya satu persatu agar cepat sarapan karna waktu yang begitu cepat berjalan.

"Putra putri mu, kau panggil. Sedangkan aku tidak? Apakah kau sudah melupakan suami mu,?" Arsam datang dengan dasi yang belum sempurna terikat, bahkan jaz yang sama sekali belum ia kenakan.

"Astaga masss, tidak seperti itu maksudnya. Kau ini kan sudah besar masa harus diingatkan terus?" Rena menghentikan aktivitasnya, mencuci jemarinya lalu mendekat ke arah arsam.

"Sekarang bagaimana bisa aku membenarkan ini sedangkan kau terlalu tinggi" omelan rena terdengar begitu lucu di telinga arsam, laki-laki itu lalu meraih satu kursi jongkok dengan kakinya dan mendekatkannya tepat disisi kaki rena untuk membuat wanitanya naik lalu membenarkan dasi yang terlihat belum rapi itu.

"Baiklah sudah-sudah, aku harus berangkat lebih awal. Aku akan ada pertemuan dengan bayu dan pak presiden pagi ini" titah arsam kala dasi dan jaz nya sudah terpasang rapi.

"Eh tunggu-tunggu. Sarapan dulu mas..." cegah rena membuat arsam Kembali menoleh.

"Waktunya tidak cukup sayang, tolong kau hantar saja nanti yaaa? Akan ku makan setelah pertemuan" arsam memeganggi pipi rena dengan sedikit mencubit nya gemas.

Tak bisa berkutik, pipi rena bahkan seketika memerah kala yang mencubit sudah pergi lebih dulu setelah dirinya menunduk karna malu.

"EKHEEMMM... Sudah bu sudah...., ayah juga sudah tak terlihat, akh yaa nena pamit duluan yaa bu, terimakasih daahhh, assalamualaikum ibu cantik... muahhh" perlahan gadisnya juga pergi, ia kini hanya bisa tersenyum simpul tak karuan kala godaan ayah dan putrinya membuat dirinya senyum² sendiri.

"Aditya juga bu, daahh ibu.... assalamualaikum " kini giliran sang putra yang pamit pergi karna harus ada pertemuan dengan dokter mahen di rumah sakit bandung .

hålla löften [Terbit✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang