Terimakasih

60 6 7
                                    

"Beneran gamau ikut pulang? Jangan nyusahin kakek sama Arga yah, sama Professor juga. Mereka disini kerja," ucap Jessika pada ayahnya sambil berjongkok di hadapannya.

"Ouuu.. Gama ga nyusahin," katanya dengan girang mengangkat tinggi satu tangannya.

Jessika mendengus tersenyum lalu dia melihat Irul datang.

Jessika yang hendak naik, melihat ayahnya membisikkan sesuatu pada Kuro, lalu Kuro melayang ke arah Jessika.

"Apa?" Tanya Jessika heran.

"Saya di perintahkan untuk ikut bersama nona Jessika karna anda tidak mau membicarakan soal luka yang di katakan kakek,"

Wajah Jessika langsung menekuk melihat ayahnya.

"Gama gamau Jessika bahaya, yah.." katanya memelas.

"Iya iya. Orang aku juga gapapa," kata Jessika sebal.

Irul pun tiba dan turun dari motor lalu mencium tangan Gama untuk pamit padanya. Gama terkekeh sambil menepuk-nepuk pundak Irul yang membungkuk padanya.

"Inget ya Jessika. Kalo ada apa-apa langsung pencet tombolnya," kata Gama mengingatkan lagi.

"Iya ayah.. yaampun aku bukan anak kecil. Udah ayo Rul," ajak Jessika sambil memakai helmnya.

Gama melambaikan tinggi tangannya pada Jessika dan Irul yang pergi dengan motor.

Kedua alis Gama terangkat lalu dia mendongak melihat Professor Neuro mengangkat nya.

"Professor ga ngajar kelas khusus? Kenapa?" Tanya Gama memiringkan kepalanya.

Professor Neuro dengan wajah datar mendengus lalu membawa Gama ke asrama guru.

"Tidak seperti mu dan aku dari dimensi ini, kalian sudah berdamai sejak kekalahan ku di Singapura 30 tahun yang lalu. Tapi aku dan kamu di dimensi ku baru berdamai tahun lalu. Aku ingin istirahat," katanya lesu.

Sambil berjalan, Professor Neuro melirik ke arah Toro yang berjalan ke arah gedung kelas khusus teknologi.

"Setiap dan selama Gama menginap, Toro menginap di kamar lain yang masih kosong," pikir Professor Neuro melihat Gama yang bersenandung riang.

Karna tidak tahan Professor Neuro mencubit pipi Gama sampai dia merengek kesakitan.

Setibanya di kamar, Professor Neuro pun menurunkan Gama dan membiarkannya berlari ke tengah kamar.

Gama berbalik lalu terperanjat melihat Professor Neuro membuka semua bajunya dan memperlihatkan tubuhnya yang kekar. Professor Neuro pergi mendekati Gama lalu mengangkat dan meletakkannya di tepi kasur.

Professor Neuro membuka semua baju Gama, menjilati tubuh dan putingnya sambil melepas celananya juga.

*Nggggh..

Gama melenguh sambil memegangi kepala Professor Neuro yang menjilat dan mengisap kontol Gama.

Sambil mengisap dan menjilati nya, Professor Neuro mengangkat dan membuka pantat Gama lalu memasukkan lidahnya.

Gama tersentak hebat sampai mata dan mulutnya terbuka lebar.

"Di beri istirahat sehari, pantatnya langsung sempit lagi seperti semula," pikir Professor.

"Professor udah emmmh... Gama ga kuat.." keluhnya menangis.

Professor Neuro menarik diri dan melihat Gama terisak.

Professor Neuro menekuk kaki Gama ke atas dan mengarahkan kontolnya ke pantat sempit Gama.

"Professor- *UGH!!!!"

Kisah Kami (Part 12)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang