08. Melepaskan

978 112 1
                                    

Welcome back dengan bab revisian dan segala ketypoan'an nya:) apa yang perlu diingat sayang² ku???

Yaaa betul sekaliiii, Tolong dimohon Sebelum membaca bab revisian ini, alangkah baiknya, kalian tinggalkan vote untuk bab ini yaaa🤗

Jangan lupa untuk membantu Koreksi bacaan ini dengan segala ketypoan nya,agar bisa dibenarkan❣️

Jangan lupa untuk membantu Koreksi bacaan ini dengan segala ketypoan nya,agar bisa dibenarkan❣️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Namun, saya tidak melakukannya. Jangan menangis ren, maafkan saya"

︎▪︎▪︎Dia dan tangisnya yang tertahan▪︎▪︎▪︎






☆☆☆☆☆

Selsai, tidak bukan menyerah maksudnya. Arsam menghapus tangis nya, tak lama ia kemudian keluar membawa amplop itu. Tak disangka ternyata tamu yang katanya penting itu sudah berada diruang tamunya.

"Maaf menunggu" lirihnya pelan kemudian menyalami kedua tamunya.

"Tak masalah, kami juga baru sampai" lanjut seorang pria yang kemudian duduk disisi kiri denan.

"Ini berkas nya, sudah saya tanda tangani. Ada yang lain?" Balas arsam singkat.

Seorang wanita mengangkat kepalanya, yah dia rena. Wanita itu terkejut bukan main, bagaimana bisa dengan mudah suaminya menyetujui perceraian itu begitu saja, Aneh fikirnya.

"Sebelum sidang minggu depan dimulai, tolong izinkan saya berbicara empat mata dengan rena" hisyam mengerti ini bukan hal yang mudah untuk keduanya, ia kemudian melirik ke arah rena mengangguk tanda mengizinkan.

"Ikut saya ren,"
Wanita itu berdiri kemudian melangkah mengikuti suaminya, hening tak ada yang memulai pembicaraan.

Hingga ketika wanita itu sudah sampai ditempat yang akan arsam tunjukkan, matanya tak berkedip ia terus memandangi setiap sudut ruang an itu tanpa jeda.

Rena tak pernah menyangka arsam akan membuat ruangan seperti ini, ruangan dimana tersusun jelas foto foto pernikahan nya, lukisan besar wajah muda nya, dan berbagai foto tentang keduanya di acara acara besar negara saat itu.

"Ini ruang kerinduan saya, tak ada sejengkal pun didinding ini yang tak membahas tentang dirimu dan anak anak kita" kini arsam angkat bicara, ikut memandangi setiap penjuru dinding ruangan itu.

"Tak pernah dalam benak saya untuk melupakan semua kejadian yang didalamnya menceritakan betapa bahagianya kita dulu" kali ini matanya berkaca-kaca.

"Maaf, maaf mas" hanya itu yang dapat rena lontarkan kali ini, dengan telapak tangan yang ia satu kan menunduk dengan menutup mata berharap semua nya Kembali meskipun sedikit mustahil.

"Hei ren, tak perlu minta maaf. Ini bukan salah mu," ucapnya lagi.

"Rena rindu mas" huft..., lega sudah hati rena kala kata rindu itu terdengar jelas ditelinga arsam.

hålla löften [Terbit✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang