27. ADD

10 2 0
                                    

Halo!

Kayak ada yang kurang hari ini ternyata belum up

Vote dulu yukkk rameinnnn

Selamat membaca

"Dan, kuliah lo mulai berapa hari lagi?"

"Semingguan kayaknya. Kenapa?"

"Beresin barang-barang lo cepetan. Kita pulang hari ini juga."

"Ngapain?"

"Produk KB itu mau lahir. Ibu suruh kita pulang kalau nggak sibuk. Ayah mondar mandir terus ngurusin kantor, takutnya nggak ada yang nemenin Ibu."

Danis langsung bangkit dari sofa kemudian mengambil ransel yang telah diisi kebutuhan primer, seperti dompet tanpa sepeser uang, permen, dan jaket. Pandangannya sempat terhenti pada sebuah ponsel yang kelaparan minta diisi daya. Setelah berperang dengan batin antara iya atau tidak, akhirnya ia memasukkan benda itu ke dalam tas.

"Pulang naik apa kita?" tanya Danis menggebu. Ia sangat tidak sabar karena pulang ke Jogja adalah impiannya selama ini, tepatnya sejak kecelakaan beruntun terjadi.

"Kereta."

"Kok kereta, sih? Lama! Nggak seru!" Refleks Danis mengerutkan alis, kecewa dengan pilihan transportasi Angger.

"Ya udah nggak usah ikut kalau masih aja protes. Udah dibayarin juga bukannya nurut malah makin jadi!" sahut Angger yang sedang mematikan seluruh benda-benda elektronik dari sumber listrik. Ia memastikan hunian aman sebelum ditinggalkan.

Bahwa terkadang, meski sudah berumur, Danis masih saja terlihat kekanakan dihadapan Angger. Namun Angger tidak pernah mempermasalahkan selama Danis patuh. Buktinya anak itu juga keluar apartemen meski langkahnya terasa berat. Danis bahkan meninggalkan Angger yang sedang memeriksa bawaan di ambang pintu.

"Tungguin bego!" Angger pun mengejarnya kelimpungan sebelum pintu lift tertutup.

Pada akhirnya Danis tidak jadi menikmati pemandangan selama perjalanan karena terlelap bahkan sejak kereta melaju di area Jakarta. Ini kali pertamanya naik kereta dan Angger bilang pemandangannya tidak kalah cantik dari ketinggian awan. Danis sempat melunak, tapi dikalahkan rasa kantuk.

Mereka berangkat pukul 11 malam dan tiba di stasiun Jogja sekitar pukul 7 pagi. Udara tanah kelahiran tercium harum. Tidak sesak dan bising seperti kota sebelah yang ditinggali. Mereka merindukan rumah, tapi Angger bilang tidak punya waktu pulang lagi.

"Ibu akan segera dioperasi sekarang."

Danis enak bisa tidur seolah tanpa beban. Sementara Angger terjaga sepanjang malam karena mesti berkontak untuk memastikan keadaan Ibu aman. Semalam Ibu selalu bilang baik-baik saja, menyuruh mereka tidak perlu terburu-buru karena Bapak sudah kembali. Namun desiran cemas merajai hati ketika Bapak memberi tahu bahwa Ibu mesti ditindak operasi caesar.

Huh, dasar produk KB sialan!

Di tengah rasa kantuk, Angger harus menyusuri jalanan lagi untuk sampai di rumah sakit. Karena tidak tahan lagi, ia terlelap di kursi tunggu sembari menunggu Ibu. Sedangkan Danis dan Bapak menanti penuh kekhawatiran berharap Ibu dan adik bayi selamat.

Detik berlalu terasa lambat dijalani tapi cepat saat dikenang. Bapak dan Danis tidak bisa membendung bulir matanya ketika suara tangis bayi menggelegar membelah pagi. Angger terpaksa dilempar dari alam mimpi dan tegas dikatakan bahwa alam nyata jauh lebih indah sekarang.

"Matanya mirip Dita, hidungnya kayak Mas Angger, bibirnya persis aku. Alisnya punya Ibu. Bapak nggak kebagian kayaknya. Ibu ... nama adek bayinya siapa?"

ADD flavour into your life || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang