A colorful story by Nora
Ternyata kopi pahit tidak terlalu buruk buat dinikmati
Meski hanya sekali, rasakan nuansa momen berbeda dalam hidup
Cinta dan kaya memang semanis loli
Tapi kalau belum merasakan asinnya lelehan air mata, berarti hidup ini be...
Cerita ini tidak diawali prolog berarti tidak diakhiri epilog.
Bagian ini jadi penghujung pertemuan kita di cerita ini.
Selamat membaca, selamat menikmati yaaa
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tuntas sudah semua tugasnya di Jakarta. Ia sudah melalui proses perkuliahan yang panjang sampai wisuda. Ia sudah mencarikan hunian baru untuk adiknya dan mengecek asrama Shima betul layak ditinggali. Pada akhirnya, Angger memenuhi satu dari dua pilihan Bapak bahwa haknya setelah lulus ingin berkarier di Jakarta atau kembali ke Jogja, dan Angger mantap opsi kedua.
Untuk melunasi utang Naya pula, Dita meminta agar mobil pemberian Bapak dijual saja tapi Angger tidak mau karena bagaimanapun, itu kado untuk Dita dan adiknya masih ingin memiliki sampai nanti. Angger pun memutuskan untuk melunasi utangnya dengan uang sendiri nanti. Pemesanan tiket kereta juga tidak jadi dilakukan, ia memesan supir pribadi saja yang bersedia mengantar sampai Jogja dengan mobil Dita. Bagaimanapun, ia tidak tega jika Dita harus menyetir.
"Ada yang ketinggalan lagi, nggak?" tanya Danis setelah mengangkat kotak terakhir dari lantai 12 ke parkir bawah tanah. "Cek dulu daripada nanti nyusahin lagi."
Angger meneliti barang-barangnya memastikan tidak ada yang terlewat. Seharusnya sudah semua. Ia hanya membawa peralatan bayi dan pakaian saja. Perabot sisa dipindah ke kos Danis.