A colorful story by Nora
Ternyata kopi pahit tidak terlalu buruk buat dinikmati
Meski hanya sekali, rasakan nuansa momen berbeda dalam hidup
Cinta dan kaya memang semanis loli
Tapi kalau belum merasakan asinnya lelehan air mata, berarti hidup ini be...
Maaf ya aku ngaret berhari-hari karena part ini masih bolong jadi mesti dibenerin
Tapi udah balik lagi kok
Sekalian boleh banget baca au terbaru aku di tiktok @ceritanora yaa masih buat kamu pengagum ijo neon garis keras hehe
Mulai part ini alurnya agak cepet krn mau cpt" selesai juga😭😭😭
Nanti ada hidden part kalo rame tp di tiktok
Selamat membaca
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Janji temu dengan editor kenalan Angger disebuah caffee shop cukup lancar. Danis memutuskan teken kontrak demi kelangsungan karier bidang animasi yang digeluti. Hanya saja masalah kembali datang ketika editor barunya mengajak minum kopi bersama. Ia sudah menolak, tidak lagi bisa minum kopi, tapi tetap bersikukuh bilang, "Jangan sungkan, saya pesankan, anggap biar hubungan kita makin akrab." Dan Danis tidak punya kalimat penolakan lain. Ia tidak mau dicap sombong dan tidak menghargai di awal pertemuan mereka.
Imbasnya sekarang Danis tepar di pinggir jalan, tepatnya di depan tong sampah tempat ia mengeluarkan semua isi perut. Untungnya ada Naya yang menemani pertemuan kali ini. Lagi-lagi Naya menahan ringis sambil memijat tengkuk Danis berharap segera reda. Jujur saya, ia sangat terlihat memprihatinkan.
"BANGSAT! BARU KETEMU UDAH MAU BIKIN GUE MATI!"
"Ya kan nggak sengaja, dia nggak tahu lo punya gangguan aneh. Lagian juga nggak bilang, bego!"
Masih dilanda mual, tapi pegal menunduk, Danis menepi dituntun Naya. Gadis itu membeli air mineral dari pedagang yang kebetulan lewat, membukakan segel, lantas memberikan kepada Danis.
"Kumur, terus minum."
"Sialan kenapa gue jadi kayak gini, sih? Capek Nay, mau hidup normal."
Renungan panjang mulai terjadi lagi. Danis menunduk memandangi jemarinya yang berkeringat dan bergetar. Merutuk, sebenarnya apa yang terjadi dengan dirinya? Mana yang salah? Di mana?
"Dan, gue mau tanya sesuatu, tapi tanyakan lagi ke diri lo sendiri dan jawab dengan jujur."
Ia menoleh dengan mata berkaca-kaca sehabis muntah menyiksa. "Apa?"
"Apa lo udah benar-benar terima dengan jalan yang dipilihkan ini?"
Dahi Danis berkerut bingung. "Apa hubungannya?"
"Tiap kali lo kayak gini, lo selalu mengumpat tentang gue yang cekokin lo kopi di kedai waktu kita kerja kelompok, dan lo sadar sejak hari itu banyak kejadian kurang menyenangkan mampir. Lo selalu menghubungkan kejadian buruk itu semua bermula karena lo berani minum kopi pahit padahal awalnya lo cuma mau makan yang manis-manis dan hidup lo tentram saat itu."