02. Amsterdam dan Duka

1.1K 140 5
                                    

Siap baca bab yang ku gabungan dengan segala yang baru nya? Lest goo🥳🥳

Sebelum membaca bab revisian ini, alangkah baiknya, kalian tinggalkan vote untuk bab ini yaaa🤗

Koreksi bacaan ini dengan segala ketypoan nya,agar bisa dibenarkan❣️

"Rena, Rena maudya purnama!, hanya nama itu yang aku fikirkan sekarang, kemarin, besok dan selamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rena, Rena maudya purnama!, hanya nama itu yang aku fikirkan sekarang, kemarin, besok dan selamanya.Tak akan pernah ada yang bisa menggantikan posisinya menjadi ibu dari anak-anakku"


▪︎▪︎▪︎ARSAM PRASETYO PRABASWARA▪︎▪︎▪︎





☆☆☆☆☆

9 januari 2004

Sudah hampir empat tahun arsam dan rena menjalani kehidupannya masing-masing, saling memikirkan itu mungkin sering mereka rasakan. Bahkan tangis rena mungkin saja sudah tak lagi terdengar disetiap sudut rumah besar keluarga Purnama, tapi juga tak bisa dipungkiri jika itu bukanlah alasan rena bisa dengan mudah tak merindukan suaminya.

Pasalnya disini, bukan hanya rena yang merindukan sosok arsam yang telah berjanji untuk terus bersamanya dalam ikatan pernikahan, tapi juga kedua anaknya yang sangat begitu merindukan sosok ayah mereka. Bukan pula arsam yang tak diperbolehkan lagi menginjakan kakinya dirumah jendral Haidar, bahkan nama arsam saja tidak boleh disebutkan dilingkungan rumah ini. Terlebih lagi bahkan foto-foto arsam sudah bersih diturunkan dari dinding rumah keluarga purnama.

"Bu,,,, nena berangkat yaa" saut nena membuyarkan lamunan rena.
Ibunya menoleh, tersenyum tipis mengukir lesung manis di kedua pipinya. Melihat nena, untuk rena sama saja seperti dirinya melihat arsam, dikarenakan kemiripan nena yang utuh dengan arsam benar-benar tak terjeda oleh apapun. Dari wajah hingga cara ia bicara dan berjalan benar-benar mengikuti jejak ayahnya.

"kotak sarapan mu udah sama mas adit ya na,,, hati hati sayang" timpal rena menciumi kening putrinya yang berpamitan.

Gadis itu tersenyum, ia kemudian membalikan badan melangkah meninggalkan rena untuk berangkat sekolah, sekejap melambaikan tangan pada ibunya.

"Pak danu,,, kita anterin nena duluan ya pak"

"loh kenapa nena dulu si mas?, kan ini kita lewatin sekolahan mu dulu mas" protesnya tak terima.

"nurut dek" nena diam, ia hanya bisa mengangguk pasrah pada kakanya yang sudah tajam menatapnya.

Gadis itu memutar bola matanya malas, kakanya yang dikenal sebagai Aditya reza prasetyo itu kini sudah hafal betul dengan adiknya kala berangkat sekolah, karna sudah dipastikan jika pak danu mengantarkan dirinya dulu maka nena akan meminta pada pak danu untuk sekejap singgah di museum kecil milik ayahnya sampai ia pasti terlambat datang ke sekolah. Sedangkan jika pak danu tak mengabulkannya maka dipastikan pula jika nena akan mengadukan hal itu kepada eyang nya.

hålla löften [Terbit✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang