22. kamar 308

737 123 21
                                    

Welcome back para pembaca setia ku🤩, apa yang perlu di'ingat?
Yaa betulll

Di ingatkan kembali Sebelum membaca bab revisian ini, alangkah baiknya, kalian tinggalkan vote untuk bab ini yaaa🤗

Koreksi bacaan ini dengan segala ketypoan nya,agar bisa dibenarkan❣️

Koreksi bacaan ini dengan segala ketypoan nya,agar bisa dibenarkan❣️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







☆☆☆☆☆☆☆☆

"Kemarin, kenapa nemuin ibu dulu bukan nena? Sekangen itu ya sama ibu?" Saut nena yang baru saja keluar dari kamarnya, gadis itu sesegera mungkin menemui ayahnya yang tengah duduk di sofa cream depan televisi.

Tak ada yang bicara, bahkan ibunya hanya bisa menggelengkan kepala melihat putrinya yang begitu terlihat cemburu karna ulah ayahnya.

"Lupa kalo yang ulang tahun anak nya?" Lanjutnya lagi, duduk tepat disisi kanan ayahnya lalu bersandar didada bidang milik sang ayah.

Arsam dan rena saling menatap, keduanya seakan tengah bicara jarak jauh hanya dengan tatapan saja. Sedangkan Aditya? Jangan tanyakan dimana dia sekarang, karna pastinya ruang keluarga itu tak akan pernah ada dirinya dihari libur dan ditambah jam yang masih terbilang terlalu pagi untuk berkumpul.

"Dimana kaka mu na?"

Itu bukan sautan dari rena, wanita lain masuk dari arah yang berbeda dengan kedatangan nena sebelumnya,

"Mbak mai?, datang nya pagi sekali? Ada apa mbak?" Ucap rena yang baru saja menyadari kedatangan kakanya.

Lain pula dengan arsam, laki-laki itu dengan cepat berdiri dan memberi salam hangat kepada mantan iparnya, wanita yang dulu berhasil menampar pipinya lalu mengusirnya dari kediaman purnama.

"Tadi dokter mahen telfon saya, suruh bilang in ke Aditya untuk berangkat jam 11.00 nanti" imbuh maida lalu duduk di sofa cream sebelah kiri dari sofa yang arsam dudukki.

"Ko ga lewat telfon aja budhe?" Sambung nena menghampiri budhe nya lalu cepat mengalaminya.

"Kaka mu ga angkat telfon budhe, masih tidur ya?"

"Ah bentar dhe, nena tengok kekamarnya dulu" lanjut nena lalu beranjak pergi meninggalkan mereka bertiga.

Tepat kala putri mereka masuk untuk menengok kakanya di kamar atas, maida mulai duduk di sofa samping kiri arsam. Terlihat dari sana, rena sedikit ragu untuk mendekati keduanya. Rena takut tujuan mbak nya kemari hanya untuk membahas janji arsam dengan ayahnya.

"Sam...

Panggilan maida pada arsam membuat rena memejamkan matanya, dirinya benar-benar takut kali ini. Bukan hanya rena ternyata, arsam juga ikut menunduk an kepalanya. Bukan, bukan karna takut ataupun khawatir dengan kalimat kaka rena selanjutnya. Hanya saja dirinya menahan untuk tidak terkejut di kalimat selanjutnya.

hålla löften [Terbit✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang